Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Perjalanan Label Lokal Modest Indonesia yang Siap Go International!

Melebarkan sayap dalam kancah internasional, sejumlah jenama modest Tanah Air memaparkan prosesnya hingga mampu “going global" kepada Fashion Editor Yudith Kindangen.

Perjalanan Label Lokal Modest Indonesia yang Siap Go International!
Panggung Klamby Spring/Summer 2023 di London Fashion Week

"Perjuangan” menjadi kata kunci yang saya dapatkan dari jawaban sederet desainer modest yang telah saya wawancarai. Mereka sepakat jika angan-angan untuk membawa misi yang membanggakan dari ragam budaya modest (bukan hanya tentang busana muslim, melainkan sudah bergeser menjadi busana yang santun) tak bisa terproses jika bukan karena konsistensi dan komitmen dalam berkarya sehingga mendatangkan adanya peluang.

Apalagi arahan modest fashion semakin memiliki makna yang luas. Rancangan yang ditawarkan tidak selalu mengenakan kerudung, tetapi lebih mengarah pada siluet busana longgar dan tidak memperlihatkan lekuk tubuh. Aliran modest fashion kini disinyalir menjadi ekspresi kebebasan bagi para penggunanya.

Di Indonesia, posisi modest fashion itu sendiri menguat dalam menyemarakkan industri fashion Indonesia sekitar 10 tahun belakangan ini. Tak heran jika modest fashion lokal yang dipelopori oleh para desainer busana muslim, seperti Dian Pelangi juga Ria Miranda kian berkembang. Ada juga Itang Yunasz yang gemar memasukkan unsur nusantara ke dalam rancangannya. Selain itu, ada beberapa nama desainer lain yang turut berekspansi mengambil langkah untuk dapat menggaet pasar luar negeri. Seperti Anandia Putri untuk label IKYK, Khanaan Shamlan untuk label eponimnya, dan Nadine Gaus untuk Klamby. 

Namun, meski dikenal sebagai pionir desainer modest Indonesia, Ria Miranda masih ingin melebarkan sayapnya di dalam negeri. “Setiap brand pasti ingin berkembang, buatku berkembang di dalam negeri sudah alhamdulillah apalagi bisa mendunia. Banyak faktor supaya bisa go global, salah satunya dukungan pemerintah yang juga ingin menjadikan Indonesia sebagai kiblat untuk busana muslim. Saya happy dan dukung brand modest fashion bisa go global, tapi untuk brand RiaMiranda kini fokusnya adalah bagaimana bisa memberikan inspirasi kebaikan melalui produk dan campaign yang kita usung,” jelas desainer asal Padang yang dikenal dengan rancangan feminin dalam rona lembut ini.

Label Lokal Modest
Koleksi signature Ria Miranda Minang Dekade 2023

Go international sudah masuk dalam rencana jangka panjang. Tapi perjalanan menuju ke sana masih jauh, karena pangsa pasar di Indonesia masih terbuka lebar. Saat ini tetap fokus pada kualitas produk dan pengembangan yang berkesinambungan. Jika kesempatan go international datang, kita sudah pantas dan siap menyambutnya,” ungkap Ria dengan mantap. Bicara tentang modest wear Indonesia yang mendunia, tentu tak akan lupa dengan sosok desainer Dian Pelangi yang telah memamerkan karyanya sejak tahun 2009. Ia mengikuti fashion show di Australia, lalu menjajaki London Fashion Week dalam segmen Fashion Scout Ones to Watch yang berkolaborasi dengan dua desainer lulusan London College of Fashion, yaitu Odette Steele dan Nelly Rose Stewert, serta New York Fashion Week di tahun 2015 dan 2019.

Label Lokal Modest
Dian Pelangi di Panggung Indonesia Fashion Gallery di New York Fashion Week

Saya pun berkesempatan untuk mewawancarai desainer berdarah Palembang ini. “Bermula dari tawaran untuk tampil di Islamic Fashion Festival di Melbourne, Australia, yang diusung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2009, saya mendapat sambutan yang luar biasa hingga media coverage yang bagus. Adanya respons positif tersebut membuat saya terpacu untuk melebarkan sayap secara global. Saya sadar ketika saya membawa brand saya ke dunia fashion internasional, dampaknya juga terasa di dalam negeri. Banyak pelanggan yang merasa value dari brand Dian Pelangi semakin bertambah, semakin dikenal dan semakin prestigious sehingga berpengaruh pada penjualan produk yang semakin meningkat. Jadi efeknya bukan hanya sebagai branding tapi juga bisa menaikkan penjualan. Awal prosesnya banyak dibantu oleh Kementerian Pariwisata pada saat itu, beberapa kali saya diajak untuk mempromosikan kain-kain dan busana muslim Indonesia ke kancah internasional. Dan setelah itu mulai berdatangan tawaran show di beberapa negara lainnya,” cerita Dian tentang asal mula dirinya melebarkan sayap ke luar negeri. 

