Tips Keluarga Harmonis Darius Sinathrya dan Donna Agnesia: Jangan Lupakan Agenda Pacaran!

"Banyak orang tua itu kadang suka lupa pacaran. Bahwa ternyata kata-kata pacaran itu setelah menikah sangat penting," ujar Donna.

(Foto: Courtesy of Instagram @darius_sinathrya)


Masih di bulan penuh cinta, rangkaian seri Brunch with Dave Hendrik kembali hadir dengan mengundang sosok-sosok inspiratif untuk diajak berbagi kisah mengenai perjalanan mereka dalam menemukan, membangun, dan atau menjaga benih-benih cinta.

Dan pada kesempatan kali ini, Dave Hendrik berkesempatan untuk mengundang pasangan suami-istri Darius Sinathrya dan Donna Agnesia yang seperti telah kita ketahui selalu harmonis dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Untuk mengetahui lebih lanjut pasangan yang telah menikah selama lebih dari 14 tahun dan dikaruniai 3 orang anak ini, mari simak perbincangannya di bawah ini:


“Donna dan Darius, kalian tuh sudah menikah berapa lama sih? Please refresh our memory,” tanya Dave membuka perbincangan.


“Kita nikah itu 30 Desember 2006, jadi sudah 14 tahun ya mau menjelang 15 tahun,” jelas Darius.


Menyimak penjelasan sang suami, Donna yang duduk di samping Darius pun ikut menimpal, “Lama ya,” ujar Donna seraya memamerkan senyum yang indah.


“Karena topik kita kan memupuk cinta, bagaimana sih kalian berdua memupuk cinta? Karena kita kan percaya cinta itu bukan barang jadi ya. Begitu jatuh cinta 100% lalu tidak diapa-apain ya tetap utuh 100% sampai akhir hayat, ya kan? Kan itu adalah barang yang harus dipupuk katanya. Kalau Anda berdua bagaimana memupuknya?” tanya Dave.


“Banyak hal sih ya tapi mungkin yang harus kita sadari sebenarnya setiap individu itu kan unik, punya karakternya masing-masing, punya sifatnya, terus akhirnya ketika berkomitmen untuk berpasangan, setiap couple itu juga unik. Punya uniqueness-nya masing-masing. Mungkin ada banyak teori, ada banyak bahan bacaan, atau sharing, atau petuah-petuah dari orang tua yang ‘gini loh kalau mau langgeng, kalau mau harmonis terus, kalau mau hangat’, itu adalah teori-teori yang sebetulnya benar, tapi pada praktiknya butuh penyesuaian masing-masing, sesuai dengan karakteristik si couple ini, masing-masing kan punya cara berkomunikasi dan lain-lain.

Nah, kalau kami berdua sepertinya itu di tiga sampai lima tahun pertama ya penyesuaian, pengenalan, dan membangun cara komunikasi yang akhirnya kita berdua paling nyaman, di mana sih sebenarnya, dari hal-hal yang paling kecil, dari kebiasaan, seperti pamit kalau mau pergi, kebiasaan kasih kabar kalau sudah sampai tempat kerja misalnya, banyaklah, termasuk kalau lagi berantem, misalnya kalau lagi ada masalah bagaimana caranya mengomunikasi supaya kadang kan seperti ini, kalau kita sebal, terus berantem, akhirnya fokusnya geser, dari yang apa sih trigger-nya hingga bikin sebal, jadi malah berantem karena yang satu merasa tidak suka ditegur dengan cara seperti itu, akhirnya masalahnya tidak selesai, lalu ada masalah baru, jadi itu salah satu yang kita cukup struggle juga di tiga sampai lima tahun pertama untuk yuk kita fokus kalau ada masalah, kita fokus sama masalahnya, jadi artinya instead of berantem, kita ngobrol, komunikasi.

Memang takes time, jadi misalnya kalau aku yang sebal aku yang diam, sedangkan dia kan orangnya yang tidak sabar, akan bertanya ‘kenapa sih, kenapa sih?’. Lalu malah jadi dia yang sebal. Nah, itu pun menciptakan masalah baru akhirnya. Tapi pada akhirnya kita berusaha untuk sama-sama mendengar, berusaha untuk mau mengerti, memberikan ruang juga ke masing-masing, sampai akhirnya oh ya udah kalau berantem, mungkin aku butuh waktu untuk diam dulu, lalu baru nanti kita ngobrol.

Sudah ngobrol, jadi bicaranya dari hati ke hati bukan bicara dengan emosi dan darah tinggi. Itu sebisa mungkin dihindari sih, dan ternyata itu membantu sekali setelah lima tahun, semakin berkurang, dan akhirnya bisa seperti teman, dan lebih nyaman dalam segala hal sih. Walaupun tetap saja namanya hidup ya, namanya berpasangan, pasti ada namanya masalah, pasti ada berantemnya juga. Namun sudah ketemu dengan titik yang enak pun kalau tidak berantem rasanya tidak seru ya,” papar Darius.


