Akhir-akhir ini angka kasus Covid-19 di Indonesia semakin naik tajam, yang kemudian membuat total kasus Covid-19 Indonesia saat ini melampaui angka 2 juta. Seiring dengan penambahan kasus tersebut, saat ini menurut Kompas.com yang mengutip keadaan rumah sakit DKI Jakarta dari Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, total Bed occupancy rate (BOR) di DKI Jakarta sudah mencapai 90 persen diikuti kapasitas ruang ICU yang mencapai 81 persen.
Lonjakan besar tersebut tentu menimbulkan perasaan khawatir dan ketakutan di antara masyarakat. Lalu apa penyebab lonjakan kasus yang terjadi ini? Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito, penyebab lonjakan kali ini diakibatkan mobilitas penduduk yang padat dan kerumunan yang terjadi semasa liburan panjang Idulfitri. Sekaligus membingungkan banyak pihak dikarenakan vaksinasi saat ini sedang berlangsung bahkan para lansia sudah mendapatkan vaksinasi, namun mengapa kurva tak kunjung landai.
Setelah mendengar pernyataan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito, alih-alih merasa marah atau ingin menghakimi. Saya pun termenung, sebagai seorang individu yang sudah divaksinasi menggunakan Sinovac bersama kelompok jurnalis lainnya beberapa waktu silam, saya akui mobilisasi menjadi hal yang tak bisa dihindari. Dari mulai untuk bekerja akibat ada beberapa tipe pekerjaan yang tidak bisa dilakukan di rumah, berbelanja kebutuhan harian, atau melepas penat dengan makan di luar rumah. Seluruh hal tersebut saya lakukan walau saya tahu saat ini pandemi sedang berlangsung, namun lagi-lagi keadaan dan mental saya membutuhkan semua kegiatan tersebut untuk hidup. Saya pun kemudian melakukan instropeksi diri untuk mulai menelaah aktivitas apa saja yang sebaiknya saya lakukan dan mana yang tidak perlu saya lakukan di tengah pandemi ini.
Sembari melakukan instropeksi diri, saya lantas mulai mengobservasi perilaku orang-orang di sekitar termasuk para individu yang saya ikuti di Instagram maupun platform media sosial lainnya. Dari yang saya lihat, lingkup pergaulan saya rata-rata telah mendapatkan vaksinasi, tetapi dari analisa saya justru banyak yang menjadi sedikit abai terhadap situasi pandemi saat ini. Banyak sekali di antaranya yang mulai pergi berlibur di tengah keramaian beach club, mengantri di sebuah restoran atau bakery terbaru, atau mengunjungi tempat pariwisata yang ramai. Tak hanya di situ, saya kemudian turut mengobservasi perilaku masyarakat saat di tempat-tempat umum. Banyak sekali pihak yang kurang mematuhi tata cara penggunaan masker dan tidak terlihat membawa serta produk disinfectant atau membersihkan fasilitas umum sebelum dan sesudah mereka pakai. Padahal keadaan saat ini menuntut semua orang untuk menerapkan protokol kesehatan dengan standar setinggi mungkin demi kepentingan diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Bahkan, saking geramnya saya pun pernah melaporkan sebuah tempat perbelanjaan ke aplikasi JAKI milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta dengan memotret suasana kerumunan orang yang abai. Tak disangka, ternyata aplikasi tersebut dengan cepat menyampaikan laporan saya kepada kelurahan setempat dan laporan saya langsung ditindaklanjuti. Tak lama kemudian, melalui laporan saya, aplikasi tersebut mengirimkan bukti petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang mendisiplinkan tempat tersebut. Mungkin, langkah saya tersebut juga dapat Anda semua mulai lakukan sebagai andil kita dalam membantu situasi pandemi di negeri ini yang sudah sangat memprihatinkan.
"Tidak apa-apa, santai saja, kita semua sudah divaksin"
Hal yang paling tak disangka, di antara observasi yang saya alami tersebut. Saya mendengar seseorang berujar, "Tidak apa-apa, santai saja, kita semua sudah divaksin" saat kami semua berusaha untuk menjaga jarak dengan satu sama lain. Walau hanya satu orang saja yang mengujar hal seperti itu, tetap saja saya pun berpikir bagaimana jika ada banyak orang lainnya yang memiliki anggapan tersebut? Dan akhirnya merasa normal-normal saja untuk mulai abai dengan peraturan jaga jarak, mencuci tangan, menggunakan produk pembersih, dan aturan untuk tetap mengenakan masker.
Prediksi saya akan miskonsepsi seperti itu kemudian terbukti melalui sebuah forum parenting, di mana seorang ibu menuliskan bahwa ia merasa tidak perlu melakukan tes berkala untuk pengasuh anaknya dikarenakan mereka sudah divaksin. Ia kemudian beranggapan dengan sudah divaksin, maka seseorang dapat bebas beraktivitas di luar. Saya pun sedikit terkejut akan misinformasi yang ia tuliskan, karena sebagai ibu beranak dua, justru dengan divaksin saya merasa bersyukur karena saya bisa memiliki perlindungan lebih prima saat menjalani aktivitas esensial di luar rumah. Tetapi, bukan berarti saya tidak bisa tertular virus Covid-19 maupun menjadi carrier yang akan membahayakan penghuni rumah saya.