Kemudian saya juga mewawancarai desainer Itang Yunasz, yang telah menduniakan modest wear Indonesia di Moskow, Rusia, tahun 2016 lalu. Selama empat hari berturut-turut, desainer senior ini memamerkan koleksi terbarunya lewat fashion show dan pameran yang bertajuk Java Sumatra Spring/Summer 2017. “Tahun 2000 adalah tahun di mana saya mulai membuat pakaian dari koleksi universal saya ke modest collection. Tantangan ini datang dari istri saya, ia minta untuk dibuatkan busana muslim yang lebih fashionable. Sejak saat itu saya jadi satu-satunya desainer pria yang terjun ke busana modest. Hingga pada tahun 2021, saya diundang untuk ikut show di Kuala Lumpur, Brunei Darussalam, Kairo, dan Dubai. Kemudian di tahun berikutnya saya diminta untuk membuat pergelaran di berbagai negara yang notabene bukan negara muslim, seperti pameran di Museum de Young di San Francisco, Amerika Serikat, bersama beberapa desainer Indonesia dan rumah mode ternama Chanel, Dior, dan Yves Saint Laurent selama satu tahun. Mereka mengatakan bahwa sebuah kejutan bahwa penjualan dan perputaran bisnis busana muslim di dunia sungguh hebat. Inilah yang akhirnya memberikan peluang untuk kita dapat memamerkan koleksi selama satu tahun lagi di museum yang ada di New York, dan pada tahun ke-3 di Frankfurt, Jerman, yang kemudian selesai saat pandemi melanda.”

Label Lokal Modest
Itang Yunasz untuk Dubai Show 2023

Menurut Itang, tidak mudah untuk masuk ke pasar fashion dunia seperti New York, Paris, dan Milan. Oleh karenanya, ia memilih untuk menjalin kedekatan dengan negara-negara yang dinobatkan sebagai negara Islami, seperti Tajikistan, Uzbekistan, dan sekitarnya. “Saya baru kembali dari Dubai bersama dua desainer Indonesia, yaitu Khanaan dan Ayu Dyah Andari, dalam rangka Indonesian Investment Forum in Dubai (IIFD) yang merupakan hasil kerja sama Bank Indonesia, Kedutaan RI di Dubai, dan Kementerian Perdagangan. Acara ini diadakan untuk membuka jalan bagi kami agar bisa masuk ke pasar internasional di Dubai. Alhamdulillah, koleksi kami bertiga banyak diminati dan mereka akan memberikan tempat untuk kita bisa masuk juga ke Abu Dhabi,” pungkas Itang.

Sudut pandang yang sama juga turut dipaparkan oleh desainer Khanaan Shamlan. Berdasarkan pengalamannya, ia mengaku jika awalnya produk yang berasal dari Indonesia masih diragukan. “Sekitar satu atau dua tahun pertama, produk yang berasal dari Indonesia masih dipandang sebelah mata. Namun dari produknya sendiri sangat diterima, karena yang kita present adalah produk kontemporer dengan metode pembuatan tradisional, maka dari itu tugas kita bersama adalah mempromosikan produk buatan Indonesia itu its good as international product. Dan yang terpenting, mencoba konsisten untuk menjaga eksistensi atau brand awareness di sana. Harus rutin ikut acara di tempat atau negara yang mau kita capai, tidak bisa hanya sesekali saja. Kebanyakan Khanaan ikut acara di area Timur Tengah, seperti Dubai Modest Fashion Week, Qatar, Arab Fashion Week dan Dubai Expo Exhibition.

Label Lokal Modest
Fashion Show Khanaan Cruise 2023 di Indonesia Investment Forum Dubai 2023

Begitu pula dengan Nadine Gaus sebagai Founder sekaligus Creative Director brand Klamby yang sempat satu panggung dengan Itang Yunasz saat melenggang di Dubai Expo tahun 2022. Bermula dari penjualan online yang banyak diminati hingga mengikuti acara fashion internasional di Timur Tengah (sebelum Dubai, tahun 2021 Klamby tampil di Ankara Turki), kini Klamby semakin konsisten hingga diterima oleh British Fashion Council untuk memamerkan busana modest di panggung London Fashion Week 2022.

Bertepatan dengan momen 10 tahun berkarya, Nadine Gaus bercerita bahwa ia ingin memiliki kontribusi besar. Alhasil, ia mencoba untuk ikut pada kurasi London Fashion Week 2022 dengan proses yang panjang, dari mengumpulkan portofolio desain dan fashion show hingga akhirnya bisa diterima di London Fashion Week. Harper’s Bazaar Indonesia turut digandeng secara eksklusif untuk menyaksikan momen istimewa Klamby tersebut. Setiap koleksi milik Klamby tak lepas dari budaya Indonesia, wastra dan kain tradisional. “Visi & misi Klamby yaitu Inspire the world through Indonesian heritage. Di mana kita semua bertanggung jawab untuk memperkenalkan budaya dan wastra yang dimiliki Indonesia. Banyak sekali kain-kain tradisional yang berkualitas bagus dan juga spesial di mata internasional, contohnya seperti kain tenun,” jelas Sandy Hendra Budiman selaku Public Relations Klamby saat diwawancarai via daring.

