Ratusan tahun lalu, ketika negara-negara Eropa tengah sibuk rempah-rempah yang kala itu lebih berharga ketimbang sutera atau emas, nama Banda muncul menjadi salah satu primadona yang kemudian membelah dunia menjadi bagian barat dan timur.
Hingga akhirnya, Belanda hadir di Banda dan dimulailah masa kejayaan dari pala banda sekaligus masa kegelapan yang dialami oleh masyarakat asli Banda.
Kisah kolonialisme inilah yang diangkat oleh Jay Subyakto dalam debut film panjangnya, Banda The Dark Forgotten Trail. Bergenre dokumenter, film ini siap dirilis ke publik sebagai salah satu medium untuk berkisah mengenai sejarah Indonesia.
Produser Sheila Timothy dan Abduh Aziz menggandeng Jay Subyakto sebagai sutradara yang memang memiliki ketertarikan terhadap Pulau Banda, setelah sempat berkunjung ke kepulauan ini. Sementara Irfan Ramli, yang pernah menulis untuk film Cahaya Dari Timur dan Filosofi Kopi 2, bertanggung jawab sebagai penulis cerita.
Seperti yang sudah bisa diduga dari film garapan Jay Subyakto, permainan visual yang ditampilkan dalam Banda begitu kaya. Lanskap alam yang cantik dipadukan dengan cuplikan dari sudut penuh historis Banda, sebagai sisa-sisa kejayaan pala masa lampu, mengisi hampir setengah film.
Tampilan visual yang cenderung baru dibandingkan film-film dokumenter Indonesia ini merupakan hasil dari kolaborasi Director of Photography Ipung Rahmat Syaiful, ICS yang dibantu oleh Davy Linggar dan Oscar Motuloh sebagai second unit camera.
Banda juga turut menghadirkan penuturan para ahli sejarah dan tokoh masyarakat setempat yang berkisah mengenai sejarah kelam Banda, di mana terjadi pembantaian massal yang dilakukan oleh Belanda di bawah Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Hasilnya dari 14.000 jiwa masyarakat Banda, hanya tinggal 438 jiwa yang merupakan masyarakat asli.
Jumlah ini pun kemudian tercampur dengan perpindahan manusia besar-besaran dari berbagai daerah di Indonesia akibat perbudakan dan penjajahan yang dilakukan Belanda. Sehingga Banda menjadi salah satu daerah di Indonesia yang hingga kini begitu unik. Penuh dengan akulturasi budaya dan ras.
Dari keanekaragaman Banda inilah kemudian Bung Hatta dan Sutan Sjahrir menetapkan konsep keindonesiaan. Dua negarawan yang dibuang ke Banda ini justru melahirkan sejumlah konsep yang sampai saat ini masih diterapkan untuk kehidupan berbangsa saat ini.
Banda The Dark Forgotten Trail merupakan salah satu film penting yang bertutur mengenai sejarah Indonesia. Sebuah kesempatan bagi penonton untuk mengingat dan belajar dari kesalahan bangsa ini di masa lalu. Karena bagaimanapun melupakan masa lalu sama depan mematikan masa depan bangsa ini.
(Foto: Courtesy of Lifelike Pictures)