25 Buku Terbaik untuk Menyelami Dunia Fashion

Dari rangkaian foto retrospektif nan memukau hingga renungan jenaka tentang makna sebenarnya dari memiliki gaya.

Foto: Courtesy of BAZAAR US


Sebagai bentuk seni yang dapat dikenakan dan terus berkembang, dunia fashion dipenuhi sejarah dan simbolisme, segala unsur yang menjadikannya bahan buku yang menakjubkan. Tak heran jika para jurnalis, fotografer, serta tokoh-tokoh besar industri mode kerap merefleksikan makna dari pekerjaan ini. Melalui memoar yang penuh cerita, buku nonfiksi yang diteliti dengan cermat, hingga coffee-table book yang memanjakan mata, banyak penulis dan kreatif berupaya memperdalam pemahaman pembaca tentang sejarah mode dan pengaruh budayanya.

BACA JUGA: 30 Rilisan Buku Terbaik di Musim Gugur 2025

Di bawah ini, Harper’s Bazaar merangkum 25 buku terbaik tentang fashion, mulai dari buku foto yang memukau hingga refleksi cerdas mengenai arti memiliki gaya. Para selebriti, stylist, editor, dan pelaku bisnis berkumpul dalam koleksi ini untuk mengeksplorasi setiap sisi dunia fashion. Entah Anda tertarik pada sejarah tas tangan atau dinamika bisnis department store masa lalu, Anda pasti menemukan bacaan berikutnya tentang fashion dan gaya di sini.

1. Aperture The New Black Vanguard: Photography Between Art and Fashion karya Antwaun Sargent

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Buku coffee table yang memukau ini menelusuri karya para fotografer kulit hitam visioner seperti Campbell Addy, Quil Lemons, Renell Medrano, Tyler Mitchell, dan Dana Scruggs. Melalui perspektif yang menyoroti persinggungan mode, budaya, kecantikan, hingga politik, Sargent dan para seniman menggali makna representasi komunitas Black atas istilah mereka sendiri.

2. D.V. karya Diana Vreelan

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Memoar ini menyoroti kehidupan luar biasa Diana Vreeland selaku mantan fashion editor Harper’s Bazaar, ikon gaya, dan sosok berpengaruh di industri mode. Ia menceritakan kisah hidupnya dengan anekdot penuh warna, membawa pembaca memasuki dunia mode yang glamor dan tokoh-tokoh besar yang mewarnainya.

3. The Chiffon Trenches: A Memoir karya André Leon Talley

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Memoar yang jujur dan berani dari salah satu editor paling berpengaruh selama empat dekade terakhir. André mengisahkan perjalanan kariernya di berbagai publikasi besar, perjuangannya mencari keindahan, serta pengalaman menghadapi rasisme dalam industri yang didominasi kulit putih.

4. Fashion Is Spinach karya Elizabeth Hawes

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Pertama kali terbit pada 1938, buku ini adalah kritik tajam terhadap sisi konsumtif industri mode. Elizabeth, seorang stylist dan desainer, membedakan antara gaya yang berakar pada kegunaan dan mode yang didorong tren semata, menjadikannya bacaan penting bagi siapa pun yang ingin membangun lemari pakaian berkelanjutan.

5. They All Came to Barneys karya Gene Pressman

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Ditulis oleh mantan co-CEO dan direktur kreatif Barneys New York, buku ini menelusuri kebangkitan dan kejatuhan department store ikonis tersebut. Perpaduan antara memoar dan retrospektif, Gene menceritakan bagaimana Barneys meluncurkan para desainer besar, bekerja sama dengan selebriti, dan menciptakan gaya hidup glamor sekaligus penuh tantangan.

6. Everyday Icon: Michelle Obama and the Power of Style karya Kate Betts

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Buku ini menyoroti bagaimana Michelle Obama menggunakan fashion sebagai alat komunikasi politik sekaligus ekspresi diri. Betts, mantan editor in chief Harper’s Bazaar, menempatkan pilihan gaya Obama dalam konteks sejarah dan membandingkannya dengan First Lady lain yang berpengaruh.

7. Louis Vuitton: The Birth of Modern Luxury — Updated Edition karya Paul-Gérard Pasols

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Coffee table book ini menyelami sejarah panjang Louis Vuitton, dari awalnya sebagai pembuat koper Paris hingga menjadi salah satu rumah mode terbesar di dunia. Buku ini menampilkan arsip, monogram ikonis, serta perjalanan desain dari Marc Jacobs hingga Virgil Abloh.

8. Fluid: A Fashion Revolution karya Harris Reed

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Melalui buku visual yang kuat ini, Harris Reed mengeksplorasi fluiditas mode, identitas gender, dan proses kreatifnya. Dipenuhi foto dramatis dan refleksi tajam, buku ini merayakan kebebasan berekspresi di runway maupun karpet merah.

