Setiap Minggu malam, saya meluangkan waktu untuk membaca kalender saya. Bukan karena saya "budak" rutinitas (percayalah, saya jauh dari itu) tetapi karena dalam pekerjaan saya sebagai seorang jurnalis lepas, calon penulis, copywriter, dan terkadang pelukis, tidak ada minggu yang sama.
Baca juga: Mengenal Tentang Metaverse Serta Hubungannya dengan NFT
Dari hari ke hari, Anda mungkin menemukan saya di berbagai kantor majalah, di mana saya bekerja sebagai penulis berita-berita features dan juga editor. Saya kadang bisa berada di kedai kopi atau ruang kerja bersama, meneliti artikel untuk surat kabar. Dan saya menghabiskan banyak waktu bersembunyi di kantor WFH darurat saya, menulis buku, dan bingkai lukisan tangan (keramaian hobi baru-baru ini yang mulai tumbuh).
Dan saya bukan satu-satunya: jumlah orang yang mengejar portofolio karier meningkat. Menurut penelitian terbaru dari Departemen Pendidikan, 63 persen orang dewasa di Inggris memiliki peran ganda, atau berencana melakukannya di masa depan. Studi yang dilakukan pada bulan November tahun lalu juga menemukan bahwa 37 persen lebih banyak orang memiliki portofolio karier ketimbang sebelum pandemi.
“Pada akhirnya, ada evaluasi ulang tentang apa yang penting dan pengaturan ulang batasan pribadi dan profesional,” ujar pelatih karier, Natasha Chatur yang karyanya telah membantu banyak individu memperluas atau mengembangkan mata pencaharian mereka. Ia sendiri telah mendukung seorang project manager membangun karier sebagai seorang seniman dan juga pelatihan manajer media sosial untuk menjadi pelatih pribadi lepasan.
“Beberapa orang telah menemukan hobi dan minat selama pandemi yang membuat mereka terinspirasi untuk melakukan lebih banyak hal. Ada kelompok orang yang melakukannya karena dihadapkan dengan ketidakamanan pekerjaan atau redundansi. Pada skala yang lebih luas, kesadaran bahwa kehidupan korporat tidak selalu memenuhi kebutuhan pekerja telah menyebabkan orang-orang mencari alternatif, dan pendekatan portofolio adalah pilihan yang terkenal untuk dipertimbangkan.”
Jebakan pekerjaan "biasa" tampaknya membesar selama masa karantina, ketika tunjangan di tempat kerja hilang sebagai ganti jam kerja yang lebih lama dan tak terhindarkan, yah… itu artinya rasa bosan juga muncul. Bosan tentu menjadi kata kunci dari laporan terbaru berjudul The Future of Work, dari seorangtrend forecaster WGSN.
"Kami menyebutnya 'boreout', di mana para pekerja merasa putus koneksi dari budaya perusahaan dan sesama karyawan mereka," ujar Allyson Rees seorang ahli strategi senior di WGSN. “Mereka hanya 'melakukan gerakan' monoton pada pekerjaan. Banyak yang sekarang menemukan bahwa mereka dapat menggabungkan beberapa bidang keahlian mereka ke dalam satu karier dan masih menghasilkan jumlah pemasukan yang sama, sambil menjaga fleksibilitas dalam kehidupan pribadi mereka.”
“Anda bertanggung jawab atas gaji harian Anda dan itu telah mendorong banyak pekerja di bidang yang mereka sukai, apakah itu pekerjaan kreatif, seni, aktivisme, atau sekadar hobi yang berubah menjadi bisnis,” imbuh Allyson. Pola pikir ini tentu sesuatu yang dapat saya hubungkan. Dalam portofolio karier saya sendiri, semua yang saya lakukan (atau tidak lakukan) dapat secara langsung menguntungkan atau menjadi bumerang bagi saya dalam ukuran yang sama, yang merupakan sesuatu yang akan selalu membangunkan saya di pagi hari – bahkan jika saya kadang-kadang bekerja dengan piyama.
