Tahun 2000-an menjadi awalan bagi blog dan era dari iPod, dengan mengirim industri musik ke dalam spiral yang kacau balau. Secara tiba-tiba, tampaknya setiap hal dari industri tersebut memiliki peluang untuk berjuang menjadi ‘besar’. Apa yang terjadi kemudian adalah sebuah 10 tahun yang berjalan secara gemilang, di mana rap dan hip-hop merebut kembali kesuksesan dari komersial, indie rock mulai condong ke sisi pop subversifnya, dan musik pop harus memikirkan kembali ketergantungannya pada boy band yang diproduksi secara massal.
Untuk merayakannya, kami telah mengumpulkan beberapa lagu favorit kami yang berjaya pada era ini, mulai dari ketukan Timbaland dan Pharrell hingga putri pop Britney dan Christina serta andalan indie yang selalu beradaptasi, seperti Animal Collective dan The White Stripes. Berikut adalah pilihan kami untuk lagu-lagu terbaik pada tahun 2000-an.
1. Toxic – Britney Spears
Britney Spears telah menjalani banyak ‘kehidupan’. Dari bertahan dalam bingkai putri pop yang mencekik dan ‘bersih’, menemukan kebebasan sebagai wanita dewasa yang terbebaskan secara seksual, hingga semua momen goyah di antara keduanya, setiap langkah karier ikonis dari Britney Spears telah kita saksikan. Toxic berada di pertemuan dari banyak sisi yang dimiliki oleh sang bintang, ketika vokal baby-girl khasnya berbenturan dengan biola yang tak terduga serta falsetto yang sangat tinggi.
2. Rock the Boat – Aaliyah
Dalam kariernya yang terlalu pendek, Aaliyah memberi kita sebuah lagu yang berharga. Rock the Boat adalah salah satu permata terakhirnya, yang mana merupakan sebuah lagu kebangsaan yang memukau, yang membuat eufemisme jelas terpampang, terasa nyaman, dan alami. Hal tersebut tentunya dilengkapi dengan pesona Aaliyah yang tak tertandingi.
3. Lose Control – Missy Elliott ft. Ciara dan Fat Man Scoop
Lose Control mampu membuktikan keunggulannya dari segala sisi. Ketidakpastian Missy Elliott, teriakan para hypemandari Fat Man Scoop, dan hook Ciara yang mulus berpadu secara baik untuk menghasilkan lagu dansa yang memukau.
4. Drop It Like It’s Hot – Snoop Dogg ft. Pharrell
Di beberapa titik pada awal 2000-an, ketukan hip-hop merangkul aspek homegrown, yang mana hampir terasa eksperimental bagi mereka. Hal tersebut dibuktikan dari Timbaland dan Pharrell yang memasukkan beatboxing, hidraulika, dan suara bayi yang meraung ke dalam ‘katalog’ mereka. Drop It Like It’s Hot dibuat dengan falsetto yang memanjang. Gaungan “Snoooooop!” dipasangkan dengan tarian yang tampak mudah untuk diikuti. Intinya, lagu tersebut sangatlah klasik.
5. Fighter – Christina Aguilera
Christina Aguilera, yang menghabiskan masa pra-remajanya di Mickey Mouse Clubhouse bersama bintang-bintang seperti Britney Spears dan Ryan Gosling, mengalami masa awal karier yang terasa terkekang, yang membuatnya menghasilkan hit pop, seperti Genie in a Bottle. Namun, setelah itu, ia mampu menunjukkan siapa dirinya yang sebenanrnya. Pada tahun 2002, Christina Aguilera telah mengubah namanya menjadi wanita yang sepenuhnya bebas dengan Stripped, sebuah rekaman yang didedikasikan untuk ‘Christina yang baru’, yang memperlihatkan seorang wanita muda yang lebih berani. Lagu Fighter pun merayakan kebebasan barunya dan mengakui kekuatan dalam belajar dari masa lalu. “Cause if it wasn’t for all of your torture / I wouldn’t know how to be this way now,” nyanyinya.
6. We Belong Together – Mariah Carey
Pada tahun ‘90-an, Mariah Carey adalah seorang it girl. Ia memiliki range vokal menakajubkan dan berwajah segar, yang menghiasi setiap lagu rap dengan register yang begitu luas sehingga hampir tidak masuk akal. Tetapi, pada tahun 2000-an, Mariah Carey adalah ikon bersertifikat, seorang wanita dewasa yang mengetahui nilainya sendiri dan memperjuangkan apa yang menjadi haknya. Hal tersebut membuat lagu We Belong Together menjadi pertunjukan yang lebih terasa penting. Karena, melaluinya, Mariah Carey menawarkan momen angelic vulnerability yang tak terduga.