9. Shocking: The Surreal World of Elsa Schiaparelli karya Marie-Sophie Carron de la Carrière

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Buku ini menelusuri sejarah surealis dari rumah mode Schiaparelli, mulai dari rancangan pertama Elsa pada 1927 hingga kolaborasinya dengan seniman seperti Salvador Dalí. Sebuah retrospektif penuh warna tentang label yang kembali menjadi sorotan.

10. A Visible Man: A Memoir karya Edward Enninful

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Memoar penuh inspirasi dari stylist dan editor yang mendorong kreativitas serta inklusivitas dalam industri mode. Edward menceritakan perjalanan hidupnya sebagai pengungsi Ghana hingga menjadi salah satu pemimpin editorial paling berpengaruh, lengkap dengan kisah jujur tentang diskriminasi yang ia hadapi.

11. Claire Mclaire McCardell: The Designer Who Set Women Free karya Elizabeth Evitts

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Bila Anda pernah merasa senang karena menemukan gaun favorit Anda punya kantong, itu adalah berkat Claire McCardell. Perancang visioner di balik busana nyaman dan fungsional seperti wrap dress, ballet flat, dan pakaian dengan resleting, Claire dianggap sebagai sosok yang menantang dominasi rumah mode Prancis pasca-Perang Dunia II. Evitts Dickinson menghadirkan biografi mendalam mengenai desain-desain jenius Claire, sekaligus konteks era ketika ia berkarya.

12. Fashionopolis: Why What We Wear Matters karya Dana Thomas

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Saat dunia mode terus berjuang menghadapi isu keberlanjutan, semakin banyak desainer mengadopsi circular fashion dan upaya mengurangi limbah. Namun di tengah fakta bahwa rata-rata orang Amerika membeli 53 item pakaian baru per tahun, perubahan menjadi sangat mendesak. Dalam Fashionopolis, jurnalis Dana Thomas menelusuri sisi kelam industri mode, termasuk eksploitasi tenaga kerja, kerusakan lingkungan, dan budaya “dupe”. Ia juga berbincang dengan para visioner yang sedang membayangkan kembali tekstil, praktik, dan masa depan industri, menyajikan sudut pandang yang optimistis sekaligus penuh peringatan.

13. The Battle of Versailles karya Robin Givhan

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Istana Versailles yang megah tidak selalu terawat seperti sekarang dan sejumlah nama besar mode tahun 1970-an ikut berperan dalam upaya restorasinya. Jurnalis dan kritikus mode Robin Givhan menyajikan tinjauan komprehensif tentang The Battle of Versailles, pertunjukan mode bersejarah tahun 1973 yang menampilkan karya para desainer Amerika seperti Bill Blass, Stephen Burrows, Oscar de la Renta, Anne Klein, dan Halston, serta desainer Prancis seperti Marc Bohan, Pierre Cardin, Hubert de Givenchy, Yves Saint Laurent, dan Emanuel Ungaro. Malam itu menantang rasisme, elitisime, dan pakem gaya saat itu, sekaligus menegaskan posisi mode Amerika sebagai kekuatan besar.

14. Overdressed karya Elizabeth L. Cline

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Jurnalis Elizabeth Cline mengupas tajam dunia fast fashion, dimulai dari tumpukan pakaian murah yang membanjiri butik dan lemari di seluruh negeri. Ditulis pada 2013 sebelum puncak popularitas Shein dan mode cepat di Amazon, buku ini menelusuri kerusakan lingkungan, eksploitasi pekerja, dan bahan beracun yang digunakan dalam produksi pakaian murah. Intinya: Anda mungkin membayar sedikit untuk tank top murah, tetapi selalu ada pihak lain yang menanggung biayanya.

15. Superfine: Tailoring Black Style karya Monica L. Miller

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Sebagai pendamping pameran Costume Institute 2025 di Metropolitan Museum of Art, buku ini memastikan koleksi busana, foto, dan ikonografi mode tersebut terus hidup. Kurator tamu Monica L. Miller mengaitkan gaya para dandy kulit hitam dengan konteks budaya pada masanya, menghasilkan narasi yang kuat. Koleksi ini mencakup seragam prajurit Haiti, cara orang yang membebaskan diri menggunakan pakaian untuk menyamar dalam perjalanan menuju kebebasan, hingga potongan pakaian milik Frederick Douglass, Muhammad Ali, dan tokoh ternama lainnya.

16. Little Guides to Style Collection: The History of Eight Fashion Icons karya Emma Baxter-Wright, Karen Homer, dan Laia Farran Graves

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Hadiah sempurna untuk fashionista pemula, koleksi delapan buku ringkas ini menyajikan pengantar yang mudah dipahami tentang dunia Chanel, Dior, Prada, Gucci, dan lainnya. Setiap buku menggabungkan fotografi dan sejarah untuk menampilkan perjalanan para ikon mode terbesar serta pengaruh mereka terhadap dunia gaya.

17. The Handbag Book karya Sophie Gachet

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Kenangan akan tas desainer pertamamu pasti tak terlupakan. Buku ini menempatkan baik tas “It bag” maupun tas klasik dalam konteks sejarahnya, menampilkan Birkin dan Chanel 2.55 berdampingan dengan tas-tas tren seperti Balenciaga Hourglass dan Chloé Marcie. Saat para desainer terus mengembangkan desain favorit dan menghidupkan kembali arsip, buku ini menjadi bukti bahwa tas adalah lebih dari sekadar aksesori.

