Pendiri brand Onitsuka Tiger, Mr. Kihachiro Onitsuka percaya bahwa aktivitas olahraga adalah akses terbaik untuk merubah gaya hidup, apalagi di masa World War.
Slogan "Anima Sana In Corpore Sano", yakni pikiran yang sehat dalam tubuh yang sehat, tengah menjadi visi misi sang label dan juga akronim dari Asics Ltd., nama perusahaan baru dari Onitsuka Tiger.
Semuanya diawali pada tahun 1940-an, saat Perang Dunia II mengakibatkan masyarakat untuk melupakan kesehatan diri, Mr. Kihachiro bermimpi untuk menyuguhkan sepatu olahraga yang fleksibel dan nyaman sebagai objek pemicu adrenalin. Tepat tahun 1949, alas kaki dengan label Onitsuka Tiger didirikan.
Berlanjut ke 1951, delapan lengan gurita yang terbaring di mangkuk salad memberi petunjuk untuk kreasi alas kaki legendaris, Ok Basketball Shoe. Fitur cengkeram mewujudkan impian para pemain basket untuk berderap cepat dan lincah secara mulus.
Kemudian momen euforia muncul di 1960 ketika Mr. Kihachiro menyaksikan reaksi telapak kakinya begitu menyentuh air panas dan juga tengah diinformasikan oleh profesor medis bahwa temperatur panas dapat menyebabkan lecet kulit. Maka dari itu ia menyuguhkan sepatu Magic Runner, long-distance running shoes dengan teknik drilling holes untuk sirkulasi udara yang lebih banyak.
Lalu ajang Tokyo Games di 1964 yang mengundang sejumlah inovasi kreatif. Salah satunya adalah track spikes untuk para atlet yang diberi tajuk Runspark. Desain hak sepatu yang tajam namun dilapisi juga dengan busa lembut agar dapat mengadaptasi dengan dataran secara mudah.
2 tahun sesudah, tahun 1966 adalah The Birth of an Icon. Onitsuka Tiger meluncurkan elemen stripe yang hingga kini menjadi ikon sang label. Aksen ini tampil pertama kalinya pada sepatu Limbur Up Leather BK di Olimpiade Meksiko tahun 1968.
Tiga tahun setelah, label ini dinobatkan menjadi sports shoe maker terkemuka di Jepang. Terlebih lagi, mencuri atensi dunia, termasuk pelari bangsa Amerika dan co-founder brand Nike, Bill Bowerman. Bill bertemu dengan Mr. Kihachiro dalam program studi pemasaran athletic shoes, tak disangka ia juga ingin Blue Ribbon Sports (nama perusahaan Nike saat pertama kali didirikan) membawa Onitsuka Tiger ke Amerika.
Kemudian tren lifestyle dan mode era 70-an memberi inspirasi untuk desain sepatu jogging bernama The California. Ada pula kehadiran reflective patches di bagian belakang sepatu sebagai sinyal untuk para pengemudi.
Kini, koleksi arsip tetap tampak namun dalam format lebih menyegarkan, dari segi potongan, warna, maupun wujud aksentuasi, dengan kategori Mexico 66, California 78, dan Nippon Made.
( Foto: Courtesy of Onitsuka Tiger )