7. Bootylicious – Destiny’s Child
Tanpa harmoni yang sempurna dan keyakinan tajam yang meyakinkan, barangkali sulit untuk menjual kata seperti bootylicious atau membuat pernyataan seperti, "I don’t think you’re ready for this jelly,” yang terdengar sangat tidak nyaman. Namun, dengan ad-lib yang memekik dan menakjubkan, Beyoncé, Kelly Rowland, dan Michelle Williams mampu melakukan hal tersebut dan membuatnya berkesan.
8. Maps – Yeah, Yeah, Yeahs
Maps adalah lagu yang tak lekang oleh waktu, lagu dahsyat yang tertinggal di alam bawah sadar kita. Karen O, seorang ratu kebangkitan post-punk yang berjaya pada era tersebut, berbicara melalui bait pertama, sebelum menyerah pada gelombang kerentanan: "Wait, they don’t love you like I love you.” Di antara permainan drum yang kedap udara dan tenaga penggerak gitar listrik di bawahnya, Maps seakan mewakili rasa keputusasaan dan kemarahan yang datang dengan cinta tak berbalas, sembari tetap menghormati kekuatan yang dipertahankan dalam kepemilikan emosional sang penyanyi.
9. My Boo – Alicia Keys dan Usher
Cinta yang bersemi semasa sekolah akan selamanya terasa berbeda. My Boo adalah lagu resmi yang melambangkan cinta monyet, yang berpusat pada ciuman pertama dan godaan di taman bermain, beserta tempat khusus yang dimiliki kenangan tersebut.
10. Hot in Herre – Nelly
Ketika Gen Z tampaknya lebih akrab dengan lagu Nelly berjudul Buss It di TikTok, Hot in Herre memiliki kehidupannya sendiri pada awal tahun 2000-an. Dengan hook yang hampir lugas dan puitis serta kehadiran sebuah percakapan menyakitkan mengenai hubungan pertemanan, Nelly menawarkan solusi sederhana untuk masalah yang terlalu akrab itu: Just take off all your clothes.
11. My Girls – Animal Collective
Album Merriweather Post Pavilion karya Animal Collective mendefinisikan kembali ide musik indie komersial. Sebagai magnum opus tidak resmi mereka, album tersebut memperkuat suara mereka ke level baru yang belum pernah terdengar sekaligus mengantarkan melodi yang berdekatan dengan pop, yang tidak pernah ada di proyek sebelumnya. Melalui trek vokal berlapis-lapis, permainan drum tangan, dan instrumental yang melengkung, My Girls adalah nyanyian yang aneh dengan lirik yang berfokus pada kesenangan sederhana dalam hidup: "I don’t mean to seem like I care about material things … I just want four walls and adobe slabs for my girls.”
12. Me, Myself, and I – Beyoncé
Untuk semua lagu Beyoncé yang mengahsilkan energi tinggi, ada sisi yang lebih langka dari dirinya yang tampak di lagu-lagu seperti Me, Myself, and I. Mengenai seorang wanita yang sangat tenang dalam menghadapi perselingkuhan, Beyoncé membuktikan ketenangannya melalui vokal yang tertutup dan bisikan ‘malaikat’ dari aktualisasi diri ketika ia berjanji pada dirinya sendiri untuk melindungi hatinya di masa depan.
13. Someday – The Strokes
Melalui aksen suara khasnya, Julian Casablancas dari The Strokes menjelaskan serangkaian janji singkat, pernyataan yang meragukan, dan kiasan yang terbelakang melalui lagu yang satu itu. Menghindari romantisme yang biasa, Someday memanjakan diri dalam keawetan yang realistis dari sebuah hubungan yang menyenangkan, namun tidak menawarkan sumpah jangka panjang. Lagu tersebut adalah ringkasan yang indah dari daya tarik The Strokes, sebuah rock and roll yang jujur dan lugas tanpa embel-embel tambahan, hanya menghadirkan realitas yang menawan.
14. What You Waiting For – Gwen Stefani
What You Waiting For adalah langkah eksplosif Gwen Stefani menjuju jalannya sendiri. Sebagai lagu pembuka dari rekaman solo pertama sang mantan vokalis No Doubt, lagu tersebut adalah sebuah pop elektronik yang sangat memukau.
15. Cry Me a River – Justin Timberlake
Semua yang diberi sentuhan oleh Timbaland adalah emas. Pada awal tahun 2000-an, tidak ada lagu hit yang tidak bisa dibuat oleh Timbaland. Justin Timberlake pun menjadi salah satu ‘kendaraannya’ yang paling efektif. Dengan bantuan Scott Storch pada rangkaian liriknya, Cry Me a River adalah lantunan abadi dan terasa kejam atas konsekuensi dari perilaku buruk.
