Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Sejarah Harper’s Bazaar yang Menjadi Sumber Informasi Para Wanita di Dunia, Termasuk Indonesia

Simak deretan fakta menarik dari salah satu majalah lifestyle paling berpengaruh di dunia.

Sejarah Harper’s Bazaar yang Menjadi Sumber Informasi Para Wanita di Dunia, Termasuk Indonesia

Ketika Anda berbicara tentang dunia mode dan media, maka salah satu nama media yaitu Harper’s Bazaar memang rasanya tak boleh Anda kecualikan dari lingkaran arsir kesamaan tersebut. Pertama kali diluncurkan oleh Harper & Brothers, sebuah perusahaan penerbitan yang dikelola oleh Harper bersaudara yang terdiri dari John, Joseph Wesley, dan Fletcher Harper di kota New York pada tahun 1867 dengan nama Harper's Bazar (benar, Anda tak salah membacanya, nama Harper’s Bazaar yang semula tidak menggunakan huruf “a” ganda). Edisi pertama diterbitkan sebagai sebuah surat kabar mingguan ukuran tabloid yang targetnya menyasar wanita di kelas menengah dan atas. 

(Edisi debut Harper's Bazaar yang terbit pada 2 November 1867)
(Edisi debut Harper's Bazaar yang terbit pada 2 November 1867)

Lima tahun berlalu semenjak pertama kali Harper’s Bazar diluncurkan sebagai tabloid mingguan, akhirnya baru di tahun 1901 Harper & Brothers memutuskan untuk mengubah formatnya menjadi majalah yang terbit bulanan (dan dipertahankan hingga hari ini). Dan perubahan nama dari Harper’s Bazar menjadi Harper's Bazaar sendiri resmi disepakati pada tanggal 30 Desember 1930, tepatnya 17 tahun setelah Harper’s Bazaar dibeli dan dioperasikan oleh perusahaan media raksasa asal Amerika Serikat Hearst pada tahun 1913. 

Berbagai kisah bersejarah pun berhasil dirangkai selama Harper’s Bazaar berdiri dan beroperasi, seperti pada tahun 1933 tepatnya di suatu hari yang dingin di bulan Oktober ketika Fashion Editor, Carmel Snow (yang kemudian di tahun 1934 dipercaya duduk sebagai Editor-in-Chief) melakukan perjalanan bersama dengan jurnalis foto asal Hongaria, Martin Munkacsi ke pantai Piping Rock di Long Island, New York untuk mengambil potret pakaian renang untuk edisi Desember bertajuk "Palm Beach". Untuk fashion spread tersebut, ia meminta model Lucille Brokaw berlari ke arah kamera saat dirinya memotret. Walaupun terdengar tak istimewa di zaman ini, namun teknik pengambilan gambar seperti itu masih sangat asing karena di era tersebut bidang fotografi mode masih terbatas pada potret studio dengan pose diam dan latar belakang polos atau buatan. 

(Hasil potret Martin Munkacsi yang berhasil membuat sejarah baru di industri mode di zaman itu)
(Hasil potret Martin Munkacsi yang berhasil membuat sejarah baru di industri mode di zaman itu)

Meskipun terdengar seperti sebuah proyek foto yang mudah, keterbatasan bahasa menjadi kendala antara Carmel, Martin, dan Lucille dalam berkomunikasi menyampaikan keinginannya. Miskomunikasi yang terjadi antara Carmel dan Martin yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang minim membuat Martin akhirnya mulai membuat gerakan liar dengan lengannya, yang tanpa sengaja ditafsirkan oleh Lucille sebagai isyarat untuk berlari ke arahnya. Namun berkat kesalahpahaman yang terjadi ini, hasil foto ini berhasil mengukir sejarah baru bagi industri majalah mode. 

Atau ketika (lagi-lagi setelah berhasil merekrut Alexey Brodovitch sebagai Art Director) Carmel menemukan sosok genius lainnya di New York, tepatnya di Hotel St. Regis, ketika ia melihat seorang wanita yang tampaknya tidak malu dengan mawar di rambut hitamnya menari dengan gaun renda rancangan Chanel. Dan wanita tersebut akhirnya diketahui bernama Diana Vreeland. Keesokan harinya, Carmel tanpa ragu meminta Diana untuk menulis kolom untuk Bazaar berjudul "Why Don't You…?," yang bertujuan untuk menawarkan saran-saran untuk gaya hidup yang lebih modis. Dan hasilnya? Diana pun tak mengecewakan: tulisannya sering kali begitu segar, “aneh”, dan secara mengejutkan keluar dari lingkup mode, salah satu karyanya yang paling ikonis seperti, "Mengapa Anda tidak mencuci rambut pirang anak Anda dengan sampanye seperti yang mereka lakukan di Prancis?". Berkat gaya menulisnya yang tidak biasa, tak lama kemudian, Carmel pun menunjuk Diana untuk menjadi Fashion Editor Bazaar.

Harper's Bazaar Indonesia

Masuk ke skala lokal, Harper’s Bazaar sendiri pertama kali menginjakkan kaki ke Tanah Air pada akhir era milenium kedua. Hadir dalam edisi cetak yang rilis di bulan Juni tahun 2000, Harper's Bazaar Indonesia sendiri bernaung di bawah perusahaan MRA Media. Sebagai salah satu pionir majalah franchise fashion pertama di Indonesia, Harper’s Bazaar Indonesia telah menjadi media terdepan dan terpercaya dalam mewartakan berita seputar fashion, beauty, dan lifestyle. 

