Sesederhana menikmati masakan rumah sudah bisa menghibur hati Anda. Mungkin mencari kebahagiaan itu tidak perlu dengan cara yang kompleks. Bagi musisi Afgansyah Reza, sukacita itu, "Menjalani hidup tanpa ada rasa waswas, damai, tenang, tidak ribet, semuanya dibikin simpel tetapi bermakna," ucapnya dan masakan rumah mengisahkannya happiness dan comfort.
Lalu, apa yang membuat Afgan begitu cinta dengan masakan rumah?
"Jadi saat tinggal di rumah ibu, hampir setiap hari makan masakan Indonesia, terutama khas Padang, karena my mom comes from West Sumatra. Sambal itu sudah harus ada, sudah wajib hukumnya, dan sudah mendarah daging sih makanan Indonesia di keluarga gue ya," jawabnya.
Meski begitu, kini di kala pandemi selama kurang lebih 4 bulan, ia tengah menghuni sendiri.
Bazaar pun mengajaknya untuk pemotretan The Fashionable Life dengan sajian menu Indonesia dari The Dharmawangsa yang barangkali memenuhi rasa rindu resep ibu.
"Ke mana pun gue pergi, lagi liburan atau apa pun, pasti ada satu hari gue pesan makanan yang mengingatkan dengan hidangan di rumah. I think that's how my relationship with food and happiness, lebih ke childhood memories and family," tuturnya.
Berikut menu santapan yang dikirimkan: Singkong Goreng dan Tahu Goreng sebagai makanan pembuka, yang ditutup dengan Pandan Srikaya Palembang. Sementara Asam-asam Iga Palembang, menjadi asupan santap siang.
Afgan juga cerita tentang kearifan yang ditemukan selama isolasi, "Kalau misalnya gak ada quarantine ini gue enggak akan tahu tentang bakat-bakat gue yang terpendam."
Ternyata, ia gemar dan bisa memasak, memanah, serta kerap mempelajari teknik olahraga baru yang mendorongnya untuk lebih aware dengan kesehatan. "Senang banget sih karena dapat hikmah di masa-masa yang sangat challenging ini," katanya.
Jika Anda mengikuti cooking and language program bertajuk Lost in Recipe di kanal YouTube Afgansyah Reza, Anda harus tahu itu adalah salah satu motivasi dari pandemi dan lingkungan sekitar. "Sekarang karena PSBB dan tinggal sendiri, jadi mulai masak karena tidak ada yang masakin kan," ucapnya. Tentu, berbeda dengan suasana di rumah ibu dengan pagi, siang, dan malam sajian sudah siap di atas meja makan.
Afgan mengaku bahwa memang berat untuk tetap produktif di situasi seperti sekarang, tetapi ia selalu disekelilingi oleh orang-orang yang terus menyemangatinya.
"Awalnya sedang ngobrol dengan Naya, salah satu partner di Lost in Recipe. Ia lagi suka belajar bahasa, gue lagi suka belajar masak, jadi kita gabungkan. Bagaimana kalau kita belajar memasak sembari belajar bahasa juga. Ini Dumb and Dumber-lah konsepnya. Lucu banget sih dan gue sangat menikmati," melanjutkan penjelasan tentang seri video tersebut.
Saat ditanya adakah relasi antara makanan dan musik, ia membalas, "Ada." Makanan ringan seperti roti dan martabak senantiasa hadir menemani kesibukannya di studio selaku energy booster, "Membantu kita (musisi) untuk lebih menggali lagi waktu untuk create, of course," tutupnya.
Setelah lama menggeluti aktivitas di luar musik, awal Agustus nanti, Afgan akhirnya akan kembali lewat penayangan konser Dekade yang digelar tahun lalu secara live streaming. Pentas yang merayakan 10 tahun ia berkarya ini hadir sebagai ucapan terima kasih dan melepas rasa kangen kepada para penggemarnya, Afganisme.
Portofolio ini:
Editor Fashion: Michelle Othman
Fotografer: Insan Obi
Wardrobe: Kemeja, Gucci
Catering: The Dharmawangsa