Tren botoks sudah tidak asing lagi di kalangan wanita, terutama wanita berumur 40-an dan 50-an. Rata-rata alasan mereka melakukan botoks adalah agar wajah terlihat lebih kencang dan terlihat muda. Board Certified Dermatologist dari Rejuva Clinic, dr. Adri Dwi Prasetyo, SpKK, setuju bahwa masih banyak orang yang menganggap botoks sebagai hal yang tabu.
Ada beberapa botoks yang sangat terkenal, seperti buatan dari Irlandia dan Korea. Namun, botoks dari Jerman ini memiliki hal yang botoks lain tidak punya yaitu formula yang murni atau purity. Selain itu ada juga kandungan IncobotulinumtoxinA yang menurut dr. Adri aman digunakan dan memiliki stabilitas yang prima.
Tak hanya itu, perawatan botoks ini juga mempunyai efek yang optimal dan tahan lama saat diterapkan pada wajah. Tentunya, botoks Jerman ini memberikan hasil yang membuat para pasiennya merasa lebih percaya diri dengan memberikan wajah yang lebih bercahaya dibanding biasanya.
Salah satu orang yang melakukan botoks Jerman ini adalah Uci Flowdea, seorang sosialita dan penguasaha. Ia mengungkapkan kepada Bazaar bahwa perawatan ini membuat kulitnya terlihat jauh lebih segar, kencang, bercahaya, dan kerutan perlahan lenyap.
Karena walaupun sehari-harinya ia tetap menjaga pola makan dan berusaha untuk cukup tidur, namun tak bisa dipungkiri polusi udara di sekitar kita juga dapat memicu cepatnya proses penuaan dini. Apalagi Uci sendiri mengalami bahwa perawatan lewat skincare saja tidaklah cukup.
“Saya memilih botoks Jerman karena pure, tidak mengandung protein kompleks,” ujar Uci kepada Bazaar. Dr. Adri juga menangani Uci dengan botoks Jerman dan ia setuju bahwa injeksi botoks ini tidak akan membuat pasiennya kebal atau resistansi. Sehingga, perawatannya masih bisa dilakukan lagi di hari berikutnya. Selain itu dr. Adri juga kerap memadukan injeksi botoks itu dengan treatment lain seperti injeksi filler dan Ultherapy, hal itu dilakukan supaya kulit wajah tampak lebih mudah dan terdefinisi.
Apakah berbahaya? Botoks Jerman ini sama seperti botoks lainnya. Prosedurnya mencakup injeksi produk botoks di wajah, tidak permanen, dan efeknya akan hilang setelah beberapa waktu. “Semua treatment estetika akan menunjukkan hasil maksimal bila diberikan sesuai dosis dan kebutuhan si pasien.
Dokter tidak bisa hanya mementingkan kemakmurannya, tetapi harus melakukan tindakan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan usia pasiennya,” tambahnya. “Saya percaya yang berlebihan itu tidak baik," tutup dr. Adri.
Di akhir perbincangan Uci secara terang-terangan bercerita kepada Bazaar bahwa ia tidaklah sungkan untuk mengakui bahwa ia melakukan treatment botoks, "Bagi saya, cantik adalah ketika seseorang bisa memotivasi orang lain melalui wajah dan kepribadiannya. Saya tipe yang santai dan jujur, jadi saya bangga dengan apa yang saya lakukan selama hal tersebut tidak mengganggu orang lain, dan bermanfaat untuk diri saya. Botoks bukan hal tabu. Yang terpenting adalah mengenali kebutuhan diri, mengenal produk yang terpecaya, dan dokter ahli yang tahu prosedur serta batas-batanya," pungkas Uci.
(Artikel ini disadur dari majalah Harper's Bazaar Indonesia edisi Januari 2019; Penulis: Danes Wara dan Poppy Septia; Foto: Insan Obi)