16. I Bet You Look Good on the Dancefloor – Arctic Monkeys
Sebelum Alex Turner menata rambutnya dan ‘membersihkan’ suara Arctic Monkeys menjadi sesuatu yang sedikit lebih licin, ada I Bet You Look Good on the Dancefloor pada tahun 2006 silam. Didorong oleh permainan drum yang sangat garang dari Matt Helders, lagu tersebut adalah lagu kebangsaan yang supercharged, ketika Alex Turner dengan mabuk membuat kontak mata dengan seseorang yang berusaha menggodanya di bar.
17. My Happy Ending – Avril Lavigne
Estetika yang disuguhkan oleh Avril Lavigne menjanjikan suara yang jauh lebih kuat daripada kehebatannya, yang diaktualisasikan sebagai bintang pop. Namun, Avril Lavigne tidak berhutang apa-apa kepada kita dan ini adalah fakta yang tidak boleh kita lupakan, ketika ia melakukan cosplay sebagai gadis punk pemarah dengan dasi merah muda dan rambut sebatas pinggang lurus pada awal tahun 2000-an. My Happy Ending adalah Avril Lavigne dalam kondisi terbaiknya, ketika ia berbicara buruk mengenai mantan dan "teman bodohnya" pada ballad yang memukau.
18. Young Folks – Peter Bjorn and John
Young Folks adalah lagu yang terasa aneh dan sederhana, menempatkan melodinya di belakang hook kecil yang bersiul secara manis. Sifatnya yang menawan tampaknya meminjamkan dirinya pada interpretasi dan sampel baru dari orang-orang seperti Kanye West, James Blake, dan bahkan Halsey.
19. Love – Keyshia Cole
Love dari Keyshia Cole adalah penampilan vokal yang dapat dinikmati selama berabad-abad lamanya, tanpa perlu ikut bernyanyi. Dari ruang bawah tanah karaoke hingga lantai bar, Love adalah lagu kebangsaan orang-orang yang tidak perlu dipersoalkan, karena setiap wanita, pria, dan anak-anak tampaknya dapat berhubungan dengan perasaan jatuh cinta terhadap pasangan yang ‘tidak tersedia’.
20. Always on Time – Ja Rule ft. Ashanti
Ja Rule dan Ashanti dapat dikatakan sebagai sosok Sonny and Cher pada tahun 2000-an, atau barangkali Marvin dan Tammi. Dengan menciptakan hampir sebanyak 10 kolaborasi bersama, gaya rap kasar Ja Rule terasa sangat memukau ketika dipasangkan dengan vokal gadis seksi Ashanti yang sangat halus. Always on Time seakan menjadi penengah antara Ja Rule yang berteriak mengenai "cinta larut malam" dan Ashanti yang dengan lancar bersumpah untuk menjadi lebih baik dalam menjawab panggilan-panggilannya.
21. I Just Wanna Love U (Give It 2 Me) – Jay-Z ft. Pharrell
Lagu Rick James berjudul Give It to Me Baby adalah sebuah lagu yang identik dengan rasa tahun ‘80-an, menjadikannya iringan yang sempurna untuk Jay-Z dan Pharrell di puncak panggung himbo mereka. Dengan ratapan yang tidak tepat dari Pharrell pada bagian chorus, I Just Wanna Love You tampil sebagai salah satu karya terbaik dari beberapa kolaborasi yang dihasilkan keduanya.
22. Can’t You Get Out of My Head – Kylie Minogue
Can't Get You Out of My Head adalah sebuah lagu dansa yang asyik dan bersuasana disko yang tampaknya tertanam di celah-celah alam bawah sadar kita. Kylie Minogue memilih momen yang sempurna untuk menarik kembali vokal dan memilih vibrato yang halus serta sunyi sesekali, membuat momen yang dihasilkannya semakin intens.
23. Ms. Jackson – OutKast
Melalui lagu Ms. Jackson, Big Boi dan André 3000 mengambil tugas berat untuk meminta maaf kepada para single mother atas nama para ayah yang tidak hadir, karena mereka dengan hati-hati mengatasi penderitaan cinta muda yang tidak dipikirkan beserta konsekuensi yang menghantuinya. Dengan irama yang terdengar melengkung ketika lagu berlanjut, André 3000 berbicara dengan sentimen lembut yang sebagian besar tetap tak tersentuh dalam hip-hop, menambahkan kesan Beach Boys-esque ketika menyebutkan "puppy love" dan permintaan maaf.
