Pementasan Teater Koma: Opera Kecoa

Sebuah karya legendaris Teater Koma yang dikemas dalam bingkai humor modern.



Lakon orang miskin, begitulah cara Teater Koma menjelaskan tentang pementasan Opera Kecoa. Sebuah persembahan legendaris yang dahulu diburu penonton hingga rela membeli tiket dengan harga lima kali lipat. Mungkin karena ceritanya sangat akrab dengan kehidupan rakyat kecil, atau karena selera humor para pemain yang tidak pernah gagal mengundang gelak tawa.

Namun yang jelas, lakon ini mengukir salah satu kisah tersukses Teater Koma. Ceritanya yang jujur dan mengulik gelapnya kehidupan para pejabat korup sempat membuat lakon ini dilarang untuk pentas. Para pemainnya dahulu pernah mendapat teror keji melalui telepon bahkan hingga ancaman bom. Sebuah perjuangan keras untuk menyampaikan aspirasi rakyat yang lelah dihimpit para penguasa licik.

Ceritanya kini masih sama dengan tahun 1985, dengan tambahan humor modern yang lebih akrab di telinga masyarakat. Bercerita tentang kisah sekumpulan pekerja seks komersial yang dikunjungi berbagai lelaki hidung belang yang tak jarang datang dari kalangan pejabat. Di sisi lain, berjalan juga kisah Roima, seorang bandit kelas teri yang berpacaran dengan tokoh waria bernama Julini.

Selama tiga jam lebih para penonton dihibur dengan talenta akting para pemain yang dibalut tata artistik berkelas. Hingga kini, pementasan yang masih akan berjalan hingga tanggal 20 November di Taman Ismail Marzuki ini selalu kebanjiran penonton. Seperti kata sang komposer, Harry Roesli, "rupanya zaman tidak berubah, Kita masih sengsara, masih ditekan oleh kekuasaan. Ternyata orang masih butuh katarsis."

Menurut Bazaar, teater ini adalah salah satu pementasan yang wajib Anda saksikan. Sebuah lakon jujur yang membuat para penontonnya dapat melihat dengan nurani.

Selamat menyaksikan!

Foto: Courtesy of Teater Koma, courtesy of Opera Kecoa.