Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Cara Mengatasi Gangguan Mental dan Bagaimana Menghadapinya

Membicarakan gangguan mental bukan lagi hal yang tabu. Kenali gejalanya dan jangan malu untuk meminta bantuan profesional.

Cara Mengatasi Gangguan Mental dan Bagaimana Menghadapinya
Foto: Freepik

Gangguan mental bukanlah kelemahan, melainkan kondisi yang bisa dialami siapa saja—baik remaja, orang dewasa, bahkan lansia. Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, gangguan seperti kecemasan, depresi, gangguan makan, Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), dan sebagainya tidak lagi dianggap tabu. Namun, meski kesadaran meningkat, banyak orang masih belum tahu harus mulai dari mana saat menghadapinya.

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa kesehatan mental adalah kondisi dimana seseorang dapat mengatasi stres dalam hidup, menyadari kemampuan dan potensi yang dimiliki, mampu belajar dan bekerja dengan baik, serta berkontribusi kepada masyarakat. Sayangnya, setiap hari kita selalu dihadapkan oleh sumber stres yang membuat hidup terasa tidak nyaman, pola hidup terganggu, dan sulit mengelola emosi yang hadir. 

Kondisi gangguan mental dapat memengaruhi pikiran, perasaan, suasana hati, dan perilaku seseorang. Gangguan ini dapat bersifat sementara atau kronis dan dapat memengaruhi produktivitas sehari-hari, pada aspek personal maupun profesional.

Oleh karena itu, penting untuk membangun kesadaran terhadap diri dan sekitar, mengenali tanda-tanda stres, tidak segan mencari bantuan (help-seeking behaviour), serta melatih diri untuk melepaskan stres sehingga kita memiliki respons lebih baik terhadap sumber stres.

Courtesy of Roman Kraft, Unsplash

Iswan Saputro, Psikolog Klinis yang kini berpraktik di Remedi Indonesia, saat ditemui Bazaar membagikan cara-cara praktis untuk mengatasi gangguan mental. 

7 Cara Mengatasi Gangguan Mental

1. Kenali Gejala Sejak Dini

Langkah pertama dalam mengatasi gangguan mental adalah mengenali tanda-tandanya. Gejala gangguan mental bisa sangat beragam, tergantung jenisnya, namun beberapa tanda umum antara lain perubahan suasana hati yang ekstrem, kehilangan minat pada aktivitas yang disukai, gangguan tidur, gangguan makan, merasa putus asa, sangat cemas, mudah panik, sulit fokus, hingga muncul pikiran untuk menyakiti diri sendiri (self-harm).

“Mengenali gejala secara dini memungkinkan seseorang untuk segera mencari bantuan dan mencegah kondisinya memburuk,” jelas Iswan.

2. Belajar Memvalidasi Emosi

Banyak orang merasa malu atau takut dianggap "lemah" saat mengalami masalah mental. Padahal, salah satu kunci pemulihan justru dimulai dari menerima dan memvalidasi emosi yang sedang dirasakan. Mengatakan pada diri sendiri, “Aku sedang tidak baik-baik saja, merasa sedih, merasa takut, dan aku menerima ikhlas apa adanya,” adalah bentuk keberanian.

Penerimaan ini bukan berarti menyerah, melainkan membangun kesadaran diri bahwa emosi-emosi tidak nyaman tersebut tidak mengontrol hidup kita. Bila menemukan kesulitan untuk mengelolanya, carilah bantuan profesional. 

3. Cari Bantuan Profesional

Menghadapi gangguan mental bukan tugas yang harus dijalani sendiri. Psikolog klinis, psikiater, atau konselor adalah pihak yang terlatih untuk membantu. Psikolog biasanya membantu dengan terapi perilaku dan konseling. Psikiater bisa memberikan diagnosis medis dan, jika perlu, meresepkan obat. Konselor tersertifikasi juga bisa memberikan dukungan emosional dan coping mechanism yang baik saat menghadapi tekanan. Mengunjungi tenaga profesional bukan tanda kegagalan—justru bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri.

4. Bangun Sistem Dukungan Sosial

Selain bantuan profesional, kehadiran orang-orang terdekat sangat penting. Ceritakan kondisi Anda kepada orang yang dipercaya—keluarga, teman dekat, atau pasangan. Dukungan emosional dari orang lain bisa memberi rasa aman, mengurangi rasa kesepian, dan membantu proses pemulihan lebih cepat.

Namun perlu diingat: tidak semua orang memiliki kapasitas untuk menjadi pendengar yang baik. Pilih lingkungan yang tidak menghakimi dan bersifat suportif.

5. Terapkan Gaya Hidup Sehat

Tubuh dan pikiran saling terhubung. Perubahan kecil dalam gaya hidup bisa membawa dampak besar terhadap kondisi mental. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain istirahat yang cukup, rutin berolahraga untuk mengolah energi, bermeditasi, hindari melihat sosial media secara berlebihan, atau bergabung dengan komunitas yang membangun.

6. Latih Mindfulness

Latihan mindfulness seperti meditasi, journaling, atau teknik pernapasan bisa membantu seseorang menyadari dan mengurai emosinya, tetap hadir di saat ini dan tidak tenggelam dalam overthinking

7. Ingat: Proses Pemulihan Tidak Linear

Ada hari baik, ada hari buruk. Proses pemulihan dari gangguan mental bukan garis lurus. Kadang membaik, kadang merasa terjatuh lagi. Penting untuk menyadari bahwa segala sumber stres adalah pengingat atas hal-hal yang butuh diproses dan dilepaskan. Dengan memproses emosi, seseorang pun akan bertumbuh dan semakin resilient.

Dengan kombinasi bantuan profesional, dukungan sosial, dan gaya hidup sehat, setiap orang punya peluang untuk pulih dan menjalani hidup yang lebih harmonis. Jika Anda atau orang terdekat sedang berjuang, jangan menunggu sampai “cukup parah” untuk mencari bantuan. Semakin cepat langkah diambil, semakin besar peluang untuk pulih.

(Edited by SS)