24. Chasing Pavements – Adele
Memilukan dan sangat menyentuh, Chasing Pavements adalah pintu masuk besar pertama Adele ke dalam kontinum budaya pop. Ia hanyalah seorang remaja pada saat itu, namun kedalaman emosionalnya dan jangkauan vokalnya mampu melonjak jauh melampaui usianya, yang tentunya berhasil memikat kita semua.
25. No Letting Go – Wayne Wonder
Jika kita berbicara secara teknis, No Letting Go adalah sebuah ballad. Dibanjiri dengan gaya produksi dancehall tradisional yang bersemangat, pernyataan cinta Wayne Wonder yang sungguh-sungguh tampaknya mengalir dengan mulus. Namun, untuk menghadirkan romantisme yang memanjakan diri, Wayne Wonder tetap membiarkan beat rock menghiasi lagu tersebut, agar mampu memberikan guncangan dansa darinya.
26. Electric Feel – MGMT
Electric Feel dari MGMT adalah sebuah kekuatan yang tersebar di mana-mana ketika dirilis pada tahun 2007 silam. Lagu tersebut menawarkan era baru dari psychedelic dan synth-heavy pop rock yang memanggil kembali nuansa tahun ‘60-an. Penerimaan masyarakat terhadap lagu tersebut membuktikan bahwa band itu telah menuju ke sesuatu yang mampu membangkitkan karier mereka.
27. In Da Club – 50 Cent
Diapit di antara makna lagu mengenai momen hampir ditembak mati dan mengenai terus-menerus ‘high’, lagu tersebut membawakan kesuksesan komersial terbesar 50 Cent. In Da Club adalah persilangan tahun ‘50-an, dari ikon rap tercinta menjadi household name. Meskipun radio masih harus mengedit kata-kata terkait obat-obatan dan pembicaraan senjatanya, lagu itu menjadi bukti bahwa "rap gangster" di tahun ‘90-an bukanlah semacam subkultur yang akan punah atau musnah dalam waktu dekat.
28. Confessions Pt.2 – Usher
Mengatakan bahwa Usher bersalah adalah sebuah pernyataan yang meremehkan. Pria tersebut menciptakan sebuah album yang seluruh isinya didedikasikan untuk masalah perselingkuhannya, sebuah kisah tentang perselingkuhan yang tanpa henti dan kemudian dengan kurang pantas ia berjuang untuk mendapatkan pasangannya kembali. Entah bagaimana, hal tersebut berhasil dilakukannya. Salahkan situasi itu pada vokal yang tak tertandingi, narasi yang luar biasa, atau badan six-pack yang dipamerkannya kepada seluruh dunia. Bagaimana pun juga, Confessions Pt. 2 karya Usher tetap menjadi salah satu lagu R&B modern terbaik, sebuah lagu yang sangat disukai meskipun subjeknya memiliki kekurangan yang tak dapat disangkal.
29. So Sick – Ne-Yo
So Sick adalah lagu perpisahan yang dimaksudkan untuk momen yang sangat spesifik dalam proses penyembuhan rasa sakit. Lagu yang dinyanyikan oleh Ne-Yo itu adalah lagu yang meratapi tahap melankolis ketika tampaknya tidak ada lagi yang perlu ditangisi, namun entah bagaimana masih terdapat banyak kesedihan yang melingkupi diri sendiri. “I’m so sick of love songs / So sad and slow / So why can’t I turn off the radio?” bunyi penggalan liriknya.
30. New Slang – The Shins
Di antara pemberontakan pop punk, rap, dan pop produksi, kehadiran The Shins pada awal tahun 2000-an terasa seperti hembusan udara segar subversif yang hadir tanpa disengaja. New Slang dapat dikatakan sebagai lagu yang paling menonjol di antara lagu lain yang terdapat di album rilisan tahun 2001 bertajuk Oh, Inverted World, yaitu sebuah lagu pop yang lembut dan folky, dengan senandung lembut dan petikan gitar yang terasa sangat halus.
31. Hips Don’t Lie – Shakira ft. Wyclef Jean
Hips Don Don't Lie adalah lagu yang menghadirkan permainan pinggul dengan hook yang menarik, berkat loop terompet yang tak terlupakan dan juga berkat pasangan sempurna dari Fugees (Wyclef Jean) dan Shakira. Sementara lagu itu awalnya ditulis untuk memicu kebangkitan Fugees, Wyclef harus memutar baliknya dengan cepat, dengan menambahkan Shakira sebagai penulis dan produser serta membuat cerita latarnya hampir sama menariknya dengan lagunya itu sendiri.
