Setan Jawa, film hitam putih pertama karya Garin Nugroho, akan mulai pertunjukkan di kancah internasional. Setan Jawa akan dipentaskan pada pembukaan Asia-Pacific Triennial of Performing Arts malam ini.
Pementasan film hitam putih pertama Garin Nugroho ini akan diiringi komposisi asli orkestra gamelan Indonesia karya Rahayu Supanggah, seorang musisi yang telah mempopulerkan musik gamelan Jawa ke dunia selama 40 tahun. Orkestra gamelan ini akan dibawakan secara langsung di depan layar dengan 20 pengrawit (sebutan untuk pemusik gamelan) yang berkolaborasi dengan Melbourne Symphony Orchestra, orkestra simfoni tertua di Australia.
Film bisu yang pembuatannya didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini mengangkat mitologi Jawa dalam format film tari kontemporer yang terinspirasi dari film bisu hitam putih Nosferatu (1922) dan Metropolis (1927). Film ini berkisah tentang cinta dan tragedi kemanusiaan dengan setting awal abad ke-20, saat di mana perindustrian mulai lahir dan kemiskinan semakin meluas.
Meluasnya kemiskinan mengakibatkan munculnya cara-cara mistis untuk meraih kekayaan, termasuk Pesugihan Kandang Bubrah. Pesugihan ini adalah cara mendapatkan kekayaan dengan syarat sang manusia harus berubah menjadi tiang penyangga rumah saat ajalnya tiba.
“Setan Jawa sebagai film bisu hitam putih dengan iringan langsung gamelan serta dengan tema dunia mistik ini adalah hasil sebuah representasi dan kenangan masa kecil di rumah saya di Yogyakarta yang membawa masa lampau dan sekaligus masa kini. Setan Jawa yang fokus pada mistis Jawa ini merupakan fenomena kontemporer dan eksperimentasi bahasa visual, menggabungkan visual arts, teater, tari, fashion, hingga musik dalam ruang bebas interpretasi,” ungkap Garin Nugroho.
Setelah malam ini, Setan Jawa akan dipentaskan di gedung Melbourne Art Centre yang berkapasitas 2.664 orang, kemudian akan dibawa ke Amsterdam pada bulan Juni, Singapura pada bulan Juli, dan London pada bulan November.
(Foto: Courtesy of Image Dynamics)