Masih segar di ingatan, kita baru saja kehilangan sosok entertainer ikonis yakni Julia Perez pada bulan Juni 2017, setelah tiga tahun lebih ia melawan penyakit kanker mulut rahim atau serviks.
Bazaar jadi kembali teringat pula akan perbincangan bersama dr. Virgi Saputra di tahun 2014 lalu, tentang angka deteksi kanker serviks di Indonesia yaitu hanya sebesar lima persen saja. Dan sepertinya angka itu tetap bertahan di sana, sebab kasus penderitanya terus naik secara signfikan setiap tahun. Maka tak heran bila kini kanker leher rahim menduduki posisi atas setelah kanker payudara sebagai kanker pembunuh di Indonesia.
Adanya rasa acuh tak acuh, atau penolakan dari dalam diri yang menyatakan “saya pasti baik-baik saja”, membuat banyak wanita di Indonesia tidak mengindahkan betapa pentingnya deteksi kanker sejak dini.
Walaupun selama kurun waktu sekitar tujuh hingga delapan tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah wanita yang melakukan deteksi dini. “Berdasarkan data kami dari tahun 2007-2015, ada kenaikan jumlah wanita di usia 30-50 tahun yang melakukan deteksi dini melalui screening.
Peningkatan secara signifikan terjadi pada tahun 2014 hingga 2015, ketika program skrining IVA dicanangkan oleh Ibu Negara Indonesia, yakni Ibu Iriana Joko Widodo,” ujar Tanya Tresnawati sebagai Associate Director dari KICKS (Koalisi Indonesia Cegah Kanker Servis).
Sebelum membahas topik utama yakni tentang gejala dan ciri-ciri kanker serviks, baiknya mari berbicara tentang angka terlebih dahulu.
Tanya membeberkan sejumlah angka dari data nasional yang dihimpun oleh KICKS pada tahun 2009-2016, bahwa kasus kanker serviks mayoritas ditemukan pada perempuan dewasa usia 35-55 tahun sejumlah 7013 kasus.
Diikuti usia 56-64 tahun sejumlah 2718 kasus, dan usia di atas 65 tahun sejumlah 1105 kasus. Tak hanya itu saja, wanita dewasa muda di usia 18-35 tahun juga dilaporkan ada 453 kasus sedangkan kelompok remaja usia 0-17 tahun ditemukan 33 kasus.
Bukan bermaksud untuk menakuti Anda, namun nyatanya menurut data GLOBOCAN 2012, setiap harinya ditemukan 26 wanita meninggal dikarenakan kanker serviks di seluruh dunia.Sedangkan data lain yang dihimpun oleh RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, menyatakan bila 70% penderita kanker serviks datang dengan stadium lanjut.
Padahal pada kanker serviks, penentuan stadium penyakit menjadi inti penting guna mengetahui pemilihan terapi, prognosis penyakit, dan juga tingkat bertahan hidup atau survival rate. Misalnya, menurut data penderita kanker di RSCM tahun 2010-2014, menunjukkan bahwa angka harapan hidup dari pasien kanker serviks stadium lanjut sangat rendah, yakni hanya 14% yang dapat bertahan sampai satu tahun saja.
Sebelum membahas bagaimana cara menyembuhkan kanker mulut rahim ini, baiknya Bazaar ingatkan sekali lagi jika penyakit tersebut dapat dicegah melalui vaksinasi sejak dini (bagi yang belum berhubungan seksual) atau rutin melakukan screening berkala (bagi yang sudah aktif melakukan hubungan seksual).
Sebab sebenarnya kanker serviks bukanlah penyakit keturunan, melainkan suatu penyakit yang terjadi karena perubahan sel normal serviks akibat virus Human Papilloma Virus (HPV). Dan biasanya kanker serviks sebagian besar disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18, dari sekitar 130 tipe HPV.
Menurut dr. Virgi, proses virus HPV sampai menjadi sebuah kanker membutuhkan waktu selama 10 hingga 30 tahun untuk berkembang. Dan perlu Anda ketahui lagi, jika hanya kanker serviks yang mempunyai tahap pra kanker, sehingga proses tersebut masih dapat ditangani agar tidak menjadi kanker.
“Waktu yang dibutuhkan virus HPV untuk berkembang menjadi pra kanker juga cukup lama, yakni tiga sampai lima tahun. Jadi amat disayangkan jika seorang wanita enggan atau setengah hati dalam melakukan screening aktif secara berkala,” ujar dr. Virgi kepada Bazaar beberapa tahun yang lalu.
VAKSINASI KANKER SERVIKS
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan pencegahan utama kanker serviks adalah melalui vaksinasi HPV yang dapat diberikan kepada anak perempuan dan laki-laki mulai usia 9 tahun.
Ya, nyatanya virus HPV juga beresiko terhadap pria sehingga menyebabkan penyakit kanker mulut, kanker anus, kanker penis, atau penyakit kutil kelamin (genital wards).