Ketidaktahuan banyak orang terhadap efektivitas vaksin yang tak melindungi 100%, kemungkinan turut andil dalam menaikkan kasus saat ini. Maka itu diperlukan upaya untuk terus mengingat efektivitas tipe vaksin yang Anda gunakan. Sebelumnya perlu diingat bahwa dengan tubuh Anda divaksin, Anda dapat terhindar dari kematian akibat Covid-19 dan saat memberikan daya tahan tubuh ekstra kepada diri Anda dari gejala berat saat terinfeksi. Saat ini ada 7 jenis vaksin yang akan beredar di Indonesia seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia yang mana di antaranya adalah:
- Sinovac dengan efikasi 65,3%
- Oxford - AstraZeneca 70%
- Moderna 94,1%
- Novavax 79%
- Sinopharm 79%
- Pfizer - BioNTech 95%
- Bio Farma yang saat ini masih dalam pengembangan.
Selain mengetahui efikasi setiap jenis vaksin, protokol kesehatan turut memegang peranan penting. Mungkin saya dan Anda banyak mendengar ada banyak orang yang mengatakan betapa mereka sudah menuruti protokol kesehatan, tetapi akhirnya mereka tetap terinfeksi Covid-19. Ya, mungkin selama ini yang Anda ketahui dari maksud protokol kesehatan adalah aturan untuk mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak. Tetapi, saya yakin untuk memberantas virus yang masih penuh misteri ini dibutuhkan hal yang lebih dari itu. Protokol kesehatan setiap individu pastinya berbeda dengan individu lainnya. Mungkin saja Anda adalah sosok yang melakukan 3M (atau 5M) tetapi secara bersamaan Anda juga selalu mandi setelah pergi keluar, melakukan disinfectant setiap habis membeli makanan atau sebelum membuka paket, dan menyemprot disinfectant ke dalam kendaraan pribadi bahkan pagar rumah dan seisi rumah secara berkala. Sementara itu, teman Anda dan orang lain yang berpapasan dengan Anda belum tentu melakukan hal yang sama. Hal seperti itulah yang menurut saya turut menentukan dan membuat protokol kesehatan bukan suatu hal yang seragam. Justru sebaiknya setiap individu diedukasi dan memiliki kesadaran masing-masing untuk meningkatkan standar protokol kesehatan mereka menjadi sebaik dan sedetail mungkin.
"Jangan takut untuk menolak ajakan menghadiri sebuah acara atau kegiatan yang sekiranya kurang aman untuk dilakukan di tengah pandemi."
Selain protokol kesehatan, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah memprioritaskan untuk menjaga diri sendiri. Jangan takut untuk menolak ajakan menghadiri sebuah acara atau kegiatan yang sekiranya kurang aman untuk dilakukan di tengah pandemi. Prioritaskan keselamatan seluruh penghuni rumah Anda dibandingkan melakukan suatu kegiatan demi social pressure atau alasan fear of missing out yang memang lazim dirasakan oleh banyak orang. Dengan melakukan filterasi akan apa saja hal yang dapat Anda kontrol dan mana yang tidak, Anda sudah membantu banyak untuk negara dan pandemi ini. Jaga juga kesehatan mental dengan terus mencari kegiatan atau aktivitas di rumah saja yang berfungsi untuk mengenal diri Anda lebih dalam, demi menjaga stabilitas kesehatan mental selama pandemi.
"Ketahuilah setiap keputusan Anda untuk berdiam di rumah dan meningkatkan standarisasi protokol kesehatan sungguh berarti bagi banyak orang di luar sana yang rentan terinfeksi Covid-19."
Selalu terapkan pemikiran kita semua ada di sebuah peperangan yang mana musuh kita saat ini adalah virus Covid-19 itu sendiri bukan lainnya. Dengan bekerja sama memerangi virus tersebut dan melakukan hal yang dapat kita kontrol, maka Anda sudah termasuk sosok yang memudahkan tugas para tenaga kesehatan dan menyelamatkan nyawa orang lain. Mungkin hal itu terdengar kecil bagi Anda yang merasa tidak terlalu terdampak atau merasa sehat-sehat saja. Ketahuilah setiap keputusan Anda untuk berdiam di rumah dan meningkatkan standarisasi protokol kesehatan sungguh berarti bagi banyak orang di luar sana yang rentan terinfeksi Covid-19, mereka yang akhirnya kehilangan kesempatan untuk bekerja maupun bersekolah, juga mereka-mereka yang terdampak oleh pandemi yang tak kunjung usai ini.
(FOTO: Courtesy of Bazaar US)