Stefanie Ng adalah sosok di balik keberhasilan transformasi Audemars Piguet di Asia Tenggara. Sebagai Chief Executive Officer of Audemars Piguet Southeast Asia, ia mengembangkan brand dari yang awalnya fokus pada wholesale menjadi direct retail. Ia juga melebarkan pasar hingga Australia dan Thailand selama lima tahun terakhir.
BACA JUGA: Audemars Piguet Rayakan 150 Tahun dengan Pameran Pop-Up Imersif di Shanghai
Di bawah kepemimpinan wanita asal Singapura ini, Audemars Piguet menguatkan eksistensinya di Singapura dengan berdirinya AP House dan AP Café pertama di dunia. Berlokasi di Raffles Hotel’s Bar and Billiard Room, AP House Singapore sendiri adalah destinasi flagship berkonsep inovatif dan intimate, tempat pengunjung dapat menyelami kekayaan warisan Audemars Piguet. Sementara AP Café menawarkan hidangan Swiss yang dikreasikan dengan sentuhan cita rasa Singapura.
Berbekal pengalaman di luxury industry selama 20 tahun, visinya adalah untuk mengukuhkan keberadaan Audemars Piguet di lanskap Asia Tenggara yang dinamis. Simak wawancara eksklusif kami bersama Stefanie Ng untuk menggali refleksi serta sudut pandangnya tentang Audemars Piguet di masa kini dan masa depan.
Harper's Bazaar Indonesia (HBI): Sepanjang perjalanan karier di Audemars Piguet, apa momen paling sentimental di AP House Singapore?
Stefanie Ng (SN): Selama bersama Audemars Piguet, momen paling sentimental saya di AP House Singapore tentu saja adalah grand opening Maret lalu. Event ini adalah sebuah momen penentu yang merepresentasikan bukan hanya pencapaian secara fisik, tetapi juga secara simbolis. Ini adalah puncak dari kerja keras, kolaborasi, dan visi bersama untuk mendefinisikan ulang makna luxury retail. Terlebih lagi, pembukaan AP House di Singapura bertepatan dengan anniversary Audemars Piguet ke-150. Pencapaian ini adalah bukti warisan yang telah dibentuk oleh generasi watchmakers, komunitas kolektor, dan partner yang mewarnai perjalanan kami. Perayaan pencapaian bersejarah di hari pembukaan AP House Singapore buat saya pribadi sangatlah bermakna. Tempat ini adalah simbol evolusi, di mana tradisi bersatu dengan inovasi. Tempat di mana tamu-tamu kami bisa terkoneksi lebih dalam dan personal dengan brand ini.
HBI: Bagaimana pandangan Anda terhadap lanskap luxury horology secara regional saat ini?
SN: Lanskap industri jam tangan mewah secara regional berkembang secara pesat berkat dorongan teknologi-teknologi baru, perubahan selera, dan apresiasi terhadap craftsmanship. Audemars Piguet terus tumbuh dan posisinya menguat secara global di tengah ketidakpastian pasar. Keberdayaan brand membuat kami tetap cerdik bergerak dan ini memberikan keuntungan bagi kami. Permintaan pasar terhadap jam tangan Audemars Piguet tetap kuat di semua lini. Penggerak utamanya adalah permintaan pasar terhadap jam tangan yang rumit, Gen Z, dan antusiasme dari perempuan.
HBI: Selama di Audemars Piguet, kami tidak menyangka AP berkolaborasi dengan Marvel. Apa ide di balik kolaborasi ini?
SN: Kolaborasi dengan Marvel adalah kesempatan unik untuk menggabungkan dua dunia ikonik yakni horology dan pop culture. Hal itu memungkinkan kami untuk membawa sudut pandang baru dan berani pada dunia watchmaking, sekaligus tetap setia pada craftsmanship dan kreativitas yang menjadi ciri khas Audemars Piguet. Tujuannya adalah untuk menghubungkan antara antusiasme tradisional dengan audiens muda.
HBI: Melihat perkembangan di dunia jam tangan, kita bisa melihat bahwa ukuran jam tangan terus bertambah besar seiring berjalannya waktu. Namun sekarang jam tangan yang berukuran kecil kembali menjadi pilihan yang menjanjikan. Apakah Audemars Piguet berencana untuk mendominasi segmen ini?
SN: Kami selalu mendengarkan permintaan pasar dan klien kami. Kami sudah melihat bahwa jam tangan berukuran kecil kembali populer. Di Audemars Piguet, kami percaya untuk menawarkan beragam jam tangan yang menarik di mata semua orang dengan selera dan preferensi yang berbeda. Baik jam tangan yang berukuran besar maupun kecil, atau jam tangan dengan desain yang anggun, tujuan kami adalah untuk membuat produk yang tak lekang oleh waktu dan dapat memenuhi kebutuhan pencinta jam tangan dari semua kalangan.
Misalnya tahun lalu, kami memperkenalkan Mini Royal Oak berukuran 23 mm, sebuah reinterpretasi dari Mini Royal Oak berukuran 20 mm dari tahun 1997. Begitu pula dengan Audemars Piguet Code 11.59 berukuran 38 mm yang dirancang dengan pertimbangan kenyamanan untuk pergelangan tangan kecil, menawarkan pilihan koleksi yang lebih ramping. Peluncuran jam tangan ini mencermikan komitmen kami terhadap warisan dan inovasi. Kami antusias untuk memperkenalkan kreasi lainnya di paruh kedua tahun ini.
HBI: Dari semua katalog Audemars Piguet, jam tangan apa yang menjadi favorit Anda?
SN: Memilih satu yang favorit itu sulit karena setiap timepiece memiliki ceritanya masing-masing. Namun jika saya harus memilih, Code 11.59 by Audemars Piguet adalah yang spesial. Desainnya mengubah wajah industrI saat diluncurkan pada 2019. Sampai sekarang, jam ini terus menjadi simbol inovasi Audemars Piguet dan komitmen brand untuk terus memberikan yang terbaik.
Pada 2023, Code 11.59 by Audemars Piguet Ultra-Complication Universelle RD#4 memenangkan penghargaan prestisius Aiguille d’Or (Golden Hand) di Grand Prix d’Horlogerie de Genève (GPHG) sebagai timepiece terbaik. Di 2024, kami merayakan anniversary-nya yang ke-5. Lalu di 2025, kami menghadirkan the Code 11.59 by Audemars Piguet Perpetual Calendar dengan crown yang multifungsi, yang menjadi bukti bahwa kami terus menembus batas keahlian teknis. Masih ada lagi yang akan kami perkenalkan.
BACA JUGA:
Melihat Lebih Dekat Koleksi Kolaborasi Jam Tangan Terbaru antara Audemars Piguet dan Kaws
Kolaborasi Audemars Piguet dan Marvel Menghadirkan Royal Oak Concept Tourbillon Spesial Spider-Man
Created by Harper's Bazaar Indonesia for Audemars Piguet
Foto: Courtesy of Audemars Piguet
