Bazaar Academy: Melihat Proses Post-Production Bersama Founder Bizaroid, Gaston Marcotti

Dunia luks dari kacamata founder post-production house ternama di Prancis.

Courtesy of: Harper's Bazaar Indonesia


Beberapa saat lalu, Harper’s Bazaar Indonesia mengadakan program Bazaar Academy yang berulang kali diselenggarakan untuk membagi ilmu-ilmu yang kelak menjadi bekal para pionir kreatif di masa depan.

Courtesy of: Harper's Bazaar Indonesia

Gaston Marcotti dikenal sebagai founder Bizaroid, sebuah post-production house yang sering bekerja sama dengan berbagai luxury brands terkenal. Bizaroid, post-production house asal Prancis yang ternama ini memiliki keahlian di efek visual dan retouch, khususnya luxury beauty. Dikembangkan menjadi post-production house yang menghasilkan karya berupa film fitur dan iklan, beberapa klien Bizaroid yang pasti familier di ranah fashion termasuk Chanel, Louis Vuitton, juga Dior.

Courtesy of: Harper's Bazaar Indonesia

Penemu post-house​​ ini datang dengan kehangatan menyapa para peserta Bazaar Academy. Memulai workshop-nya dengan perkenalan, Gaston mengakui bahwa ia lebih sering memilih untuk bekerja di negara yang lebih jarang dikunjung post-house yang lain. Alasannya adalah “It’s easier to stand out”. Ia juga mengakui proses bekerja sama dengan brand mewah melebihi dari proses industrial dan lebih artisan, yang dimana “Cinema is the best way to portray one’s imagination.”

Pembahasan Gaston mencakup topik seperti perkenalan brand dan portofolio yang Bizaroid telah lakukan, termasuk Chanel. Ia bercerita bahwa mengetahui akar sebuah brand melebihi dari klien pada umumnya, menjadi tahap pertama untuk membangun chemistry dengan klien besar. Menyarankan ide yang lebih risky dan eksploratif juga penting. Namun harus disama ratakan dengan kesediaan untuk mendengarkan klien.

Courtesy of: Harper's Bazaar Indonesia

Dari sana, topik pembahasan bergeser kepada topik yang cukup teknikal. Gaston membahas bagaimana penggunaan teknologi AI membantu proses pengerjaan post-production lebih efektif dan baik. Gaston membahas kepentingan peran software seperti Shotgrid dan FTrack, yang ia gunakan saat berkreasi. Ia ingin menyampaikan sebagaimana pentingnya workflow efektif yang digabung dengan keterampilan berkarya akan membuahkan hasil yang bisa dibanggakan.

Pemimpin Bizaroid ini percaya kepentingan humanistic efforts meskipun dengan keterlibatan besar software dan teknologi AI yang di zaman sekarang. Ia membandingkan keberadaan teknologi di pekerjaan pertamanya, yaitu restorasi film jadul Prancis. Teknologi AI di zaman sekarang bisa mempercepat dan mengurangi tenaga kerja dengan banyak. Tetapi, ia terus beri catatan kepada peserta untuk menggunakan teknologi AI sebagai alat tafsiran teknik klasik berkarya, bukan menggantikan tenaga kerja manusia.

Terus ingin melibatkan para peserta, Gaston menunjukkan konten behind-the-scenes eksklusif dari berbagai proyek.

Courtesy of: Harper's Bazaar Indonesia

Kedatangan dua hari Gaston untuk Bazaar Academy merupakan pelajaran yang membuka mata para peserta. Wawasan luas soft dan hard skill miliknya, khususnya di bidang luxury brand dan keahlian teknis dalam dunia post-production, sangat dinanti oleh tim Bazaar sendiri.

BACA JUGA:

Bazaar Academy: How to Be Successful in The Fashion Business

(Penulis Teks: Hejira Rachmanto, Foto: Courtesy of Harper's Bazaar Indonesia)