Ada satu stereotip gaya yang kerap mencuri perhatian di pekan mode selain maraknya pembahasan mengenai label luks mainstream. Yang berikut ini menganut gaya berbeda hingga memiliki penggemar setia.
Manifestasinya biasa hadir lewat dominasi rona kelam dan warna dasar membumi, selain menawarkan gaya 'berbeda' dari sisi siluet pakaian. Banyak yang menyebutnya gaya avant-garde, kerap diasosiasikan pula bersama label seperti Yohji Yamamoto dan Rick Owens.
Selain kedua nama tersebut, terdapat sejumlah label lain dengan tema serupa yang menawarkan variasi dari segi desain dan filosofi.
Boris Bidjan Saberi
Ia memulai labelnya di Barcelona tahun 2007, tempat ia mengembangkan kreasinya hingga sekarang. Boris kerap terinspirasi oleh kultur jalanan dan skate yang diwujudkan ke dalam bentuk produk berkualitas. Pakaian Boris Bidjan mengutamakan fungsi, di samping referensi gaya yang berkesan urban dan eksperimental.
Ann Demeulemeester
Ann Demeulemeester adalah desainer Belgia yang merupakan salah satu anggota The Antwerp Six, bersama Dries Van Noten dan Walter Van Beirendonck. Demeulemeester sendiri terkenal memiliki gaya dekonstruktif dan non-konvensional untuk pakaian, dengan dominasi warna hitam.
Meski sejak akhir 2013 ia tidak memegang kendali kreatif labelnya lagi, wanita lulusan Royal Academy of Fine Arts Antwerp ini masih menyisakan spirit gotik dan punk pada DNA brand tersebut.
MA+
Label besutan desainer Italia Maurizio Amadei ini terkenal berkat keterampilannya menggabungkan teknik lipit, potongan, dan pemilihan material distingtif. Ia menyimpan ketertarikan pada eksperimen struktur pakaian yang terwujud lewat eksekusi produk.
Pakaian hingga aksesori gubahannya tak jarang dibentuk dari satu helai material yang menghasilkan potongan unik dan inovatif. Di samping itu, kancing perak buatan tangan dan aksesori logam pada produk mode menjadi detail dari kerajinan tangan dengan kesan raw.
Guidi
Dimulai pada 1986 ketika Guido Guidi, Giovanni Rosellini, dan Gino Ulivo membangun pabrik penyamakan kulit bernama Conceria Guidi e Rosellini di Tuscany. Kini dikelola oleh Ruggero Guidi, pabrik ini kian terkenal akan kualifikasinya menyeimbangkan tradisi dan teknologi, sehingga kulit hasil produksinya memiliki kualitas tinggi.
Hingga kini, Guidi memfokuskan produksinya pada aksesori dan sepatu kulit eksklusif berdesain khas dengan sejumlah penggemar setia di seluruh dunia.
Julius
Julius bermula ketika Tatsuo Horikawa bermaksud mempersembahkan sebuah proyek film di 2001 yang mendorong didirikannya lini pakaian tiga tahun kemudian. Warna hitam dan abu-abu merupakan komponen utama penyusun koleksi Horikawa.
Secara garis besar, gairah Horikawa pada seni dan arsitektur menjadi motor utama desain koleksinya. Bagi Horikawa, hitam melambangkan spirit avant-garde, spiritual, dan luhur.
Carol Christian Poell
Desainer berkebangsaan Austria ini menghabiskan waktunya di Milan demi mengolah labelnya. Ia sangat secretive akan desainnya dan tidak selalu memamerkannya kepada publik. Sempat mengenyam pendidikan fashion design di Domus Academy Milan, pria ini juga memiliki latar belakang jahit-menjahit untuk pria dan wanita.
Koleksi pertamanya berlangsung sejak 1995 hingga menyusul koleksi wanita tiga tahun setelahnya. Kreasinya tergolong 'tidak biasa' dengan percampuran material yang diproses via teknologi modern.
(Foto: Dok. Bazaar, Ann Demeleumeester, Boris Bidjan Saberi, Julius, MA+, Guidi, Carol Christian Poell, L'Eclaireur)