Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Gaya ’80-an Memang Kontroversial, Tapi Kenapa Generasi Sekarang Sangat Terobsesi Padanya?

Bazaar lahir tahun 1997, tapi belakangan ini kami berdandan seperti sedang hidup di tahun 1985.

Gaya ’80-an Memang Kontroversial, Tapi Kenapa Generasi Sekarang Sangat Terobsesi Padanya?
Foto: Courtesy of BAZAAR US

Saya masih ingat jelas saat berdandan untuk acara spirit day bertema busana olahraga era '80-an di SMA. Saya bersekolah di sekolah besar di Texas yang terkenal dengan tim football-nya dan biasanya kami mengadakan acara seperti ini sebelum pertandingan. Saya memotong kaus agar salah satu bahu dan tali bra olahraga terlihat. Saya memakai celana pendek Soffe di atas tights hot pink, dan leg warmer yang biasanya hanya saya pakai saat kelas balet. Rambut saya diikat tinggi menyamping, tentu saja dengan scrunchie, dan saya cukup yakin waktu itu memakai sepatu Converse. Ibu saya yang memang sangat memperhatikan gaya, cukup kelabakan. Ia bersikeras kalau itu bukan gaya yang sebenarnya dipakai di era '80-an.

BACA JUGA: Tips OOTD Gaya '80-an dari Selebriti Hollywood

Saya berusia 27 tahun, jadi tumbuh di era 2010-an ketika kaus bergambar dan skinny jeans sedang merajai, penampilan seperti itulah yang saya anggap sebagai ciri khas mode '80-an: warna super cerah, scrunchie besar, dan leotard lycra. Dari mana saya mendapat gambaran seperti itu? Saya tidak terlalu yakin mungkin dari kostum Halloween yang buruk dan iklan-iklan karikatural. Saat beranjak dewasa, saya mulai mengenal istilah power suit ala film Working Girl yang terdiri dari setelan jas dengan bantalan bahu, perhiasan emas mencolok, dan rambut besar yang di blow-out. Lagi-lagi, saya bahkan belum pernah menonton film itu, tapi sepertinya gambaran itu terserap begitu saja lewat osmosis budaya.

Saya (kanan) sekitar tahun 2013

Singkatnya, pengetahuan saya yang terbatas tentang kecenderungan estetika dekade tersebut identik dengan selera mode yang buruk. Sekitar satu dekade kemudian, saya menyadari betapa menyedihkannya pandangan itu. Sekarang, saya menemukan bahwa nuansa estetika '80-an yang lebih subtil justru sangat mempengrauhi gaya saya. Dan momen-momen terbaiknya tampak ada di mana-mana, memenuhi moodboard dan referensi para desainer terbesar masa kini.

Working Girl (1988)

Jika film menjadi pemicu awal pencarian saya, American Gigolo adalah titik baliknya. Di sana saya menemukan gaya berpakaian yang minimalis namun kuat yang sama sekali tidak mirip dengan sweatshirt bercorak cipratan cat dan rambut teased yang biasanya saya asosiasikan dengan era tersebut, namun tetap memancarkan seluruh kekuatan dari power suit legendaris dekade itu. Sekarang, saya menghargai film ini sebagai kamus gaya Armani (setelan kasual rancangan desainer Italia tersebut yang dikenakan Richard Gere di film ini membantu mengubah dunia busana pria selamanya), tetapi saat pertama kali menontonnya bertahun-tahun lalu, saya sama sekali tidak tahu soal itu. Saya hanya jatuh cinta pada penampilan Lauren Hutton dalam busana sutra ungu, rok sebatas betis, dan trench coat luar biasa, sampai sekarang saya masih mencari clutch merah Bottega Veneta dengan anyaman intrecciato yang ia bawa.

American Gigolo (1980)

Bahkan di tengah bagian semesta sinema yang lebih cheesy ala John Hughes, ada keindahan dalam kombinasi gaya yang unik. Saya teringat pada busana prom Duckie di Pretty in Pink dengan bolo tie dan kerah tuksedo yang terangkat. Penampilan Molly Ringwald serba Ralph Lauren lengkap dengan kemeja pink, rok kulit cokelat panjang, dan sepatu bot penunggang kuda setinggi lutut di The Breakfast Club. You Can’t Buy Me Love versi Cindy Mancini? Saya menyukai sweater vest hitamnya di atas kaus putih yang dipadukan dengan anting-anting besar mencolok dan rambut yang wild. Kalau ingin lebih rapi, ada The Last Days of Disco, gambaran luar biasa Chloë Sevigny dengan ansambel preppy sederhana yang sempurna luar biasa.

