Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Membenah Tubuh, Pikiran, dan Emosi Lewat Beragam Metode Detoks

Bersihkan Tubuh dan Pikiranmu Sekaligus. Detoks holistik adalah kunci untuk hidup lebih sehat.

Membenah Tubuh, Pikiran, dan Emosi Lewat Beragam Metode Detoks
Courtesy of Daria Kolosova©123RF

Bazaar mengajak Anda untuk merenungkan fenomena detoksifikasi layaknya merapikan rumah sendiri. Semakin jarang dibersihkan, rumah pun makin sumpek dan tidak nyaman untuk ditinggali. Sebaliknya, ruangan yang bersih dan bebas dari barang-barang tidak penting pasti akan terasa lebih lega. Tapi ingat, merapikan satu ruangan saja sementara ruangan lain tetap berantakan tidak akan banyak membantu. Kalau mau hidup terasa lebih adem dan tenang, setiap sudutnya perlu ditata dengan penuh kesadaran.

BACA JUGA:  Memberikan Napas Baru ke Kain Sisa Produksi

Begitu pula dengan tubuh kita. Detoksifikasi bukan cuma soal “membilas” isi perut dengan jus sayur atau minum suplemen demi pencernaan yang lancar. Proses “bersih-bersih” tubuh sebaiknya juga melibatkan penataan batin—mulai dari cara kita mengelola pikiran dan emosi, sampai bagaimana kita mengatur aktivitas sehari-hari. Dua “kutub” ini sama pentingnya dan idealnya saling melengkapi. Lalu, apa saja kiat-kiatnya?

Go Holistic or Go Home

Tubuh kita sebenarnya punya sistem detoks alami lewat kerja organ seperti hati, ginjal, dan usus besar. Tapi, fungsi ini bisa melambat kalau kita sering makan makanan tinggi lemak jahat, kurang serat, dan jarang gerak. Untungnya, ada beberapa cara simpel yang bisa bantu menyempurnakan proses detoks ini—mulai dari puasa intermiten sampai pijat limfatik, yang juga dikenal dengan istilah Manual Lymphatic Drainage (MLD). Penelitian dari para ilmuwan di MIT menunjukkan bahwa puasa bisa mengubah cara tubuh menghasilkan energi, dari yang awalnya pakai glukosa, jadi pakai asam lemak. Peralihan ini ternyata bisa bantu regenerasi sel di usus yang ke depannya diharapkan bisa mendukung terapi penyembuhan, terutama untuk pasien yang punya masalah pencernaan. Sementara itu, pijat limfatik sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1930-an, tapi sekarang kembali populer karena manfaatnya dalam mengurangi inflamasi dan mempercepat pengeluaran limbah metabolis dari tubuh.

Tapi detoks yang sesungguhnya tidak cuma soal membersihkan racun fisik aja. Ini juga soal merapikan pola pikir dan gaya hidup kita. Pernah merasa lelah padahal tidak melakukan apa-apa, susah fokus, atau mudah emosian? Bisa jadi otak Anda sedang burnout dan butuh disegarkan. Jadi, bukan cuma soal makanan yang kita konsumsi, tapi juga bagaimana kita mengatur sisi spiritual, akal sehat, dan rutinitas harian.

Nah, kondisi susah fokus atau mudah merasa kewalahan karena banyak yang dipikirkan dikenal juga sebagai brain fog. Lantas bagaimana cara mengakalinya? Menurut laporan dari National Institutes of Health (NIH), tidur yang cukup bisa bantu otak "bersih-bersih" karena saat tidur, racun yang numpuk sewaktu kita bangun bisa terbuang secara alami. Jadi, kualitas tidur sangat penting sekali buat menyegarkan pikiran.

Tidak kalah penting, meditasi juga terbukti efektif untuk kesehatan mental. Riset dari The Journal of the American Medical Association (JAMA) berkata jikka praktik mindfulness selama delapan minggu bisa bantu mengurangi rasa cemas secara signifikan. Dalam sebuah video dari The Centre for Mindfulness Studies di Toronto, dr. Patricia Rockman mengatakan bahwa mindfulness bisa bantu kita mengendalikan reaksi terhadap stres. Bahkan, ada juga terapi mindfulness yang dirancang khusus untuk mencegah depresi.

Detoksifikasi yang tepat tak cuma sebatas menyingkirkan toksin dari dalam tubuh, tetapi memperbaiki pola pikir serta gaya hidup Anda. 

Breaking a Habit and Embracing Emotions 

Sudah berapa jam Anda menatap layar hari ini? Entah buat kerja, hiburan, atau sekadar scroll media sosial, makin ke sini rasanya susah sekali lepas dari teknologi. Tapi, kebanyakan screen time bisa bikin mental lelah dan bahkan berujung pada depresi, seperti yang disebutkan dalam jurnal Frontiers in Psychiatry.

Detoks digital bukan berarti Anda harus putus total dari teknologi. Cukup ambil jeda secara berkala, misalnya mulai dari matikan notifikasi medsos, sampai bikin aturan jam di mana Anda tidak boleh melihat layar sama sekali. Riset dari Journal of Social and Clinical Psychology menunjukkan bahwa membatasi media sosial cuma 30 menit per hari bisa bantu ngurangin rasa kesepian dan depresi.

Selain merawat tubuh dan pikiran, jangan lupakan juga sisi emosional. Detoks emosi itu soal memberi ruang untuk semua perasaan kita entah itu senang, takut, marah, cemas, atau sedih. Salah satu caranya? Journaling. Dr. James Pennebaker menemukan bahwa menulis tentang perasaan kita bisa bantu meringankan trauma. Anda bisa mulai dengan menulis tiga hal yang Anda syukuri setiap hari atau tumpahkan semua isi hati di atas kertas tanpa harus disunting. Tidak hanya bisa membuat hati lebih lega, tapi juga bantu anda memahami emosi dengan cara yang lebih sehat.

Ingat, detoks holistik itu bukan sekadar tren. Jadikan ini kebiasaan yang konsisten. Dengarkan tubuh dan isi pikiran Anda, apa yang benar-benar dibutuhkan? Lakukan riset, coba metode yang cocok, dan jalani dengan niat jangka panjang. Mengelola fisik, pikiran, dan perasaan itu kunci supaya hidup terasa lebih ringan. Karena membersihkan diri saja tidak cuma soal tampilan luar, tapi juga tentang merawat sisi dalam yang sering terlupakan. Selamat berbenah dan kembali ke versi terbaik diri Anda!

BACA JUGA: 

Memaknai Gegap Gemipta Perayaan Seperempat Abad Harper's Bazaar Indonesia

Perjalanan 25 Tahun Harper’s Bazaar Indonesia dalam Menyuarakan Gaya Lintas Generasi

Baca artikel Beauty Bazaar yang berjudul "Detox Out of The Box" yang terbit di edisi cetak Harper's Bazaar Indonesia - Juni 2025; Disadur oleh: Chelsea Allegra.