Mengintip Pameran Perdana Museum MACAN

Salah satu momentum seni paling dinanti di tahun ini.



Tak lama lagi akan dibuka museum Indonesia pertama yang fokus menghadirkan seni kontemporer dan modern pada publik. Tepatnya pada tanggal 7 November mendatang, Jakarta akan menjadi saksi dibukanya Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum MACAN) yang akan berlokasi di kawasan Jakarta Barat.

Memperingati dibukanya museum ini untuk publik, sekaligus sebagai acara peresmian gedung, Museum MACAN akan menggelar pameran perdana yang dikurasi oleh Charles Esche dan Agung Hujatnikajenong. Totalnya sebanyak 90 karya seni rupa dari seniman modern dan kontemporer Indonesia dan internasional. Ke-90 karya yang dipamerkan hanyalah sebagian kecil dari total 800 koleksi yang dimiliki Museum MACAN.

Pameran perdana yang bertajuk Art Turns/World Turns: Exploring Museum MACAN's Collection ini akan menunjukan kedalaman koleksi karya yang dimiliki oleh Haryanto Adikoesoemo, selaku pendiri dari museum ini. Haryanto Adikoesoemo sendiri merupakan kolektor yang telah aktif selama 25 tahun mengoleksi karya seni dan mendukung seniman Indonesia. Kini untuk pertama kalinya ia akan menampilkan koleksinya ke hadapan publik.

"Rasanya sangat mendebarkan untuk dapat bekerja sama dengan tim profesional Museum MACAN yang telah menyortir koleksi untuk pameran perdana. Mereka telah memilih karya yang mampu menonjolkan catatan sejarah seni rupa dan melakukan penelitian gunamemberikan pengalaman istimewa bagipara pengunjung saat ekshibisi November nanti," ujar Haryanto Adikoesoemo.

Menyusun koleksi untuk dipamerkan dalam Art Turns/World Turns ini, para kolektor melakukan pendekatan dengan perspektif sejarah. Mulai dari posisi koleksi seniman Indonesia sebagai pusat perhatian lalu kemudian membawa antusiasme pengunjung untuk mengamati karya-karya seniman internasional.

Ekshibisi ini akan dibagi ke dalam empat bagian penting yakni,

1. Land, Home, People (1800'an-1945)

Bagian ini fokus pada hasil karya seniman Indonesia dan Eropa yang menampilkan bumi Indonesia serta kehidupan masyarakat. Beberapa nama seniman yang mengisi bagian ini adalah Walter Spies, Raden Saleh Sjarif Boestaman, serta Miguel Covarrubias.

Javanese Mail Station,1876, Raden Saleh Sjarif Boestaman

Map of Bali with the Rose of the Winds, circa1930, Miguel Covarrubias


2. Independence and After (1945-1965)

Bagian ini memamerkan koleksi dengan semangat perjuangan Indonesia untuk mencapai kemerdekaan, serta upaya untuk membangun budaya independen. Dalam bagian ini nama-nama Dullah dan Srihadi Soedarsono akan memenuhi ruang pamer.

Landscape, 1962,Srihadi Sudarsono

Bung Karno di Tengah Perang Revolusi, 1966, Dullah


3. Struggles Around the Form (1965-1998)

Adanya kompetisi antara Uni Soviet dan Amerika Serikat memberikan pengaruh besar bagi wajah seni rupa yang ditampilkan dalam bagian ini. Beberapa nama seniman yang mewakili bagian ketiga ni adalah Robert Raunschenberg dan Atsuko Tanaka.


Rush 20 (Cloister Rush Series), 1980, Robert Rauschenberg

Untitled,1963, Atsuko Tanaka


4. The Global Soup (1998-sekarang)

Masa reformasi membawa manfaat positif berupa semakin meluasnya khalayak seni rupa Indonesia. Bagian ini menampilkan beberapa seniman dalam presentasi tunggal kecil, sementara yang lainnya digabungkan di taman patung indoor museum.Nama seniman dalam bagian ini antara lain Jeff Koons dan Yayoi Kusama.

Hulk (Wheelbarrow),2004 – 2013, Jeff Koons

Infinity Mirrored Room - Brilliance of the Souls, 2014, Yayoi Kusama

Museum MACAN sendiri akan terletak di AKR Tower yang berlokasi di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Museum seluas 4.000 meter persegi ini dirancang oleh MET Studio Design, perusahaan desain ternama yang berlokasi di London. Nantinya ruang Museum MACAN akan diisi dengan karya-karya seni baik dari dalam dan luar negeri, serta pameran yang dinamis. Selain itu Museum MACAN nantinya juga akan aktif dalam membantu pengembangan dan edukasi seni untuk publik.

Pameran Art Turns/World Turns: Exploring Museum MACAN's Collection ini akan berlangsung pada 7 November 2017 hingga 18 Maret 2018 mendatang.


(Foto: Courtesy of Museum MACAN)