Sedangkan, kursi Editor-in-Chief di Harper’s Bazaar Indonesia pun juga telah mengalami beberapa kali pergantian, dengan pertama kali dipimpin oleh Dian M. Muljadi yang didampingi oleh Biyan Wanaatmadja sebagai Creative Consultant dan Jay Subyakto sebagai Photography & Artistic Consultant, tongkat kepemimpinan kemudian sempat dipercayakan kepada mantan model, Izabel Jahja yang kemudian saat ini sedang dipegang oleh Ria Lirungan mulai dari tahun 2011 bersama dengan Didi Budiardjo sebagai Creative Consultant (hingga Mei 2020) dan Michael Pondaag sebagai Fashion Director (hingga sekarang).

Tak hanya secara konsisten menerbitkan majalah bulanan, di tahun 2009 Harper’s Bazaar memberanikan diri untuk mengepakkan sayapnya dengan memperkenalkan Bazaar Art Jakarta (yang kemudian berganti nama menjadi Art Jakarta di tahun 2017), sebuah art fair terbesar di Indonesia yang dihelat dengan misi mendekatkan seni ke masyarakat luas.

Dari sejarah panjang di atas, memang telah terbukti, Harper's Bazaar merupakan salah satu majalah mode terlama dan juga paling berpengaruh, eksistensi Harper’s Bazaar di jagat mode maupun media memang tak bisa dipandang sebelah mata. Untuk menjaga kenangan Harper’s Bazaar tetap hidup, di tahun 2020 kemarin, Harper’s Bazaar juga resmi mengumumkan kerjasama dengan desainer tas Olympia Le-Tan untuk membuka kembali arsip sampulnya spesial bagi tim desain Olympia Le-Tan untuk dapat menerjemahkan berbagai sampul majalah vintage dan ikonis dari era tahun 1930-an untuk akhirnya dituangkan dalam bentuk koleksi tas clutch yang tersedia secara eksklusif sebanyak 77 unit untuk masing-masing tujuh desain.

Berikut rekap beberapa sampul ikonis Harper’s Bazaar Indonesia dari masa ke masa:

Begini tampilan perdana sampul Harper’s Bazaar Indonesia yang terbit pertama kali di bulan Juni tahun 2000.

Kristen Dunst jadi wajah sampul untuk selebrasi edisi ke-100 Harper's Bazaar Indonesia yang rilis pada bulan November 2008.

Sempat menggemparkan di masanya, lihat bagaimana Harper's Bazaar Indonesia berhasil mengumpulkan deretan artis Indonesia papan atas seperti Dian Sastrowardoyo, Luna Maya, Nadine Chandrawinata, hingga Bunga Citra Lestari untuk berkumpul dalam satu ruangan dan berpose bagi edisi spesial ulang tahun Harper's Bazaar Indonesia yang ke-9.

Untuk merayakan satu dekade eksistensi Harper’s Bazaar, Demi Moore dipercaya sebagai wajah sampul untuk momen bersejarah yang tayang pada bulan Juni 2010. 

Untuk merayakan 11 tahun Harper’s Bazaar Indonesia, Lady Gaga yang melakukan pemotretan sampul bersama dengan Harper’s Bazaar US turut mewarnai tampilan depan edisi ulang tahun ini. Istimewanya, pada sesi pemotretan ini, sang diva juga mengenakan busana rancangan desainer Tanah Air yaitu Tex Saverio.

Tak kalah istimewa dan ikonis dari sampul lainnya, untuk edisi Juni 2015, model blasteran Indonesia-Australia, Nadya Hutagalung dipercaya untuk mewarnai sampul hari jadi tahun itu.

Dalam rangka merayakan hari jadi Kota Jakarta yang juga bertepatan dengan ulang tahun Harper’s Bazaar Indonesia, untuk edisi yang terbit di bulan Juni 2017 ini, Harper’s Bazaar berkolaborasi dengan illustrator Gattobravo untuk menciptakan karya seni untuk  lima persona desainer Indonesia mulai dari Didi Budiardjo, Biyan, Obin, Peggy Hartanto, hingga Lulu Lutfi Labibi yang menyampaikan apa arti Kota Jakarta bagi diri mereka.




Sesuatu yang besar dihadirkan Harper’s Bazaar Indonesia untuk hari jadi ke-13 tahun! Tak seperti biasa, untuk edisi bulan Juni 2013, Harper’s Bazaar merilis empat majalah dengan desain sampul berbeda yang juga hadir dalam bentuk hard cover. Empat pilihan cover majalah ini dirancang khusus oleh 1 desainer Indonesia yaitu Biyan, dan 3 desainer internasional antara lain Roberto Cavalli, Diane von Furstenberg, dan Giorgio Armani. 


Happy sweet sixteen! Untuk edisi kali ini, Harper’s Bazaar melangkah lebih jauh dengan menghadirkan teknologi augmented reality. Dengan aplikasi Harper’s Bazaar Indonesia edisi ulang tahun ke-16, Anda dapat mengecap pengalaman membaca majalah yang belum pernah Anda lihat dan rasakan sebelumnya!


Untuk merayakan dua dekadenya, Harper’s Bazaar Indonesia mengundang 20 persona Tanah Air yang dinilai inspiratif dan membawa dampak positif untuk menghias sampul majalah untuk edisi Juni 2020. Terasa sangat spesial bukan hanya karena melibatkan 20 sosok, namun sesi pemotretan yang dilakukan hasil kolaborasi dengan fotografer Anton Ismael ini juga dilaksanakan secara virtual mengingat pandemi Covid-19 sedang berlangsung sepanjang tahun 2020 bahkan setidaknya hingga sampai saat artikel ini ditayangkan. 

(Layout: Tevia Andriani; Foto: Courtesy of Harper's Bazaar Indonesia, Harper's Bazaar US)