Sebuah pergelaran mode adalah bentuk konstruksi sebagai medium penyampaian sebuah misi, di dunia yang mana para penonton dibawa melalui sebuah perjalanan dan memberikan mereka perjalanan sekilas ke dalam isi otak para desainer. Tentu saja, segala bentuk jenis intepretasi visual adalah trik yang digunakan untuk mengizinkan para penonton agar dapat mengerti lebih dalam.
Untuk koleksi Resort 2021, Miuccia Prada mempersembahkan sebuah video bertajuk "The Show That Never Happened", Miuccia memutuskan untuk membuatnya menjadi terbagi beberapa struktur sekaligus. Biasanya, ia menggelar presentasinya melalui presentasi konvensional di bulan Mei sebelum pandemi terjadi, kini ia harus memutar otak. Solusinya? Dengan mengundang 5 seniman dan fotografer untuk menciptakan video yang menampilkan perspektif mereka terhadap Prada dan menceritakannya kembali.
Dibagi dalam 5 episode, setiap seniman memilih beberapa potong pakaian di koleksi dan menyajikannya di beberapa lingkungan berbeda. Yang pertama adalah bentuk interpretasi Willy Vanderperre, yang membidik semua model dalam hitam dan putih, lalu seluruh mode ditransformasikannya ke mode kembali.
Hal ini juga memberikan rasa introspektif sekaligus sentuhan schizophrenic, " ucap sang fotografer. "Visual ini memberikan pandangan terhadap gerakan melihat ke belakang sebelum menyimak ke masa depan. Saya harap semua yang menontonnya dapat merasakannya setelah menyaksikan film tersebut, yang mana memancarkan energi suci dan jujur dari presentasi koleksi tersebut."
Selanjutnya adalah Juergen Teller, yang mengajak para model untuk berdiri tanpa ekspresi di dalam sebuah setting pabrik, foto tersebut kemudian dibidik dalam format close up di antara berbagai mesin yang besar. Meski dalam konsep stop motion, Juergen tidak menjadikan format sepanjang video dengan stop motion, ia turut melakukan gestur unik lainnya. "Jentikkan jari di video merupakan cara cepat dan subtil untuk mengundang atensi sekaligus menciptakan aksi," ungkapnya.
"Ini juga dilakukan untuk mengindikasikan bentuk persetujuan dan untuk menjaga ritme. Karena itu saya merasa bahwa film ini dapat menjadi medium menarik untuk diaplikasikan dengan jentikkan dan motif berulang agar menandai sebuah fokus dan gerakan yang berpusat di setiap detail look."
Setelah didominasi banyak palet hitam dan putih, nuansa warna kembali hadir di layar lewat karya Martine Syms, yang melakukan kilas balik ke masa lampau, "Karena koleksi ini memiliki sensasi era 60'-an, saya mencoba menginjeksikan referensi terhadap budaya film dari era tersebut sampai sekarang," ucapnya. "Saya terinspirasi dari cara bagaimana film merubah sekitar kita, dan bagaimana rasanya untuk hidup, bernapas, dan bergerak di antara manusia lainnya."
Terakhir, karya Terence Nance dengan pendekatan di luar ruangan. "Setiap film ya ada lahir dari speed dan play, yang mana tidak mudah diterjemahkan dengan kata-kata tetapi waktu akan membuktikannya, dan dengan menjaga organ tubuh kita, itu cara mengekspresikan cinta kepada setiap detik seiring berjalannya waktu."
Setiap video menampilkan sesuatu berbeda namun tak berarti mereka tidak saling berhubungan, mereka semua mengemukakan konsep unorthodox, serius, dengan menjaganya tetap minimal. Yang mana merepresentasikan koleksi ini sendiri dengan tepat.
Setiap siluet dan pilihan kain memiliki sentuhan industrial dan bebas dari dekorasi bordir maupun manik-manik. Koleksi ini seakan menampilkan esensi Prada sebagai rumah mode, yang mana label ini memulai masa jayanya di era tahun 1990 dan selalu bebas berkarya.
Selain itu, karena koleksi ini juga merupakan koleksi terakhir Miuccia sebagai direktur kreatif seorang diri sebelum memulai kerja samanya dengan Raf Simons, sebagai co-creative director di September nanti, koleksi Rersort 2021 adalah penanda bahwa Miuccia akan selalu terbuka dengan beragam ekspresi kolaboratif.
((Penulis: Barry Samaha; Artikel ini disadur dari Bazaar US; Alih bahasa: Astrid Bestari; Foto: Courtesy of Bazaar US)