Bulan Maret di kota Paris masih dibilang musim dingin dengan udara sejuk walau sudah berlimpah cahaya matahari. Saya berjalan di sepanjang koridor hotel dengan kegembiraan dan juga rasa excited menuju Hotel Ritz yang terletak di Place Vendome. Di sana saya akan bertemu langsung dengan Olivier Polge, le nez dari Chanel, yang merupakan sosok penting di dunia wewangian. Sebuah kesempatan yang sangat istimewa dapat berhadapan langsung dengan kreator di balik sederet parfum Chanel.
Le nez sendiri secara harfiah memiliki arti hidung, namun mudahnya kosakata Bahasa Prancis ini juga diasosiasiakan dengan sebuah profesi yang menggunakan ketajaman hidung dan menjadi panggilan khusus yang ditujukan untuk seorang desainer, kreator, dan ahli parfum, termasuk mereka yang berkarya di bawah payung brand prestisius.
Sepanjang sejarah panjang hadirnya parfum dari rumah mode Chanel sejak tahun 1921 sampai sekarang, Olivier Polge merupakan le nez keempat setelah menggantikan posisi ayahnya yakni Jacques Polge di tahun 2015. Beragam parfum karya Jacques hadir di dunia wewangian dan salah satunya adalah Chanel No.5 L’Eau, ia meracik kembali aromanya menjadi lebih fresh dan kontemporer yang merupakan interprestasi anyar dari parfum ikonis terdahulunya.
Dan sekarang, secara eksklusif Bazaar diundang untuk mengenal lebih dalam kreasi parfum baru dari Olivier Polge bertajuk Comète, yang merupakan parfum ke-19 dari jajaran koleksi Les Exclusifs de Chanel. Comète atau komet adalah sebuah bintang berekor berupa benda angkasa yang bercahaya terang melintas langit. Konsep konstelasi ini sendiri merupakan tema utama untuk koleksi pertama high jewelry dari Gabrielle Chanel pada tahun 1932. Benar-benar penasaran dengan imaji prestisius yang kemudian diinterpretasikan menjadi keharuman.
Saya memasuki salon yang megah dengan ukiran-ukiran emas khas dari hotel ternama ini, saya disambut oleh seorang pria yang dengan ramah menyapa dalam bahasa Prancis. Olivier Polge berperawakan tinggi ramping, ia terlihat elegan mengenakan setelan jas hitam yang justru memberi kesan yang tidak formal, ia tampak cool.
Ditemani semburat matahari hangat yang hadir melewati jendela kaca, inilah percakapan rileks kami:
Harper’s Bazaar Indonesia (HBI): (Saya ajukan pertanyaan yang kelihatan klise tetapi saya berpikir ini adalah perkenalan kami yang pertama) Boleh perkenalkan diri lagi kepada kami?
Olivier Polge (OP): Saya adalah seorang pencipta parfum untuk Chanel, saya bekerja di Paris, dan saya mempunyai menempati posisi spesial bagi Chanel di mana saya menciptakan parfum dan memegang formulasi khusus yang saya buat di laboratorium Chanel. Walau sejak awal mula rumah mode ini sudah memiliki laboratorium sendiri yang khusus dibuat untuk pembuatan parfum. Peran utama saya adalah membuat jenis parfum yang baru, akan tetapi di samping itu saya juga perlu memastikan agar setiap produksi dari tiap wewangian yang sudah ada, harus selalu diproduksi setiap tahunnya menggunakan racikan yang sama.
HBI: Sejak kecil hingga sekarang Anda senang bermain piano, dan melanjutkan pendidikan di fakultas History of Art, kemudian memasuki dunia parfum di Grasse (sebuah kota di selatan Prancis yang dikenal sebagai ibu kota parfum), apakah background ini turut mendukung Anda?