32. Hey Ma – Cam’ron ft. Juelz Santana, Freekey Zekey, dan Toya
Hey Ma adalah Cam klasik. Rapper New York yang satu itu menampilkan pertunjukan genit tanpa henti, hanya untuk memanggil sekelompok teman, termasuk Juelz Santana, untuk ikut dan melontarkan permainan terbaik mereka tepat di sampingnya.
33. Leave (Get Out) – JoJo
JoJo baru berusia 13 tahun ketika Leave (Get Out) mencapai puncak tangga lagu Billboard. Untuk seseorang yang masih belasan tahun, bintang pop yang beraliran R&B itu entah bagaimana menangkap emosi dari hubungan yang tidak sehat, yang terkenal dengan menyatakan, "You were just a waste of time." Kesuksesan lagu itu melambungkan nama dan kariernya menjadi sebuah ketenaran yang memang pantas ia dapatkan.
34. Fell in Love with a Girl – The White Stripes
Fell in Love with a Girl adalah single dari The White Stripes yang hadir pada saat band tersebut belum mendapatkan plakat Hall of Fame mereka dalam dunia rock indie. Gendang Meg White yang membara namun lugas diimbangi dengan ratapan Jack White, ketika ia memohon untuk dibebaskan dari otak yang sepenuhnya diambil alih oleh cinta baru.
35. Grindin – Clipse
Pada awal tahun 2000-an, setiap irama yang bisa dimainkan dengan ‘menggebrak’ memiliki peluang untuk meraih kesuksesan komersial. Namun, Grindin tak hanya berhasil karena beat Neptunes yang sangat kuat, tetapi juga mampu bersinar karena syair ‘kedap udara’ dari No Malice dan Pusha T, yang secara tidak meyakinkan meminta maaf atas kesombongan barunya: "Excuse me if my wealth got me full of myself.”
36. Crazy – Gnarls Barkley
Album St. Elsewhere karya Danger Mouse dan CeeLo Green adalah karya yang menunjukkan dan merayakan momen-momen kegilaan, ketika mereka menyisipkan funk retro dan potongan pop-heavy disco-infused. Crazy menjadi lagu musim panas yang didengarkan di mana-mana berkat penampilan vokal CeeLo Green yang luar biasa, ketika ia menjadi cosplay sebagai orang tak waras yang sadar akan kegilaannya.
37. Family Affair – Mary J. Blige
Mary J. Blige adalah mercusuar harapan, kisah dongeng mengenai kesuksesan yang mencakup kekayaan dan kemenangan atas sebuah tragedi. Untuk semua hal yang telah ia lalui, momen kebahagiaan Mary tampaknya semakin tampak. Family Affair mengundang kita semua untuk berdansa dengannya ketika ia mengikuti irama dari Dr. Dre, meninggalkan kita dengan permintaan ikonis: “Don't need no hateration, holleration in this dancerie”.
38. I Write Sins Not Tragedies – Panic! at the Disco
Setiap era memang memiliki versi musiknya tersendiri ketika membahas mengenai kecemasan remaja. Pada pertengahan 2000-an, versi yang dikneal adalah adalah cabang online dari emo pop punk. Entah bagaimana, lagu I Write Sins Not Tragedies berhasil dikenal dan disukai banyak orang, menjadi hit besar yang tak terduga. Hingga saat ini, lagu tersebut pun masih menjadi favorit penggemar di karaoke dan bar di seluruh negeri.
39. All Falls Down – Kanye West
Terlepas dari goyahnya urusan politiknya pada tahun 2021, lagu Kanye West pada tahun 2004 silam yang berjudul All Falls Down adalah potret sosiopolitik yang selalu tampak ‘hijau’. Ditulis bersama oleh The Ms. Lauryn Hill, lagu ini menampilkan perspektif dari dua orang mengenai keadaan buruk konsumerisme dan status sebagai orang kulit hitam di Amerika, yang berosilasi antara perspektif pria dan wanita. “We buy our way out of jail but we can’t buy freedom,” sindir Kanye melalui penggalan lirik tersebut.
40. Like Glue – Sean Paul
Pada awal tahun 2000-an, dancehall telah menciptakan jalannya sendiri menuju Amerika Serikat, diantar oleh duta besar tidak resmi, Sean Paul. Like Glue tetap menjadi salah satu momen dan karya yang paling cemerlang, ketika ia memberikan ‘sinar matahari’ absolut selama tiga menit berturut-turut melalui lagunya.
(Penulis: Natalie Maher; Artikel ini disadur dari Bazaar US; Alih Bahasa: Fatimah Mardiyah; Foto: Courtesy of Bazaar US)