Apresiasi Seni dan Budaya Peranakan Tionghoa

Acara Kondangan Peranakan Tionghoa kembali diselenggarakan untuk keempat kalinya dengan upaya melestarikan tradisi leluhur.



Semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu mengingatkan kembali akan kekayaan dan kekuatan bangsa Indonesia. Salah satunya adalah budaya peranakan Tionghoa yang tengah datang ke Tanah Air sejak abad ke-16 dan hidup berdampingan dengan penduduk asli sehingga adanya pembauran kultur lokal.

Untuk melestarikan tradisi tersebut, Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (Aspertina) menyelenggarakan kembali acara tahunan bertajuk Kondangan Peranakan Tionghoa di Shangri-La Jakarta pada akhir November lalu.


Ajang ini meliputi pertunjukan angklung oleh para lansia berusia 60-85 tahun yang tergabung dalam komunitas Pelita Angklung, alunan lagu-lagu daerah dari grup vokal, Elfas Singer, serta tarian tradisional dari Tarian Gending Sriwijaya.

Kemudian untuk Indonesia bagian Timur, Samuel Wattimena dan Eko Chandra unjuk kepiawaiannya dalam format eksklusif. Seluruhnya dapat menjadi referensi bagi para generasi muda, penikmat mode, maupun pencinta kuliner.

(Foto: Courtesy of Kondangan Peranakan Tionghoa)