Kondisi rambut yang sehat dan kuat adalah dambaan semua wanita. Namun, kehidupan urban yang dekat dengan tingkat stres tinggi, polusi dan gempuran produk berbahan kimia kerap membuat sang mahkota menjadi rapuh dan bermasalah. Salah satu problem rambut yang perlu diwaspadai adalah alopecia.
Alopecia terbagi dua. Pertama adalah alopecia androgenetic berkaitan dengan genetik dan dihydrotestosteron (DHT), hormon laki-laki dalam kelenjar prostat. Hormon DHT dapat membuat folikel berkurang, yang menyebabkan rambut kian tipis dan mudah rontok, sehingga kebotakan tak dapat dihindari.
Meski banyak menyerang pria, namun permasalahan ini juga bisa dialami oleh wanita, terutama yang berusia sekitar 50 tahun. Alopecia androgenetic ini akan berlangsung selamanya. JIka folikel rambut Anda yang mengecil masih bisa terlihat, Anda dapat melakukan terapi untuk mencegah datangnya kembali hormon DHT. Namun jika folikel sudah tak nampak lagi, maka cara yang dapat dilakukan adalah hair transplant. Maka, hendaknya perawatan sudah dilakukan sejak awal, jangan menunggu kondisinya lebih parah.
Baca juga: Penyebab Rambut Lepek dan Rontok
Sementara itu, alopecia areata adalah penyakit yang disebabkan oleh serangan imunitas tubuh sendiri, atau autoimun terhadap folikel rambut. Gejala awalnya ialah munculnya pitak kecil pada rambut atau dagu yang biasanya ditumbuhi janggut.
Bagian yang kehilangan rambut terasa perih dan nyeri. Rambut jadi lebih mudah rontok jika disisir atau ditarik, dibandingkan dengan pemilik kulit kepala sehat. Usia berapa pun, anak kecil, pria atau wanita dapat menjadi penderita. Namun biasanya pada pria lebih terlihat, karena wanita umumnya memiliki rambut yang lebih panjang.
Baca Juga: 7 Cara Alami Mengatasi Rambut Rontok
Setelah sembuh, alopecia areata dapat muncul kembali jika penderita mengalami stres, memiliki metabolisme tubuh yang buruk, serta kelainan hormon endoktrin. Kadang reaksi ini tak hanya menyerang folikel rambut tapi juga bisa autoimun ke area tubuh lainnya. Maka, penting untuk mendeteksinya sejak dini. Selain menelusuri pencetus reaksi autoimun, pengobatan menggunakan corticosteroid dapat dilakukan di bawah arahan dokter.
Jika ingin lebih tahu mengenai masalah rambut paling kini dan penyelesaiannya, Anda dapat membacanya di artikel Problem Rambut Kini di majalah Harper's Bazaar Indonesia edisi Maret 2018.
(Teks: Ardani Sesotyasari & Poppy Septia. Foto: domenicogelermo©123RF.com)