Cara terbaik melawan doomscrolling di tahun 2025? Menjauh dari ponsel dan mengambil sebuah buku. Untungnya, tahun ini ada banyak sekali bacaan yang sulit untuk ditinggalkan.
BACA JUGA: 25 Buku Terbaik untuk Menyelami Dunia Fashion
Apa pun genre pilihan Anda; fiksi sastra, roman, memoar, atau fantasi, tahun ini dunia buku menghadirkan deretan cerita yang memikat. Yang terbaik dari yang terbaik membuat kita tertawa, menangis, meninjau kembali moral kita, dan menguatkan keyakinan bahkan sesekali membuat perut ikut bergejolak.
Di bawah ini, Bazaar merangkum daftar (tanpa urutan tertentu) bacaan favorit kami sepanjang tahun, dari para penulis ternama seperti Arundhati Roy, Jamaica Kincaid, dan Joyce Carol Oates, hingga suara-suara kontemporer yang menjanjikan seperti Rachel Gillig, Angela Flournoy, dan Erin Somers.
1. The Wilderness, oleh Angela Flournoy
Saya meyakini bahwa dunia selalu membutuhkan lebih banyak novel tentang persahabatan. Apa yang dicapai Angela Flournoy di sini adalah sebuah klasik kontemporer yang menunjukkan betapa kuatnya keluarga pilihan. The Wilderness, yang menjadi finalis Kirkus Prize tahun ini dan masuk daftar panjang National Book Award, mengikuti persahabatan yang berlangsung selama puluhan tahun antara empat perempuan kulit hitam generasi milenial: Desiree, Nakia, January, dan Monique. Saat mereka menghadapi berbagai persoalan pribadi, hubungan, keluarga, hingga karier, kelompok ini saling menguatkan dengan cara-cara yang membuktikan bahwa komunitas terbaik selalu merupakan sebuah anyaman yang hidup dan terus bergerak.
2. Heart the Lover, oleh Lily King
Membaca karya Lily King berarti mencintainya. Lima tahun setelah merilis novel kesayangannya, Writers and Lovers, Lily kembali dengan semacam prekuel/sekuel, meski Heart the Lover juga sepenuhnya dapat dinikmati sebagai novel yang berdiri sendiri.
Di bangku kuliah, seorang gadis muda berjuluk “Jordan” bertemu dengan dua sahabat: Sam, mahasiswa ambisius yang cenderung arogan, dan Yash, seorang jiwa sehaluan. Dalam tiga bagian, pertemuan Jordan dengan Yash dan Sam saling terhubung, dengan cermat memperlihatkan dampak cinta pertama, proses bertumbuh dewasa, kesempatan kedua, dan arti memaafkan.
3. Putting Myself Together, oleh Jamaica Kincaid
Dalam kumpulan lengkap tulisan nonfiksinya ini, penulis Antiguan-Amerika tersohor Jamaica Kincaid kembali menampilkan kecerdasan dan energi khasnya saat membedah berbagai topik, mulai dari kolonisasi Antigua hingga kecintaannya pada berkebun. Putting Myself Together menghimpun esai-esai dari berbagai waktu dan tempat, termasuk karya-karya yang sebelumnya diterbitkan di The New Yorker dan The Village Voice untuk menelusuri dimensi suara Jamaica yang terus berubah, namun selalu teguh dan bersemangat, sebuah suara langka yang hadir hanya sekali dalam satu generasi.
4. The Loneliness of Sonia and Sunny, oleh Kiran Desai
Tahun ini, novelis pemenang Booker Prize Kiran Desai menghadirkan sebuah epik menakjubkan tentang cinta, keluarga, imigrasi, dan perpecahan. Kedua tokoh utama adalah imigran India dengan hubungan keluarga yang rumit. Sonia adalah seorang calon penulis yang terjebak dalam hubungan disfungsional dengan pacarnya yang seorang seniman. Sunny adalah editor naskah di Associated Press yang ingin meninggalkan India dan bersamanya, sang ibu yang dominan, jauh di belakang. Pertemuan kebetulan di dalam kereta menjadi awal dari kisah romansa baru di antara keduanya.
5. The Ten Year Affair, oleh Erin Somers
Jika Anda memiliki kesempatan untuk mewujudkan sebuah fantasi, apakah Anda akan melakukannya? Dalam The Ten Year Affair, Erin Somers memperbarui tema novel pernikahan untuk generasi milenial. Ketika Cora dan Sam, pendatang baru dari Brooklyn bertemu di kelompok bayi di kota kecil tempat mereka tinggal, percikan itu terasa jelas. Masalahnya? Mereka berdua sama-sama bahagia dalam pernikahan masing-masing.
