Siapa Saja Pelopor Tren Fashion Pria Masa Kini?

Sudah tidak janggal lagi untuk menjadikan gaun megar wanita sebagai atribut maskulinitas, seraya tampilan pakem profesional laki-laki kian berevolusi dengan definisi baru.



Berbalik dengan apa yang dikatakan sejarah masa lampau, saat (misalnya abad ke-18) para perempuan melepaskan gaunnya demi suit laki-laki untuk terlihat androgini, atau menyertakan imbuhan "maskulin" lainnya supaya mengurangi esensi feminin, bahkan invesi high heels dan korset saja adalah hasil garapan mode kaum adam; seiring waktu berjalan, dengan timbulnya idealisme dan peradaban baru, mode wanita dan pria malah semakin terbagi, juga dibuat "eksklusif" untuk masing-masing. Ibarat sesederhana keterbatasan warna biru dan pink (saya yakin Anda sudah paham hal ini).

Kini, akuratnya sejak beberapa tahun belakangan ini, imaji ortodoks rancangan wanita telah memengaruhi tren mode pria dengan begitu kuat. Batasan-batasan gender semakin pudar, yakni memanaskan gagasan eksperimental untuk tampilan laki-laki modern.

Jelas sudah sering tersorot rok megah dan ball gown, bahkan dalam material dan warna cantik yang dibawa oleh bintang pria dunia pada ajang karpet merah, pemotretan majalah fashion, maupun tampilan harian mereka yang tidak memicu kontroversi. Sebut saja Harry Styles, Bad Bunny, pembalap Formula 1 juara dunia, Lewis Hamilton, sampai sosok Kendall Roy dari male-heavy ensemble serial drama Succession (yang diperankan oleh Jeremy Strong). Jika melirik ke panggung fashion week, Simone Rocha tahun ini sukses merilis menswear dengan menumbangkan arketipe konservatif. Pamor mereka berhasil menyuguhkan definisi baru secara global, dan, nyatanya, kerap menggoda para wanita.

Lewis Hamilton di ajang Met Gala (2021)

Simone Rocha S/S 2023

Gaya ini jugalah yang diidolakan sebagai non-toxic masculinity, seraya fashion bisa berperan sesungguhnya bagai media bebas berekspresi. Meski menurut survei, figur jantan seperti Daniel Craig dalam pesona agen 007 James Bond masih diagungkan (dan tidak ada salahnya juga).

Awal 2023 mendatangkan ikon musisi Pharrell Williams untuk meneruskan visi kreatif mendiang Virgil Abloh, sang creative director kulit hitam pertama untuk Louis Vuitton koleksi pria dengan keunggulan desainnya, perdana mendobrak gaya streetwear ke ranah high fashion. Pharrell yang sebelumnya bersama Chanel (rumah mode yang tidak memiliki lini fashion pria), muncul untuk pertama kalinya di show Métiers d’Art 2016 dengan jaket tweed ala ladies-who-lunch dan juntaian kalung mutiara. Penampilan ini menyemarakkan revolusi industri mode dengan kelanjutan sosok king of K-Pop, G-Dragon di tahun 2017 sebagai ambassador Chanel yang benar-benar membuktikkan istilah "the more is merrier". Kepiawaiannya dalam mengkreasi koleksi fashion "perempuan" sebagai daya tarik tampilan laki-laki, betul melahirkan tren gaya uniseks yang avant-garde sekaligus eklektik.

Pharrell Williams berjalan di show Metiers d’Art (2016)

Aksi maksimalisnya kian mencuri atensi masyarakat global, teruntuk "patokan kemasan" para idol (junior) Asia lainnya (nama Mino dari grup boyband Winner pasti langsung muncul di benak Anda), yang berlanjut ke kalangan pria sekarang, serta semakin dieksplor untuk kultur pop internasional.

Kemeriahan jari tangan G-Dragon

Memang jika diperhatikan genre tren ini membuat para pria tampak muda juga "lembut", yakni muncul pemahaman "boys are the new men". Ya, Timothée Chalamet tentu adalah ikonnya (dan kini juga telah bergabung ke rumah mode Chanel).

Timothée Chalamet dengan atasan merah backless dari Haider Ackermann


Di sisi lain, energi "power dressing" pria kian menganut estetika old money yang identik dengan imaji profesional kalangan aristrokat, yang begitu dikejar oleh laki-laki belia (termasuk kaum new money).