OP: Bidang yang saya tekuni merupakan gabungan beragam aspek, terutama aspek kreasi yang juga didukung oleh aspek karakteristik. Selain itu ditambah harus mempunyai rasa keingintahuan dan tentu saja adanya aspek artistik dan juga aspek artisanal. Tetapi yang paling penting dari semua itu adalah bagaimana mempertajam daya ingat untuk beragam wewangian. Tahap awal untuk menjadi seorang ahli parfum adalah bekerja secara rutin untuk mengenal dan mengingat semua bahan utama untuk parfum, sesudah itu barulah kita memulai untuk mengkoneksikan satu dengan hal lainnya, serta mengenal hasilnya. Kemudian secara bertahap kita mulai membuat formulasi sendiri.
HBI: Menjadi le nez atau ahli parfum, apakah ini sebuah bakat atau hasil kerja keras?
OP: Menurut saya, ini adalah hasil kerja keras. Kita tidak mempunyai hidung dengan penciuman super yang luar biasa, tapi hal tersebut merupakan pekerjaan yang harus ditekuni. Kemudian daya ingat untuk keharuman yang perlu dikembangkan, dimengerti, dan diingat secara tekun dari bermacam-macam wewangian. Ada beberapa contoh, misalnya kita pernah mengenal sebuah keharuman 20 tahun yang lalu, dan yang secara kebetulan, keharuman itu muncul kembali sekarang ini. Dan tanpa sadar, ingatan kita kembali ke masa dua puluh tahun lalu itu dan kita bisa mengingat semuanya secara lebih rinci dan tepat. Bisa dikatakan, profesi saya ini merupakan profesi yang tidak banyak orang yang ketahui dan mudah dipahami.
Dihadapan kami terbentang jajaran koleksi parfum Les Exclusifs de Chanel yang mudah dikenali melalui botol kacanya yang minimalis dengan tutup hitam bermonogram Double C. Dengan penuh antusias Olivier Polge mulai memperkenalkan grup parfum mewah ini. Dan tentu saja ia menjelaskan keharuman parfum terbarunya, Comète, serta bahan-bahan utama yang spesial dan berkualitas seperti notes powdery, pure Iris dari Grasse, sampai bunga sakura.
IHB: Apakah parfum dalam fashion?
OP: Ketika Gabrielle Chanel hadir di dunia mode sebagai seorang kreator fashion, saat itu dunia fashion terasa berbeda dengan dunia parfum. Ia mempunyai keinginan di mana parfum bisa juga menjadi ekspresi gaya ataupun kepribadian, dan dapat dikombinasikan bersama fashion. Walapun sebenarnya sebuah parfum adalah sesuatu yang timeless dan tidak mempunyai batas waktu seperti koleksi mode. Sehingga ketika kita menciptakan sebuah wewangian, biasanya untuk periode yang lama dan tidak pernah berhenti.
HBI: Jadi boleh dijelaskan sedikit mengenai koleksi parfum Les Exclusifs de Chanel ?
OP: Les Exclusifs de Chanel menyatukan beragam parfum unik yang diracik berdasarkan inspirasi dari rumah mode Chanel, entah itu dari elemen gaya ataupun juga dari elemen sejarah. Parfum-parfum yang mempunyai aneka panorama dengan faset yang berbeda-beda ini sebenarnya mulai dikumpulkan berdasarkan tahun misalnya era 2000 - 2010. Ada pula parfum-parfum yang dibuat berdasarkan inspirasi di tahun 1920-an seperti No. 22, Bois des Isle, Cuir de Russie sampai Comète sekarang ini.
HBI: Bagaimana mendefinisikan keharuman Comète?
OP: Kehadiran parfum anyar ini, seperti parfum-parfum sebelumnya, terinspirasi dari rangkaian kalung koleksi high Jewelry di tahun 1932 yang mana dari segi seni parfum, ide tentang komet seperti guratan bintang berekor panjang yang berkilauan di langit, dapat diasosiasikan menjadi sentuhan parfum dengan keharuman powdery dan bright yang belum pernah ada di koleksi Les Exclusifs ini. Lewat pendalaman ide dan imajinasi, saya tentu tidak mencari notes powdery yang mudah layaknya sedang membuat parfum beraroma vanila. Tapi saya mencari embusan powdery dari kandungan woody, fruity bahkan floral. Sehingga mewujudkan enveloping parfum, dengan note yang optimis, fresh sekaligus hangat ketika disemprotkan di atas kulit.