Saat keduanya semakin mendekati jalan penuh godaan terlarang itu, realitas Cora terbelah menjadi dua: dalam satu garis waktu, ia tetap setia pada suaminya; di garis waktu lain, ia mewujudkan mimpi perselingkuhannya. Kedua versi kisah ini dihidupkan oleh humor kering khas Erin ketika ia mengulik absurditas kehidupan pasangan aging hipster yang sudah menikah serta budaya parenting ala milenial.
6. Mother Mary Comes to Me, oleh Arundhati Roy
Arundhati Roy sejak lama dikenal sebagai maestro fiksi (karyanya sebelumnya termasuk novel pemenang Booker Prize The God of Small Things). Namun melalui Mother Mary Comes to Me, Arundhati untuk pertama kalinya memasuki wilayah memoar. Buku ini menelusuri gejolak emosional setelah kematian ibunya, aktivis hak-hak perempuan India, Mary Roy.
Dengan mengingat kisah masa kecil dan berbagai momen penting lainnya, sang novelis menggali ketajaman rasa dukanya, sebuah perasaan yang diperuncing oleh hubungan Arundhati yang kompleks dan penuh duri dengan sang ibu.
7. The Emperor of Gladness, oleh Ocean Vuong
Ocean Vuong sekali lagi menghadirkan prosa tajam khasnya dalam novel yang sarat hati ini, yang mengikuti kisah seorang remaja 19 tahun bernama Hai, seorang outsider yang tinggal di sebuah kota kecil di Connecticut.
Hai sedang berdiri di sebuah jembatan dan mempertimbangkan apakah ia harus mengakhiri hidupnya ketika ia dipanggil turun oleh Grazina, seorang perempuan tua asal Lituania yang menderita demensia. Hai kemudian menjadi pengasuh Grazina, dan bersama-sama, mereka membangun persahabatan baru yang menggambarkan bagaimana keluarga pilihan dan komunitas sejati dapat menyelamatkan hidup.
8. Fox, oleh Joyce Carol Oates
Penulis legendaris Joyce Carol Oates menyusun kisah menakjubkan tentang tipu daya dan moralitas dalam Fox. Novel ini berpusat pada Francis Fox, guru bahasa Inggris baru di Langhorne Academy yang tampaknya memikat para murid, orang tua, dan staf sekolah. Namun ketika mobilnya ditemukan di sebuah kolam dan sesosok tubuh yang rusak parah ditemukan tak jauh dari sana, berbagai pertanyaan pun bermunculan bak kotak Pandora. Secara keseluruhan, Joyce membuat kita mustahil berpaling dari cerita ini.
9. The Knight and the Moth, oleh Rachel Gillig
Buku pertama dari seri baru Rachel Gillig ini menjadi pembuka yang memikat dalam dunia romantasy yang kini semakin padat. Ceritanya berpusat pada Sybil, seorang Diviner yang menerima penglihatan dalam mimpinya, sebuah penglihatan yang dapat meramalkan kejadian buruk sebelum benar-benar terjadi di dunia nyata.
Ketika para Diviner lainnya mulai menghilang, Sybil harus mengandalkan bantuan Rodrick, seorang ksatria karismatik namun dianggap sesat, yang tampaknya hanya memiliki satu kelemahan: dirinya.
10. Great Big Beautiful Life, oleh Emily Henry
Tahun berganti, satu lagi beach read favorit dari Emily Henry hadir. Dalam novel roman terbarunya, Henry memperkenalkan Alice Scott, seorang jurnalis yang sangat optimistis dan sangat ingin mendapatkan terobosan besar, serta Hayden Anderson, seorang penulis biografi pemenang Pulitzer Prize yang hampir selalu bermuram durja.
Ketika keduanya berhasil menemukan Margaret Ives, seorang pewaris kaya yang bersembunyi selama beberapa dekade, di sebuah pulau terpencil di pesisir Georgia, mereka harus saling bersaing untuk mendapatkan kesempatan menuliskan kisah hidup sang pewaris.
BACA JUGA:
50 Film Favorit Bazaar yang Diadaptasi dari Buku
25 Buku Terbaik Dibaca Musim Gugur Ini
(Penulis: Bianca Betancourt dan Chelsey Sanchez; Artikel ini disadur dari: BAZAAR US; Alih bahasa: Syiffa Pettasere; Foto: Courtesy of BAZAAR US; Edited by SS)
- Tag:
- Rekomendasi Bacaan
- Buku
- 2025
