Memasuki Mercedes-EQ SPACE terasa seperti pengalaman imersif instalasi seni bernapas futuristis yang sekaligus ramah lingkungan. Dekorasi dengan visual biru laut, elemen kayu rotan dan rumput hijau, serta pemanfaatan material daur ulang menjadi latar belakang ekshibisi lini terbaru mobil listrik Mercedes-Benz seri The new EQS & The new EQE yang berlangsung di Senayan City mulai 9 Desember hingga 8 Januari mendatang.
Nyatanya, tersirat makna mendalam mengenai visi Mercedes-Benz secara luas tentang isu berkelanjutan yang bukan lagi sebatas tren, namun menjadi obligasi moral setiap korporasi besar. Konsisten dengan visi progressive luxury, dua model terbarunya, The new EQS & The new EQE menjadi koleksi pertama Mercedes-Benz yang didesain secara keseluruhan untuk menjadi mobil listrik.
Selain desain eksterior dengan lekuk tangkas dan streamlined, lini terbaru jenama luksuri asal Jerman ini dilengkapi oleh beberapa fitur teknologi terdepan dengan sudut fungsionalitas tertinggi. Beberapa darinya adalah MBUX Hyperscreen yang terbentang dari sisi pengemudi hingga penumpang. Kursi multi contour dengan fitur pijat menawarkan kenyamanan optimal, sedangkan sound system Burmester hadirkan performa audio yang prima. Tak terlupakan fitur Keyless-Go Convenience Package untuk unsur kepraktisan dan keamanan impresif.
Menariknya lagi, berkesempatan dengan hari Ibu Indonesia, acara kali ini juga mengangkat perananan wanita di sejarah ekstensif Mercedes-Benz yang ternyata memiliki pengaruh terhadap lanskap sustainability. “Orang pertama yang mengendarai kendaraan Mercedes-Benz adalah seorang wanita.” egas Choi Duk Jun, Presiden Direktur Mercedes-Benz Distribution Indonesia. Ini merujuk pada sosok Bertha Benz, yang pada tahun 1888 merupakan wanita pertama di dunia yang mengendarai mobil, dan itu adalah mobil Benz Patent-Motorwagen yang diciptakan oleh Carl Benz.
“Lantas, setiap tonggak pencapaian Mercedes-Benz sejak itu, termasuk transisi bertahap ke teknologi bebas emisi dan mobil listrik, dapat ditilik kembali ke sosok wanita,” tuturnya.
Poin menarik di sejarah brand ini berinteraksi dengan isu berkelanjutan melalui perbincangan bertajuk She’s Mercedes: How Women Are Leading the Sustainability Movement. Dengan hal ini, Mercedes-Benz memberikan wadah diskusi dan edukasi antara narasumber Azalea Ayuningtyas selaku co-founder Du Anyam, serta Intan Anggita Pratiwie, co-founder Setali.
Seperti halnya Mercedes-Benz dengan visi dan misi yang semakin berfokus pada usaha preventif sekaligus restoratif terhadap dampak perubahan iklim, kedua wanita ini mengetengahkan keramahan lingkungan sekaligus memberdayakan wanita lewat format perusahaan social enterprise, atau bisnis yang berakar pada dampak sosial.
Bagi Azalea Ayuningtyas yang kerap disapa Ayu, Du Anyam menjadi kesempatan untuk memanfaatkan sumber daya alami daun lontar dan yang tumbuhan lainnya di pelosok Indonesia Timur, lewat keterampilan tangan dan budaya di masing-masing daerah untuk mengedepankan kesejahteraan dan kualitas hidup para wanita setempat. Mengenai usaha berkontribusi pada isu sustainability, "Hal-hal berskala kecil dapat memiliki dampak yang besar," turutnya. "Setiap dari kita dapat berkontribusi terhadap isu sustainability mulai dari rumah." Sedangkan untuk korporasi besar, Ayu menegaskan betapa pentingnya praktek pengelolaan limbah yang baik dan bertanggung jawab, serta memantau perilaku para pemegang saham untuk menjaga integritas perusahaan.
Sama halnya dengan Du Anyam, Setali melibatkan para pekerja seniman daur ulang wanita. Untuk bisnis sosialnya, Intan mendaur ulang tekstil, menjadikannya kreasi yang baru. Setelah jatuh cinta dengan Indonesia Timur, ia pun mulai mengimplementasikan wastra tenun, merombaknya serta mengawinkannya dengan ragam material dan ornamentasi lainnya untuk menjadi wujud baru yang dapat menjadi sumber penghasilan dan lahan pekerjaan.
Bagi Intan, unsur ketulusan menjadi salah komponen terpenting dalam sebuah social enterprise. Tak hanya sebatas unggahan status atau foto, Intan menekankan betapa pentingnya unsur konsistensi dalam ranah sustainability. Prinsip reduce, reuse, recycle dapat diterapkan mulai dari rumah, contohnya mereparasi baju yang robek, menambahkan ornamentasi atau merombak garmen untuk nuansa yang baru, serta menggunakan pakain bekas yang tak lagi layak pakai menjadi isi bantal.
Pendekatan lintas disiplin dengan tujuan kolektif yang bertumpu pada pelestarian dunia menggaungkan komitmen Mercedes-Benz untuk menyokong sosok wanita, serta menunjang kesejahteraan masa depan manusia. Dengan visi Mercedes-Benz Ambition-nya yang berkomitmen untuk menjadi CO2 netral pada tahun 2039, langkah pertama peluncuran mobil listrik model The new EQS & The new EQE ini menjadi bab baru yang patut dicatat.
Berikut adalah tamu-tamu yang hadir pada acara kemarin:
Mercedes-EQ SPACE akan berlangsung di Senayan City hingga 8 Januari mendatang. Selain ekshibisi mobil, Anda pun dapat mencoba mengenderai model The new EQS & The new EQE lewat pengalaman test drive yang juga tersedia di lokasi.
(Penulis: Hans Hambali, Foto: Courtesy of: Insan Obi, Dok. MRA Media, Bazaar Indonesia)