Base note yang bisa kita temukan adalah keharuman powdery dari gabungan komposisi notes heliotrope dan juga musky notes yang keharumannya akan tinggal di kulit kita. Elemen lain yang tak kalah penting adalah adanya faset dari iris, sebuah bahan yang sangat berharga. Iris di dunia parfum hanya digunakan akarnya saja, dan membutuhkan kurun waktu enam tahun persiapan penanaman, lalu berada selama tiga tahun dalam tanah agar akarnya tumbuh dengan baik dan kemudian kita cabut akarnya, dikeringkan, dan saat pengeringan itulah keharuman iris akan muncul.
Saya menyatukan keharuman parfum ini dengan menonjolkan aroma iris dalam setiap notes dan iris yang kami gunakan adalah iris yang berkualitas spesial. Chanel mempunyai kebun bunga iris di Grasse, dan kami juga yang membuat ektrasi sendiri akar bunga ini. Terakhir saya hadirkan juga top notes yang fresh diikuti aroma fruity yang mengingatkan memori akan bunga sakura.
HBI: Ada tantangan dalam menciptakan Comète ?
OP: Sebenarnya bukan tantangan, tapi lebih mengutamakan pencarian sebuah ide. Seseorang yang menyukai jenis koleksi Les Exclusifs de Chanel, biasanya senang menemukan parfum dengan tekstur dan intensitas notes yang unik. Oleh karena parfum ke-19 dari koleksi ini hadir, dan perlu diketahui belum pernah ada wewangian dengan keharuman powdery seperti ini sebelumnya.
HBI: Berapa lama untuk proses pembuatan wewangian ini?
OP: Pada umumnya proses pembuatan satu jenis parfum cukup lama, bisa sekitar kurang lebih dua tahun, karena setelah jadi sebuah wewangian, kita juga perlu bereksperimen memakainya terus menerus, dan kemudian setelah itu barulah kita memahami kualitas parfum tersebut.
IHB: Deskripsikan inspirasi mengenai parfum yang dikatakan unik tadi…
OP: Dimulai dari ide yang saya dapatkan secara mudah dari dunia Chanel, sebab banyak sekali elemen yang menarik, beragam komponen yang menjadikan sebuah pemicu. Kemudian setelah buah pikiran bersama keharumannya berhasil menyatu dan ditemukan, baru dilanjutkan dengan pembuatan formulasinya.
IHB: Kira-kira siapa persona yang menggunakan parfum ini?
OP: Dalam proses kreasi parfum ini, yang saya cari adalah sebuah keharuman yang mampu menggoda saya, yang sukses membuat intrikasi dan tentu saja pemakai parfum ini harus aktraktif dengan segala keunikannya, dan oleh sebab itu saya pikir tidak perlu ada aturannya. Saya rasa Comète akan disukai oleh orang yang sangat menyukai wewangian, persona yang merasa kalau percikan parfum itu penting bagi dirinya.
IHB: Aroma parfum ini boleh dikategorikan maskulin atau feminin?
OP: Menurut saya, tidak ada aturan parfum pria atau wanita, saya lebih menyukai jika parfum itu dipakai dan berbeda keharumannnya pada tiap orang. Parfum ini bisa disebut seperti parfum “pencetus”, jadi jika dipakai oleh pria menjadi parfum yang lebih maskulin, demikian juga jika digunakan wanita mungkin menjadi parfum yang lebih feminin.
“Bon continuation Monsieur Polge”, sebuah ekspresi dalam bahasa Prancis yang berarti memberi semangat agar terus berkarya, menutup perbincangan saya dengan sang pencipta parfum yang sosoknya tidak selalu muncul di publik namun mempunyai andil yang besar di balik rumah besar Chanel Parfum. Karya barunya, Comète hadir sebagai parfum misterius yang fresh dengan intensitas floral dalam nada optimis melalui sentuhan aroma iris elegan yang begitu khas.
(Foto: Courtesy of Chanel)
- Tag:
- Chanel
- Olivier Polge