"Semua yang saya lakukan (atau tidak lakukan) dapat secara langsung menguntungkan atau menjadi bumerang bagi saya."
Penentuan nasib sendiri dan, yang terpenting, variasi portofolio karier adalah keuntungan utama bagi banyak orang. “Saya suka banyak hal terjadi di saat yang bersamaan, karena ketika salah satu tak bekerja, yang lain dapat memberikan peluang lain. Tidak ada hari yang sama dan saya tidak pernah merasa mandek,” ujar Polly Edsell seorang aktor, penulis, dan artis berusia 29 tahun. Polly sendiri sebelumnya bekerja di Royal Shakespeare Company sebelum akhirnya ia melakukan diversifikasi untuk menulis novel pertamanya, menjadi pengisi suara untuk audioooks, dan fokus pada bisnis di Instagram yang ia luncurkan selama masa karantina. “Saya mulai membuat kolase karena saya sedang mencari sesuatu untuk dilakukan untuk bersenang-senang, tetapi setelah orang-orang mulai membeli karya saya, saya menyadari itu bisa menjadi alternatif lain untuk pemasukan saya,” ceritanya. Sejak saat itu, kolasenya ditampilkan dalam pameran dan @PollysPictureSoup telah mengumpulkan ribuan pengikut di Instagram.
Kemajuan digital telah membuatnya lebih mudah dari sebelumnya untuk menjadi 'slashie' (seperti yang dikenal dengan portofolio karier, berkat jabatan pekerjaan mereka). Saat ini, siapa pun dapat mengubah bisnis sampingan menjadi bisnis kecil dalam semalam melalui Instagram dan Etsy, menyiapkan desain logo dan situs web profesional menggunakan Canva dan WordPress kemudian memonetisasi upaya mereka melalui iklan berbayar, kolaborasi, hingga kemitraan dengan merek dalam segala hal mulai dari Twitter hingga TikTok. Peluang tersebut hanya akan tumbuh saat internet menjadi lebih kuat, menawarkan berbagai pilihan karier yang fleksibel, apakah Anda tipe kreatif ataupun korporat.
“Bagi banyak pekerja hibrida, sebagian besar pekerjaan masa depan mereka berpotensi terjadi di metaverse,” ujar Allyson, mengacu pada jaringan dunia virtual 3D yang sekarang sedang digembar-gemborkan sebagai dunia baru dari media sosial. “Di WGSN kami telah memprediksi kebangkitan nomaden digital selama beberapa waktu, tetapi perusahaan, institusi, dan bahkan pemerintah sekarang memudahkan orang untuk bekerja di mana saja.”
Jika Anda tertarik untuk mengatur portofolio karier Anda sendiri, penting untuk berpikir ke depan dan merencanakan strategi Anda dengan sangat hati-hati. “Tetapkan fondasi yang kokoh,” Natasha memberikan saran. “Fokus pada kekuatan Anda, prioritaskan apa yang penting, dan kumpulkan jaringan dukungan seperti mentor, pelatih, dan beberapa rekan yang akan menemani Anda selama proses tersebut.”
Tidak diragukan lagi, pascapandemi, cara kita menghadapi kehidupan kantor telah berubah – mungkin untuk selama-lamanya. Jam kerja nine-to-five sekarang terasa di banyak industri menjadi sesuatu yang ketinggalan zaman dibandingkan dengan pekerjaan paruh waktu dan yang bersifat fleksibel. Dan piyama? Ya, saya tidak akan mengatakan itu bukan imbuhan yang sempurna.
Baca juga:
7 Rekomendasi Laptop Berkualitas untuk Menunjang Aktivitas Work from Home
Cara Meningkatkan Produktivitas dan Motivasi Saat WFH
(Penulis: Clara Strunck; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih Bahasa: Janice Mae; Foto: Courtesy of Bazaar US