Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Bebas Bergaya Tanpa Memandang Usia

Siapa bilang fashion hanya terbatas untuk anak muda? Inilah saatnya melawan diskriminasi fashion terhadap kelompok lanjut usia.

Bebas Bergaya Tanpa Memandang Usia

Sepatu hak berujung lancip, setelan rok selutut dan blazer tweed marun, kacamata hitam bersiluet cat eye bertengger di kepala, sepasang anting mutiara terjuntai di balik rambut yang tertata jelita, disempurnakan dengan pulasan lipstik berwarna merah menyala.

Sekilas pandang, perempuan yang telah berusia lebih dari setengah abad ini terlihat begitu flamboyan dan memesona. Namun ketika ia berjalan di trotoar Jakarta, tebak bagaimana khalayak mengomentari penampilannya?

“Mau kemana, Nek?”
“Lagi puber kedua, ya?”


Coba berhenti sejenak dan mengulang adegan itu sekali lagi. Kali ini, sosok perempuan berusia 60 tahun tersebut berubah menjadi seorang gadis 25 tahun dengan paras yang segar tanpa segaris keriput tertera di wajahnya.

Bisa diduga, perempuan muda akan mendapatkan respon yang lebih positif akan penampilannya. Mengapa khalayak lebih mengapresiasi kaum muda yang mengekspresikan dirinya lewat fashion, sedangkan mereka yang telah berusia lanjut dianggap tidak lagi pantas untuk tampil up-to-date mengikuti perkembangan fashion? Apakah fashion memiliki batas usia?


Baca juga: Iris Apfel Luncurkan Lini Fashion


Tanpa disadari, ada semacam aturan tak tertulis yang mengatur bagaimana seharusnya perempuan lanjut usia berbusana. Padahal, siapa bilang perempuan berusia 60 tahun tidak boleh mengenakan blanket bag Balenciaga atau sepatu flatform lansiran Prada seperti yang dipakai oleh perempuan berumur 30 tahun, dan begitu pula sebaliknya?

Mengapa perempuan berusia matang yang berani bereksperimen dengan item fashion eksentrik kerap mendapatkan tatapan sinis atau bahkan dijadikan bahan tertawaan?

Tidakkah fashion seharusnya menjadi medium untuk dapat mengekspresikan diri secara bebas, terlepas berapa pun usia Anda? Bukankah kebebasan semacam ini menjadi bagian dari semangat feminisme yang telah lantang digaungkan beberapa musim terakhir?


Setidaknya, urgensi untuk menghormati seraya merayakan pesona gaya lintas usia telah dijawab oleh sejumlah rumah mode ternama. Belum lama ini, Simone Rocha menghadirkan model veteran Jan de Villeneuve pada peragaan koleksi Fall/Winter 2017, mengenakan busana bernuansa ageless yang dapat dikenakan oleh berbagai usia.

Pendekatan ini juga diterapkan oleh label seperti Rachel Comey, Vetements, dan Guo Pei yang menampilkan model dalam rentang usia 60 hingga 80 tahun ke dalam pertunjukan runway mereka.

Selain itu, beberapa musim silam Céline, Saint Laurent, The Row, Dolce & Gabbana, Aigner, dan Lanvin merekrut sejumlah persona lanjut usia untuk membintangi kampanye iklan mereka. Nicola Griffin bahkan berhasil membintangi cover majalah Sports Illustrated dalam balutan bikini di usia 57 tahun.


Baca juga: Pasangan Lansia Konsisten Tampil Senada Selama 37 Tahun


Kendati panorama fashion masih lebih banyak didominasi oleh sosok-sosok belia yang kurus tanpa keriput, paling tidak pergerakan seperti ini terasa bagaikan semilir angin segar. Ada usaha nyata dari pelakon industri fashion untuk merealisasikan salah satu semangat feminisme, yakni melawan diskriminasi berbasis usia atau ageism.

Movement seperti ini, meskipun bergerak perlahan, membawa gelora tersendiri dalam dunia fashion. Memberikan kesempatan bagi model ‘berumur’ untuk tetap eksis di blantika fashion menyiratkan bahwa karir modeling tidak lagi terbatas pada generasi muda saja.


Selain itu, kehadiran sosok perempuan berusia matang di panggung fashion juga dapat dipandang sebagai bentuk representasi pasar yang lebih luas. Karena, toh, pada dasarnya fashion tidak secara eksklusif ditargetkan pada kaum muda saja. Justru perempuan dewasalah yang telah menjadi klien fashion yang setia.

Mereka telah mengonsumsi fashion berpuluh-puluh tahun lamanya, tidak ada alasan untuk menghentikan mereka bersenang-senang dengan item fashion apa pun yang mereka suka, mereka beli, dan mereka kenakan. Sehingga, sudah sepantasnya industri fashion merangkul mereka layaknya klien yang berharga, bukan memarginalisasi mereka.


Semoga saja pergerakan ini tidak menjadi sebuah tren semata yang menjadikan kehadiran perempuan lanjut usia di gelanggang fashion bagaikan trivial intermezzo. Dengan melibatkan kelompok usia yang lebih tua ke berbagai agenda fashion, kita telah mendorong semangat akan kesetaraan sekaligus mengkondisikan khalayak ramai untuk melihat pemandangan fashion lintas usia sebagai hal yang wajar.

Ini bisa menjadi langkah awal untuk menepis ageism dari pola pikir setiap individu seraya menyiarkan pesan bahwa tidak ada kata pensiun dalam fashion, dan semakin dewasa seseorang ia pun (seyogianya) akan menjadi lebih bijaksana dalam bergaya.

Why Don't You... Get Inspired?

Berikut film dan buku rekomendasi Bazaar yang mengulas wanita-wanita berusia matang dengan gaya personal yang menarik sebagai hiburan sekaligus sumber inspirasi Anda!

1. Film, Hello, My Name is Doris (2016)


2. Buku, Advanced Style - Older & Wiser oleh Ari Seth Cohen


3. Film dokumenter, Iris (2014)


Baca juga: Fabulous at Every Age: White Shade


(Foto: courtesy of Ari Seth Cohen, Andres de Lara, Daphne Selfe, dok. Bazaar. Layout oleh Ifni Isauria)