Pada era konten media sosial dan return policy yang semakin fleksibel, doing it for the gram merajalela. Pemborosan sumber daya fisik untuk suatu posting-an di dunia maya nampaknya tidak sepadan. Kita sering lupa apa saja yang terkait produksi suatu garmen: tanah yang sangat luas untuk menumbuhkan bahan, logistik pengiriman yang rumit, kemasan yang merusak lingkungan, kebutuhan ruang penyimpanan dan segala macam biaya lainnya yang tinggi. Apakah semua effort itu worth it hanya untuk suatu reel di Instagram, sebuah konten Tiktok?
Para desainer sudah menemukan cara doing it for the gram yang tidak harus merusak lingkungan sekaligus sebagai salah satu solusi instan yang mengarah pada sustainability, yakni lewat cyber clothing atau digital garments (pakaian digital). Cara kerjanya mengikuti sebuah proses yang disebut 'fitted to order.' Pada dasarnya, pembeli digital garment dapat mengunggah di mana pakaian tersebut akan diplot secara 3D sehingga terlihat sangat realistis. Hasil akhir inilah yang kemudian dapat di-share. Cara serupa juga banyak dilakukan oleh kebanyakan brand cyber clothing, di antaranya termasuk Republique, Replicant, dan XR Couture. Lewat kehadiran aplikasi seperti Clo Fashion dan Marvelous Designer, semakin banyak pula kreator independen yang dapat menjual baju ke berbagai platform dan marketplace untuk digital fashion. Kondisi ini kemudian mendorong estetika baru karena banyak ide dapat hanya direalisasikan secara digital. Sebagai contoh adalah siluet yang sangat besar dan rumit, material yang tidak ada di dunia fisik, atau bahkan bentuk yang transformatif.
Sifat cyber clothing murni digital, sehingga raceability, authenticity, dan trading menjadi unsur yang penting. Data produk dimasukkan ke blockchain, sebuah teknologi catatan transaksi digital yang dihubungkan secara kriptografik dan terdistribusi antara para user. Karena itu, data yang ada tidak mungkin dapat diubah sendiri. Di sinilah NFT (non-fungible token) dan cryptocurrency memiliki peran. Di platform seperti The Dematerialized, metode pembayaran dapat dilakukan menggunakan bitcoin. Bulan Februari lalu, Crypto Fashion Week diselenggarakan untuk memperkenalkan publik bagaimana teknologi tersebut bisa dipersatukan. Juni lalu, NFT platform Mintable meluncurkan Neuno, yang mengkhususkan di NFT fashion.
Cyber clothing jelas telah mendemokratisasikan fashion, dengan harga yang aksesibel (mulai dari 6 dolar Amerika), lead time produksi yang cepat (rata-rata plotting membutuhkan 2 hari), namun ia juga dapat memberikan servis yang paralel dengan couture. Di mana couture mempersoalkan savoir-faire, beberapa prosesnya dicakupi oleh digital garment: ukuran yang disesuaikan setiap klien, penggunaan bahan yang terbaik, dan dalam beberapa kasus, eksklusivitas. Beberapa brand menerapkan digital exclusivity, yakni batasan jumlah edar untuk meningkatkan nilai. Tribute, brand asal Amerika Serikat (yang sempat ramai karena mantan Artistic Director Mugler, Nicola Formichetti, mengenakan salah satu desainnya) terbatas pada 100 upload per style, namun mereka juga menerima custom order dengan TB Taylor Made Cyber Services—harga baju tersebut sesuai dengan tingkat kompleksitas pesanan.
Dan ternyata market potential-nya sangat besar—menurut NowFashion, digital fashion “mempunyai potensi untuk merepresentasikan 1 persen dari market share fashion senilai 25.000.000.000 dolar Amerika.” Penjualan virtual skin pada Fortnite saja mencapai 50.000.000 dolar Amerika pada bulan Mei saja. CEO QuantStamp, Richard Ma, pernah menghadiahi istrinya, Mary Ren, sebuah baju custom oleh The Fabricant seharga 9.500 dolar Amerika. Ia bahkan menganggap Iridescence Dress tersebut sebagai sebuah investasi, karena aset tersebut hadir pada blockchain. Meskipun kebanyakan dari implikasi penggunaan digital fashion masih untuk sekali pakai, kami catat beberapa penggerak yang dapat mendorong penggunaannya:
The Fabricant
Digital Fashion House ini dikenal sebagai salah satu pelopor augmented reality sejak memperkenalkan Iridescence Dress, sebuah gaun digital-only pertama di dunia dan di blockchain. Namanya pun sudah sering terdengar berkolaborasi dengan banyak nama termasuk Nike, Tommy Hilfiger, dan A Bathing Ape. Cyber clothing dari The Fabricant disiapkan dalam bentuk file “ffrops” yang dapat digunakan pada CLO3D. Penggunanya pun dapat meng-edit bajunya sendiri. Dengan tech firm Your Majesty, lahir sebuah platform fashion digital pertama pada tahun 2002 yang bernama Leela. Penggunaannya mudah, sebab Anda hanya perlu mengunggah foto wajah yang nantinya akan dimuat pada sebuah avatar. Setelahnya, avatar ini dapat mengenakan baju dari koleksi Spring 2020 bertajuk Fluid berbahan transparan dan bergelombang.
DressX
Sejauh ini, DressX merupakan retailer cyber clothing terbesar yang layak dibandingkan dengan Farfetch atau Net-A-Porter. Tech company asal Ukraina ini menyediakan digital fashion yang beragam dan cyber clothing yang sifatnya nonstatis. Media sosial merupakan sumber keuntungan bagi DressX, sebab selain setengah pelanggannya datang dari Instagram dalam rentang usia 25 hingga 35 tahun, mereka juga memanfaatkan keberadaan media sosial untuk mewujudkan hal yang tak mungkin dibuat secara fisik. Misalnya, sepatu oleh Buffalo London dan The Fabricant dirancang dengan api yang terus berkobar. Selain itu, DressX juga meluncurkan DRESSX Cosmic yang merupakan koleksi baju casual dengan gambar-gambar SpaceX yang berada di domain publik.
IL3X dan ARdrobe
IL3X selaku design house dan platform virtual menjual cyber clothing pada multi-brand online shop bernama ARdrobe (Augmented Reality Wardrobe) dengan cara yang lebih mudah. Tanpa perlu mengunduh aplikasi, lewat browser Anda sudah dapat mengakses lemari virtual yang memudahkan orang untuk menyimpan dan membuat outfit dengan cara kerja yang mirip dengan penggunaan filter di media sosial. Yang ditawarkan di sini adalah estetika feminin dengan pengaruh fashion Y2K. Kelebihan lainnya adalah prosesnya yang instan dan penggunanya bebas mengatur ukuran, posisi, serta lighthing dari produk yang dibeli meski hasil yang ditampilkan kurang realistis.
VHF Digital
Video adalah media yang paling banyak dikonsumsi secara online. Tidak heranlah jika akhirnya muncul sebuah digital publication dalam format video secara menyeluruh, dan lengkap dengan direct shopping. VHF mengemas branded content dengan cara segar, memperlihatkan peluang fashion virtual dan juga 3D. Publikasi ini berhasil menggaet Blumarine, GHDC, dan Emporio Armani untuk edisi pertama mereka. Meskipun produk baju yang ditampilkan juga tersedia dalam bentuk fisik, experience dari platform tersebut memperlihatkan peluang baru.
Penulis: Allysha Nila; Foto: Courtesy of Republique, Replicant, XR Couture, The Fabricant, DressX, ARDrobe