Harper’s Bazaar Indonesia melakukan kunjungan khusus ke rumah mode Iris van Herpen, seorang desainer pelopor aplikasi 3D printing dan teknologi canggih lainnya pada pembuatan gaun haute couture.
Di antara julukan-julukannya seperti ‘Sorceress of Style’ (Suzy Menkez) atau ‘Marie Curie of the fashion world’ (kurator Andrew Bolton), Majalah TIME memilihnya sebagai salah satu dari 50 inovator terbaik pada tahun 2011. Beberapa museum penting seperti Metropolitan Museum of Art in New York, Groningen museum dan lain sebagainya telah mulai mengoleksi karyanya.
Pemakai karyanya adalah sosok-sosok internasional berpengaruh seperti Katy Perry, Bjork, Jordan Roth, Cara Delevingne, Lady Gaga, Cate Blanchett, Tilda Swinton dan Fan Bing Bing. Berikut perbincangan khusus Bazaar dengan desainer yang bertutur lembut dan memiliki visi futuristis ini.
Harper's Bazaar (HB): Anda mengatakan haute couture adalah seni. Apakah ini menyimpulkan bahwa seni adalah suatu kemewahan?
Iris van Herpen (IvH): Tidak, seni adalah kebutuhan dasar, medium ekspresi dan identitas diri yang memanusiakan kita. Ini kita alami sebagai budaya. Pada saat dalam kondisi kekurangan, seni justru menjadi sangat penting, peka dan prominen.
HB: Apakah definisi dan notasi keindahan bagi Anda?
IvH: Tidak ada satu definisi tetap keindahan karena ia sangat beragam, subjektif dan pribadi. Itulah makna sebenarnya dari keindahan.
HB: Apa yang dimaksud dengan istilah ‘new femininity’ yang sering Anda sebut?
IvH: Dasarnya adalah tradisional, sedangkan definisi kewanitaannya terus berubah seiring jalannya evolusi. Saya mengikut sertakan inteligensi pada pembuatan gaun dan ini sangat dihargai pelanggan yang biasanya merupakanempowered women.
HB: Apa definisi kecantikan bagi Anda?
IvH: Paduan antara seduction dan intelegensi menciptakan kecantikan dari dalam dan bermakna. Sebab itu saya mengikut sertakan kolaborasi pengetahuan ilmiah pada rancangan saya. Couture sering kali kurang memahami hal ini.
HB: Apa titik tolak saat Anda berpaling pada teknologi?
IvH: Kolaborasi dengan Benthem Crouwel Architects (perancang perluasan Museum Stedelijk Amsterdam yang didesain seperti bathtub) memberi inspirasi water dress, gaun yang harus terlihat seperti percikan air. Kesulitan realisasinya membuat saya menjajaki 3D printer yang dipakai oleh arsitek untuk membuat model. Inilah dialog serius pertama saya dengan teknologi.
HB: Mengapa Anda menganggap filosofi penciptaan penting?
IvH: Fashion sering kali dianggap dangkal. Bagi saya, fashion adalah bentuk seni penentu jati diri pencipta identitas dan budaya. Merubah citra fashion dan menambah minat pihak-pihak yang tadinya tidak tertarik pada dunia fashion memberi kebanggaan tersendiri.
HB: Apakah “world issues” yang membuat Anda prihatin?
IvH: Masalah lingkungan dan perubahan iklim. Saya merasa janggal berkecimpung di dunia fashion dan perlu membuat perubahan yang lebih besar. Couture akan menjadi semakin penting sebagai solusi pengatasan masalah lingkungan.
HB: Apa pendapat Anda tentang sustainability di dunia fashion?
IvH: Saya berharap esensi sistem produksi massal busana siap pakai akan berubah secara mendasar. Bertolak belakang dengan couture, ready to wear telah memperhitungkan biaya pembuatan 50 persen produknya diperkirakan tidak akan terjual. Pakaian yang dibuat dan dipesan (pre-ordered) membuat konsumen membeli secara sadar. Pengembangan teknologi baru seperti 3D printing dapat membantu menekan harga secara luas karena biaya produksi dalam jumlah banyak tidak menambah biaya terlalu besar.
HB: Apa yang mendorong kekuatan imajinasi dan kreativitas Anda?
IvH: Pengembangan bahasa seni pribadi dan pembangunan rasa percaya diri memerlukan banyak investasi waktu dan usaha keras di bidang seni. Ketika belajar kita menjiplak apa yang dilakukan orang lain. Ketika kita mulai membuat keputusan berdasarkan intuisi, itulah saat seorang seniman mulai menemukan identitas dan bahasanya sendiri.
HB: Kepada siapakah Anda berpaling untuk saran terpercaya?
IvH: Pilar kokoh utama adalah pasangan saya, Salvador Breed, seorang musisi musik elektronik. Salvador adalah teman refleksi, berdiskusi dan tempat saya mendapatkan advis tepercaya. Beberapa wanita yang pada mulanya adalah klien juga menjadi teman pribadi.
Arsitek asal Kanada, Phillip Beesley, adalah inspirator intelektual, kreatif dan filosofis yang juga seorang guru berpengetahuan luas dan memiliki tingkat inteligensi tinggi. Bersama, kami menggarap penyempurnaaan material dan teknik dengan 3D printer.
HB: Apakah legacy yang ingin Anda tinggalkan nantinya?
IvH: Saya harap saya dapat meninggalkan keindahan baru bagi orang-orang yang bekerja bersama saya. Saya juga berharap menjadi pelanjut evolusi craftsmanship serta tradisi inovatif Haute Couture dan bukan sebagai pengulang apa yang telah diciptakan di masa lalu.
(Foto: Courtesy of Studio Lana Prins, Inge Oey & Iris van Herpen)