18. When Women Ran Fifth Avenue karya Julie Satow

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Buku ini mengisahkan tiga perempuan hebat yang pernah menguasai industri department store: Hortense Odlum dari Bonwit Teller, Dorothy Shaver dari Lord & Taylor, dan Geraldine Stutz dari Henri Bendel. Meski bekerja di masa dan tempat berbeda, ketiganya berbagi visi tentang cara perempuan berbelanja dan bagaimana toko harus beroperasi. Julie menggambarkan potret para pebisnis visioner yang memahami bahwa mode sama menguntungkannya dengan cantiknya.

19. Gods and Kings: The Rise and Fall of Alexander McQueen and John Galliano karya Dana Thomas

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Kajian mendalam Dana Thomas mengenai dua nama besar mode modern ini membahas ketegangan antara kreativitas dan pertumbuhan korporat. Alexander McQueen dan John Galliano berperan besar dalam menghidupkan kembali dunia mode pada 1990-an lewat desain inovatif dan kemampuan membaca keinginan konsumen. Namun kejayaan itu dibarengi sisi kelam: Dana menulis jujur tentang depresi Alexander hingga kematiannya, serta tindakan dan ujaran bermasalah yang membuat John kehilangan posisinya.

20. Colorful karya Iris Apfel

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Mendiang Iris membuktikan bahwa gaya tidak mengenal batas maupun usia. Buku ini dipenuhi foto-foto dan filosofi hidupnya dan tentu saja, pandangannya tentang gaya. Penuh kecerdasan dan kebijaksanaan, kata-kata Iris akan menginspirasimu untuk hidup dan berpenampilan lebih penuh warna, serta mencari inspirasi di mana pun.

21. Edith Head karya Jay Jorgensen

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Jika Anda pernah terpukau oleh kostum dalam film Hollywood klasik, kemungkinan besar Edith Head terlibat di baliknya. Perancang kostum legendaris ini membentuk gaya puluhan film termasuk Breakfast at Tiffany’s, All About Eve, dan Rear Window, bekerja bersama Audrey Hepburn, Grace Kelly, dan Elizabeth Taylor. Biografi ini memadukan sketsa, foto, dan kisah masa kecil untuk menghadirkan sosok kompleks dan visioner tersebut.

22. How to Build a Fashion Icon karya Law Roach

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Arsitek gaya di balik beberapa penampilan terbaik Zendaya ini memadukan memoir dan filosofi pribadi. Bagi Law Roach, gaya adalah perpaduan antara kepercayaan diri dan busana itu sendiri. Ia menjelaskan cara membangun keduanya melalui cerita hidup dan karier awalnya, menjadikannya panduan untuk menjadi versi terbaik diri Anda.

23. Work! karya Elspeth H. Brown

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Menelusuri evolusi industri modeling dari fotografi awal hingga runway modern, Elspeth H. Brown menggali pengaruh, subteks, dan bentuk subversi queer dalam industri tersebut. Teks yang diteliti secara mendalam ini membedah fungsi dasar modeling dan bagaimana pandangan queer selalu hadir di dalamnya.

24. Behind the Seams: My Life in Rhinestones karya Dolly Parton

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Selama ratusan tahun, seniman menggunakan mode sebagai ekspresi diri, tetapi tak ada yang melakukannya seperti Dolly Parton. Ikon musik dan filantropis ini menyajikan pandangan jenaka dan reflektif mengenai lemari pakaiannya, lengkap dengan tampilan arsip dan detail desain. Sepanjang buku, Anda akan diingatkan bahwa mode adalah soal bersenang-senang dan mungkin kamu juga perlu menambahkan sedikit kilauan dalam hidup sehari-hari.

25. Make It Ours karya Robin Givhan

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Dunia mode berubah selamanya berkat Virgil Abloh, yang memadukan street style dan high fashion dengan cara yang belum pernah dilihat sebelumnya. Pendiri Off-White dan direktur artistik kulit hitam pertama di Louis Vuitton ini memiliki visi unik tentang apa itu mode dan untuk siapa ia dibuat. Robin merangkai wawancara dengan keluarga dan rekannya untuk menangkap visi Virgil, sekaligus mengeksplorasi budaya, tuntutan konsumen, dan kekuatan korporat yang membentuk perjalanan kariernya yang terlalu singkat.

BACA JUGA:

Sofia Coppola Hadirkan Buku Baru tentang Chanel yang Penuh dengan Inspirasi dan Jejak Kenangan

Buku Pilihan Bazaar: The Most Famous Girl in the World oleh Iman Hariri-Kia

(Penulis: Ella Ceron; Artikel ini disadur dari: BAZAAR US; Alih bahasa: Amadea Saskia Putri; Foto: Courtesy of BAZAAR US; Edited by SS)