The Breakfast Club (1985)

Semakin banyak saya belajar, semakin saya menyukai dan semakin sering saya melihat referensi era ’80-an di mana-mana. Saya melihat begitu banyak sentuhan ’80-an dalam desain The Row dan semua orang juga merujuk pada The Row. Lookbook Musim Semi 2026 terbaru mereka terasa mengingatkan pada WilliWear karya desainer Amerika Willi Smith yang kasual namun keren dengan kaus berlapis-lapis, celana longgar yang dimasukkan ke kaus kaki berkerut, serta kaus kaki yang sama dimasukkan ke sepatu kitten heels ala Working Girl. Koleksi sebelumnya juga terasa membangkitkan nuansa benturan unik antara kemewahan Bizantium dan soft tailoring ala desainer Italia Romeo Gigli dalam siluet cocoon khas merek kontemporer tersebut.

The Row Spring 2026

Willi Smith's WilliWear 1978

Di Celine, koleksi debut Michael Rider sebagai direktur kreatif merupakan penghormatan yang bahkan lebih harfiah terhadap dekade tersebut, khususnya lewat nuansa preppy yang begitu kentara. Prep telah mengalami banyak versi berbeda di berbagai dekade, tetapi gaya ini sangat khas di kalangan yuppies era ’80-an. Michael merujuknya untuk Musim Semi 2026 lewat jaket puffed up dan celana ketatnya, tumpukan perhiasan dan syal sutra bermotif, bahkan kaus kaki putih mungil yang mengintip di atas sepatu jazz. Lihat lebih jauh dan Anda akan menemukan kilasan era ’80-an di begitu banyak koleksi favorit penggemar: celana balloon di Alaïa, jaket bomber di Phoebe Philo, siluet off-the-shoulder berbentuk gelembung di Bally saat Simone Bellotti berada di sana. Dekade yang sering disebut sebagai era mode buruk ini ternyata memengaruhi setiap desainer yang kini kita anggap hebat.

Celine Spring 2026

Jelas, saya tidak mengalami langsung era 1980-an. Bukan hal yang aneh jika mempelajari busana dari sebuah dekade secara tidak langsung, dan kemudian sedikit tersesat dalam proses penemuan itu. Sulit untuk menyatukan gambaran gaya hidup setelah waktunya berlalu. Tapi saya senang tidak membiarkan kostum Halloween ala Party City dan spirit day di SMA membuat saya mundur. Ada begitu banyak hal baik dari mode dekade ini yang sering dianggap sebagai satu kesalahan besar dalam sejarah fashion.

Bally Fall 2025

Itu bukanlah era yang mengedepankan kepraktisan, melainkan individualisme; konsumsi mencolok didorong secara masif oleh keserakahan yang dipicu Wall Street di bawah pemerintahan Ronald Reagan. Gaya besar-besaran dekade itu merayakan kekayaan dengan cara yang terasa norak dan terlalu to the point. Tidak jauh berbeda dengan apa yang kita lihat sekarang, ketika popularitas estetika Boom Boom mencerminkan kebutuhan kita untuk secara terang-terangan memamerkan aset, sering kali lewat dunia maya dan sering kali dalam bentuk pakaian yang menunjukkan status. Namun pada level mikro, sedikit sifat egois bisa terasa menyenangkan dalam urusan fashion. Dan saya rasa, apa yang kita lihat sekarang adalah para desainer yang justru merangkul keunikan-keunikan itu.

Kalau ada satu benang merah dari estetika favorit saya di era tersebut, menurut saya adalah keanehan yang berbeda-beda pada tiap orang. Siluet bulbous, bros yang tidak serasi, layering nyentrik, draping yang berlebihan. Saat tidak berubah menjadi karikatur dari dirinya sendiri, gaya ini sebenarnya keren. Tentu saja, Lauren Hutton mengenakan trench coat luar biasa yang timeless di satu adegan, tapi ia juga memilih cable knit sweater kuning dan topi bucket khaki di adegan lain. Bagi saya, ini seperti rasa haus akan ekspresi di masa pra-media sosial, mungkin kita semua perlu memikirkan cara untuk tampil menonjol tanpa Instagram atau TikTok.

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Saya suka membayangkan bahwa gaya pribadi saya merupakan perpaduan antara ekspresi eksentrik yang halus dengan sentuhan desain yang apik dan sederhana. Saat ini, saya menikmati memadukan jaket boxy dengan legging. Saya menyukai tampilan kaus putih berleher tinggi di bawah blazer. Saya semakin hari semakin melirik celana balloon milik Editor-in-Chief kami. Saya mendambakan sesuatu yang terasa sedikit melawan arus, namun tetap ditata dengan cara yang sangat mudah didekati. Dan tidak ada satupun yang mirip dengan eksperimen neon pertama saya, meskipun saya akui, saya masih punya banyak hal untuk dipelajari.

BACA JUGA:

25 Supermodel yang Mendominasi Dunia Mode pada '80-an

Inilah Tampilan Kaum Elite di Era '80-an

(Penulis: Camille Freestone; Artikel ini disadur dari BAZAAR US; Alih bahasa: Syiffa Pettasere; Foto: Courtesy of BAZAAR US)