Vaksin HPV sendiri merupakan vaksin inaktif yang berisi protein serupa struktur cangkang virus HPV, namun tentu saja tidak mengandung DNA virus. Setelah diinjeksi secara berkala, vaksin ini kemudian akan merangsang pembentukan respon imun di dalam tubuh, sehingga menciptakan perlindungan terhadap kanker serviks. Vaksin HPV mampu melindungi satu indvidu dari HPV tipe 6, 11, 16, dan 18.
Dr. Virgi juga berujar bila vaksinasi yang dilakukan kepada individu yang sudah aktif melakukan hubungan seksual, kemungkinan tidak akan efektif dalam mencegah virus HPV. “Pada dasarnya, vaksin itu bertindak sebagai pencegahan dan memberi imunitas terhadap tubuh agar tidak terkena virus.
Jadi pada kasus kanker serviks, baiknya vaksin memang dilakukan sebelum Anda aktif berhubungan seksual. Sebab virus HPV sebagian besar menular melalui hubungan seksual,” kata dr. Virgi.
Nah, bagi Anda yang sudah menikah dan berhubungan seksual secara aktif namun belum sempat melakukan vaksinasi HPV, tidak perlu khawatir mencegah virus itu. Lalu bagaimana caranya?
SKRIN KESEHATAN SEJAK DINI
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh wanita dengan kondisi sudah aktif berhubungan seksual jika ingin mengetahui kondisi kesehatan di area mulut rahim tersebut. Pertama adalah screening IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat), yakni memulaskan asam asetat sebesar 3-5% pada serviks.
Jika ada perubahan warna aceto white epithelial pada serviks, maka bisa saja diagnoga berlanjut pada adanya lesi pra kanker. Cara ini merupakan screening yang murah, mudah, dan dapat diaplikasikan di seluruh Indonesia.
Langkah lain yang dapat Anda lakukan adalah tes pap smear konvensional, yaitu pengambilan lendir dari area serviks dan kemudian diteliti dengan tingkat akurasi sebesar 56,5%. Sedangkan metode pap smear terbaru yang diklaim memiliki hasil akurat hingga 84% dapat diraih lewat pap smear LBC (Liquid-Based Cytology).
Proses awalnya hampir sama dengan pap smear konvensional, yaitu pengambilan lendir serviks dengan alat seperti sikat kemudian mencampurnya ke dalam vial berisi cairan hingga larut. Cairan yang mengandung sel itulah yang dibawa ke laboratorium, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat hingga 10-20% daripada pap smear konvensional.
Waktu terbaik untuk melakukan tes pas smear adalah antara 10-20 hari setelah hari pertama menstruasi. Dan dianjurkan bagi para wanita di usia 30-65 tahun, hendaknya melakukan pemeriksaan pap smear minimal tiga tahun sekali. Satu lagi, bagi wanita yang sedang hamil juga dapat melakukan tes tersebut, sebab prosedurnya masih tergolong aman.
GEJALA KANKER SERVIKS
Sayangnya, kebanyakan infeksi HPV tidak memiliki gejala atau tanda khusus pada tahap awal. Sehingga satu individu tanpa sadar sudah terinfeksi atau justru membawa virus HPV kemudian menularkan kepada individu lainnya. Sekalipun Anda berhubungan seksual menggunakan alat pengaman atau kondom, sebenarnya HPV dapat berpindah melalui kontak kulit menuju kulit.
“Pemakaian kondom memang dapat meminimalisasi penularan virus, tapi tidak dapat mencegahnya sebesar 100%. Karena tentu ada bagian ‘kulit’ lainnya yang tidak terlindungi kondom bisa saja terkena virus HPV,” jelas Tanya. Hal tersebut serupa dengan penjabaran dr. Virgi tentang penularan virus HPV yang terjadi melalui kontak antar genital, oral dengan genital, dan anus dengan genital.
Jika hubungan seksual dilakukan pada usia dini, ketika struktur serviks masih belum matang maka rentan terjadi pelukaan kecil. Lalu virus HPV dapat dengan mudah masuk berkembang menjadi kanker serviks. Itulah mengapa menikah muda dapat meningkatkan resiko terkena kanker serviks.
Di sisi lain, untuk mengetahui gejala kanker serviks yang paling umum adalah sebagai
- Keluhan nyeri pada area panggul, khususnya ketika sedang melakukan aktivitas seksual.
- Masalah keputihan berkepenjangan, diikuti bau tak sedap. Terkadang keputihan juga bercampur dengan darah.
- Pendarahan pada vagina setelah berhubungan seksual, di luar masa menstruasi. Nah, pada wanita yang sedang menopause pun juga patut waspada terhadap pendarahan seperti itu. Sebab kondisi tersebut menjadi tanda adanya problem serius atau kanker serviks.
(Yanik Chauvin©123rf.com)