Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Melihat Karya 6 Seniman Baru di Pameran Ireland's Eye

Sebuah ekshibisi seni visual dari mahasiswa pascasarjana seni di Irlandia.

Melihat Karya 6 Seniman Baru di Pameran Ireland's Eye
Mannequin Pose 5 karya Ciara Roche

Selasar Sunaryo Art Space di Bandung menjadi tempat mendarat pameran Ireland's Eye selanjutnya setelah World Trade Center 2, Jakarta.

Ekshibisinya merupakan kolaborasi ISA Art and Design dengan Kedutaan Besar Irlandia dan Jakarta Land yang menampilkan karya-karya seniman baru lulusan program pascasarjana seni di Institute of Art, Design, and Technology dan National College of Art and Design di Dublin. Lewat tajuk Ireland's Eye, mereka mengeksplorasi cara manusia merepresentasikan dirinya di Irlandia lewat beragam pendekatan dan bentuk seni.

Total ada enam seniman yang masing-masing menyumbangkan satu tema karya. Dimulai dari Jamie Cross yang mengajak penikmati seni untuk melihat sesuatu yang sederhana dari sudut pandang yang berbeda. Lewat karya duratran print yang ditampilkan dengan LED Panel, seniman asal Cavan tersebut mengeksplorasi peralatan rumah tangga sehari-hari serta berusaha menjawab tentang konsep ruang dan waktu. Kemudian ada Bara Palcik asal Republik Ceko yang menyajikan karya berupa video 15 menit berjudul Hiding in The Grain. Film singkatnya menarasikan identitas termasuk seks, serta keadaan antara ada dan tiada. Inspirasinya ia peroleh dari kenangan dan pengalaman hidupnya yang besar di Republik Ceko.

Ireland's Eye
Deborah Iskandar dengan karya Louis Haugh

Karya menarik lainnya datang dari Louis Haugh. Seniman asal Dublin itu memamerkan tiga foto tangan hitam putih yang sedang memegang stick kecil. Berkesinambungan, masing-masing berjudul "Does it roll...," "... like a toothpick," dan "... or a matchstick?" Foto hutan hijau berjudul "12.086 km South West of Here" menjadi latarnya. Mendalami ekologi, sejarah, sosiologi, identitas, dan hasil non-gallery-based, ia melihat sejarah komersial hutan Irlandia dan masa kolonial yang menyebabkan deforestasi hingga 1850 dan akhirnya melakukan reboisasi pasca kemerdekaan.

Selanjutnya adalah pelukis figuratif yang mengeksplorasi feminisme lewat self-portraiture. Dengan media oil on canvas, ia merepresentasikan simbolisme budaya dalam lukisan berjudul "Bari-Rock" dan "HoMi Hand Pilow." Sementara untuk lukisan "Abalone" ia menggunakan media oil on linen. Di ketiga lukisan itu ia menggabungkan budaya Barat dan Timur yang mencerminkan warisan budaya miliknya yakni Korea dan Amerika.

Ireland's Eye
Bari Rock karya Vanessa Jones

Berbeda lagi dengan Ciara Roche, representasi pengalaman sehari-hari dilukiskannya menggunakan minyak di atas kertas. Ia menampilkan ruang-ruang publik seperti pom bensin, shopping center, dan toko ritel mewah. Ia ingin menyampaikan bagaimana kita terus menerus mencari hal yang membuat kita bahagia, padahal itu tidak pernah ada. Ia mengeksplorasi bagaimana tempat-tempat ini dibangun untuk memfasilitasi kebutuhan serta bagaimana pencapaian objek material mengukur kesuksesan seseorang. Terakhir ada seniman asal Mauritius, Anishta Chooramun yang menampilkan sculpture berjudul Little Pieces of Us. Di sini ia memandang masyarakat sebagai jigsaw puzzle yang eksistensinya bergantung satu sama lain.

Ireland's Eye
Little Pieces of Us karya Anishta Chooramun

Pameran Ireland's Eye ini dikurasi oleh Mark Joyce dan Sarah Durcan. Ekshibisi ini mengeksplorasi ide tentang visual art sebagai 'mata' dunia yang terhubung dan terpolarisasi. Anda dapat menikmati karya-karyanya di Selasar Sunaryo Art Space hingga 31 Juli 2022.

Foto: Courtesy of ISA Art and Design