Label Lokal Modest
Koleksi Klamby Spring/Summer 2023 di London Fashion Week

Pada debut show Klamby di London Fashion Week, tenun Garut diusung sebagai material utama. “Menurut saya, tenun Garut punya potensi besar untuk dikembangkan di pasar global. Karena secara proses pewarnaannya, tidak hanya bisa dalam warna netral tetapi juga mampu mengeluarkan warna terang sampai warna-warna neon. Lalu secara material pun natural fiber. Global market sangat senang sekali dengan eco-fashion, lebih ramah lingkungan. Tapi memang prosesnya lama,” tutur Nadine kepada Harper’s Bazaar Indonesia ketika bersama di London. Lantas, setelah merasakan langsung panggung luar negeri, bagaimana respons pasar di luar maupun di Indonesia itu sendiri? “Respons yang diterima oleh Klamby sangatlah baik, terutama dalam hal desain kami yang mengusung heritage Indonesia dan tidak melupakan dari mana brand ini berasal. Kalau respons dari pasar luar, alhamdulillah kami mendapatkan banyak pelanggan baru dengan berbagai request terhadap produk Klamby dan sudah banyak buyer yang tertarik untuk membeli produk kami juga. Semoga ke depannya Klamby bisa membuka butik di Eropa.” 

Sementara bagi desainer Anandia Putri untuk label IKYK yang baru saja kembali dari presentasi koleksinya di Paris, memiliki sudut pandang berbeda tentang pasar global. Dari kacamata sang desainer, go global ini jelas ada kelebihan dan kekurangan. “Semua itu tergantung “niat” awalnya masing-masing brand ke arah mana. Dan bagaimana mereka menempatkan diri (strategi positioning seperti apa). Banyak hal yang sudah mendunia tapi tidak selalu kelihatan. Banyak juga hal yang sudah terlihat mendunia tapi banyak yang tidak mengetahui proses yang dilalui dan hasil yang didapat seperti apa. Yang jelas, yang bisa komitmen dan sustain continuity-lah yang akan bertahan dalam industri fashion ini. Ditambah dengan nilai story dan akar DNA yang kuat yang menarik. Karena balik lagi, mendunia sesungguhnya ini kan bisnis ya.”

Label Lokal Modest
Tradeshow IKYK Fall/Winter 2023 di Paris

Desainer yang sudah menjajaki beberapa negara, mulai dari ikut show hingga tradeshow di Seoul Fashion Kode 2016 dan 2022 (Korea Selatan), Melbourne Virgin Fashion Festival 2017 (Australia), Amazon Tokyo Fashion Week 2018 (Jepang), Moscow Indonesia Festival 2019 (Rusia), dan L’Adresse at Premiere Classe 2023 (Paris) ini mengaku jika telah melalui proses yang panjang.

“Pertama karena adanya peluang, kesempatan dan jelas karena ada pasarnya. Di tahun 2015, saya melalui proses inkubasi bersama mentor dari British Council, baik award dan prize, undangan negara, pertukaran kebudayaan, regular show, sponsor, dan sampai akhirnya mendapat kesempatan membuka showroom official dengan kurasi yang lumayan ketat. Tentunya, saya dan tim terus mencoba untuk selalu berkomitmen kepada branding dan tujuan IKYK dalam memasarkan produk modest wear yang modern. Semua proses dari publishing lokal dan internasional kita coba. Satu hal yang terpenting adalah networking yang baik dan mencari orang atau agen yang tepat,” ungkap Putri.

Ya, setiap desainer punya cara, pertimbangan, dan sudut pandang masing-masing. Ada yang masih ingin memangsa pasar lokal dan ada pula yang ingin ekspansi ke seluruh dunia. Namun yang pasti, semuanya ingin memberikan manfaat lebih besar sebagai representatif Indonesia, juga bisa menjadi salah satu penghasilan ekonomi negara dengan ekspor produk fashion lokal ke global. “Sebagai pendahulu di ranah modest saya merasa bahagia sekarang banyak tumbuh desainer baru yang energik, punya impian yang tinggi, namun saya juga berharap koleksinya harus menjadi koleksi yang ada bisnisnya bukan hanya sekadar tepukan yang meriah tapi tidak ada bisnisnya. Kolaborasi juga sangat diperlukan, dengan orang-orang potensial, seperti di bidang marketing dan produksi. Sehingga kita bisa benar-benar menjadi kiblat modest dan fashion muslim dunia,” tutup Itang menuturkan harapannya.

(Teks: Yudith Kindangen; Foto: Dok. Bazaar)