Baron Markus von Jenisch

Media sosial TikTok memviralkan gaya ini sejak tahun lalu dari unggahan kreatif (atau generic) para remaja yang betul-betul dari high society maupun mereka yang berusaha menikmati atau menyaksikan visualisasi serupa di New York atau Eropa. Salah satu pencuri atensi adalah dari seorang pelajar sejarah dan juga pencinta barang vintage, Sergio, via akun bernama @gentleman.gasmask yang mengumbarkan "agenda harian" dengan konsep begitu quirky dan fiktif di kastilnya. Ia (terkadang bersama teman-temannya) tiduran di bawah chandelier dalam smoking jacket, membuat perjamuan makan malam dalam jubah putih penuh misteri, atau sedang menyelesaikan "kasus" whodunit dalam double breasted tailcoat yang berlatarkan lukisan-lukisan klasik, seluruhnya dinarasikan dengan voice over dramatis (ada yang dari cuplikan film) atau musik trendi.

Berbeda dengan Simon Gold, sosok desainer dan menswear consultant muda yang menyuguhkan edukasi dan panduan menarik seputar pakaian "esensial" pria dalam gaya stealth wealth namun lebih accessible dan realistis. Ia menjabarkan kode etik berbusana kerja, label-label terbaik untuk jas custom-made bagi pemula, sejarah gaya, gagasan craftsmanship, sampai tutorial lengkap merancang pakaian. Aspek detail yang ia suguhkan merupakan fondasi penting akan berbusana cerdas, yakni hal ini kembali lagi ke tujuan utama laki-laki berbelanja fashion.

Simon Gold mengenakan material tweed di antara keindahan toile

Membahas produk primer pria, sekarang nyatanya kaum adam haus akan "the best of both worlds", di mana peran koleksi dengan desain sama-sama "menguatkan", yang juga mencakup konsep simbol status. Ambil contoh Ye (Kanye West). Masih ingat betapa berharganya untuk mendapatkan sepatu bulat Yeezy Boost? Ya, rancangan ini masuk untuk gaya kasual (bahkan tidak tergolong fashionable) ke mana saja dan kapanpun selayaknya fungsi alas kaki inovatif dengan busa sangat empuk, yang benar-benar sukses mem-boost reputasi sang label sportswear hingga berdampak besar pada seluruh pasar sneakers. Memang, selama dekade terakhir, Ye bisa dibilang sebagai orang paling berpengaruh di industri ini. Ia menjual sepatu kets Louis Vuitton seharga $900 yang terinspirasi dari sci-fi pada tahun 2009, ketika itu ranah streetwear dan luxury masih terasa begitu berbeda. Di Nike tahun 2012, ia menciptakan dua rancangan yang paling didambakan dekade ini yaitu Air Yeezy 1 dan 2 (dari harga retail $250 kemudian melonjak tinggi di situs e-commerce hingga $4,000).

Kanye West dan (former creative director) Marc Jacobs dengan Louis Vuitton Don sneakers


Jika Anda melihat kembali dan lebih dekat, apakah sneakers ini worth bidding? Simpan saja jawaban Anda. Nyatanya, meski kini Adidas dan Ye sudah putus kontrak, berdasarkan riset Business Insider, permintaan lansiran ini masih tinggi di pasar sekunder per awal tahun 2023.

Calvin Harris bergaya kasual dengan Yeezy Boost

Pamor menghebohkan ini juga mengingatkan akan kemunculan Demna Gvasalia untuk Vetements, kemudian Balenciaga, yang mengedepankan sosok Ye pula. Mereka adalah bintang wajah "ugly chic fashion" yang turut mengusung skema eksklusivitas untuk menciptakan kultur. Buktinya "rekayasa" ini sangat gila dikejar-kejar, terutama dari media sosial.

Tas sampah Balenciaga sekitar $1,790

Sang direktur kreatif handal dalam mengubah objek sehari-hari yang membosankan sebagai luxury item. Masih ingat kehebohan T-Shirt kuning telur DHL? Di saat hampir semua orang juga unggah foto berpose dengan truk antar logistik dan tumpukan paket serba kuning-merah? Kolaborasi ini menyokong meme culture ke dunia high fashion jauh lebih luar biasa dari sebelumnya.

Label dan sosok pengayom kultus selalu pintar menggiatkan tren mode. Last but not least, ada Hedi Slimane. Ia membentuk konsep gaya sebagai cara hidup yang didasarkan pada gagasan radikal, seperti dari sastra, musik, teater, filsafat, dan perubahan dalam lingkungan budaya pop. Pedoman gaya underground era '70-an dengan tampilan laki-laki androgini yang (sangat) "sleek" menjadi definisi integritas penuh kreativitas dan pemberontakan menyegarkan.

Hedi Slimane untuk Celine (2023)

Jejak historinya di rumah mode Dior Homme (2000 - 2007) dan Yves Saint Laurent (2012 - 2016) tengah sukses merubah ideologi akan gender yang semakin gempar untuk konsep mode pria kala kini (kembali ke fakta di atas).

Jadi, kategori fashion gubahan siapa yang ingin Anda tuju?

(Foto: Courtesy of Simone Rocha, Thom Browne, Slims Aaron, Balenciaga, Celine, G-Dragon, Chanel, Page Six)