Menambahkan penjelasan Darius, Donna pun turut membagikan perspektifnya, “Aku juga setuju sekali bahwa cinta memang harus dipupuk, seperti kita menanam pohon dari kecil hingga besar, supaya bunganya jadi makin bagus dan segala macam itu memang butuh perjuangan, butuh disiram, butuh dipupuk, butuh disayang, jadi memang selama 14 tahun menjelang 15 tahun ini banyak hal yang sudah dilakukan, banyak perjuangan dari aku dan Darius untuk bisa sampai dalam titik sekarang yang sepertinya semua orang melihatnya kok kita berdua enak sekali, tidak pernah berantem, padahal banyak sekali hal yang sudah kita lewati bersama-sama,” imbuh ibu bagi ketiga buah hatinya bersama Darius.


“Oke, untuk banyak couples yang juga menyimak, karena tadi kan di awal aku sudah bilang, waktu aku nge-tweet flyer acara Brunch with Dave bersama Donna dan Darius itu yang komentar di Twitter aku: ‘Mas Dave aku kalau lihat couple ini rasanya ingin buru-buru menikah, aku doa semakin khusyuk’ katanya gitu. So I believe there are a lot of young couples taking notes from you today, kalau boleh di detailin, mungkin apa usaha-usaha yang Donna dan Darius lakukan untuk memupuk dan juga menyirami cinta yang kalian miliki dalam rumah tangga 14 tahun ini?” tanya Dave mewakili rasa penasaran para pasangan di luar sana mengenai resep keharmonisan yang ditampilkan oleh pasangan Donna dan Darius ini.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Dave, kedua pasangan ini sontak tertawa. “Ada banyak hal ya, seperti tadi yang sempat aku bilang, perhatian, mengungkapkan kasih sayang atau cinta itu ternyata juga (terutama untuk aku ya) butuh effort, mungkin buat laki-laki ya butuh effort lebih untuk bisa mengungkapkan perasaan dan cintanya. Karena kalau cewek itu kadang (apalagi Donna ya), ‘kamu sayang tidak sama aku?’ gitu. Aku kemudian jawab ‘sayang, kenapa sih ditanya melulu? Tidak percayaan banget kalau aku sayang’. Tapi itu ternyata penting untuk mereka (wanita), untuk Donna.

Jadi ternyata itu penting, ekspresi cinta, lalu bagaimana kita tidak bisa dibohongi kan kalau rasanya berubah, dari tatapan mata, dari gestur, dari kebiasaan-kebiasaan yang biasanya di share bersama itu pasti ada yang berubah kalau rasanya berubah. Jadi itu benar-benar ketika ekspresi itu bisa disampaikan secara konsisten, dan memang dulu di awal seperti ini, ketika Donna nanya misalnya ‘kenapa sih nanya terus?’ untuk aku itu jadi problem. Tapi ternyata aku menyadari mungkin itu salah satu bentuk atau cara kita untuk mengekspresikan perasaan kita dan meyakinkan pasangan kita bahwa rasa itu masih ada di situ loh dan bahkan rasa itu masih sama,” bagi Darius.


“Tapi memang intinya aku selalu bilang sama Darius bahwa mungkin kita termasuk yang beruntung, karena sejauh ini sampai 14 tahun rasa cintanya ya istilahnya tidak pernah pudar, dan banyak orang nanya ‘bosan tidak sih? Jenuh tidak sih?’, sejauh ini sih tidak pernah ya, tidak pernah karena memang banyak hal yang aku dan Darius selalu bicarakan, termasuk kita juga senang pergi berdua, atau pergi dengan anak-anak karena salah satu yang mungkin pasangan lupa adalah quality time. Kita pernah ikut seminar parenting di sekolah yang bilangin bahwa orang tua itu kadang suka lupa pacaran. Bahwa ternyata kata-kata pacaran itu setelah menikah itu sangat penting, karena ketika kita bisa pergi berdua, itu adalah saatnya kita bisa bicara dari hati ke hati, bisa cerita apapun, bahkan jika ingin mengkhayal tentang masa depan seperti apa itu yang terkadang menghangatkan, makanya aku dan Darius sesibuknya kita, kita selalu memanfaatkan waktu mau hanya sekadar pergi nonton berdua, atau pergi makan kalau malam anak-anak sudah tidur. Jadi itu adalah hal-hal kecil yang bisa untuk memupuk cinta sih kalau menurut aku,” timpal Donna.


“Berarti pacaran itu jangan lupa walaupun sudah menikah gitu ya,” rangkum Dave.

Nantikan perbincangan lengkap Dave Hendrik bersama dengan Darius Sinathrya dan Donna Agnesia dalam seri Brunch with Dave Hendrik yang akan tayang segera di kanal YouTube Harper's Bazaar Indonesia.

(Foto: Courtesy of Instagram @bazaarindonesia, @darius_sinathrya)