Avenue Montaige di kota Paris menjadi lebih gemerlap dengan hiasan lampu dari ujung ke ujung jalan untuk persiapan akhir tahun. Sepanjang avenue yang berdiri beragam rumah mode mewah, kita dapat menemukan bangunan megah nan elegan bernomor 30. Sebuah gedung legendaris dari rumah mode Dior yang siap membuka pameran barunya di Galerie Dior. Sebuah tempat kultural untuk menelusuri jejak pendiri rumah mode dan generasi penerusnya hingga sekarang dan juga mengurai nilai esensi gaya Dior.
BACA JUGA: Euforia Pelesir Bersama Marsha Timothy & Velove Vexia
Pameran baru ini memperlihatkan kolaborasi Dior dengan beragam seniman wanita. Seperti seniman wanita Prancis bernama Niki de Saint Phalle, Eva Jospin, ataupun Judy Chicago. Ketiga karya mereka pernah berkontribusi langsung di show Dior. Sedangkan seniman wanita seperti Claude Lalanne, Sarah Moon, Lillian Bassman, hingga Yuriko Takagi menghadirkan karyanya langsung di pameran fashion ini.
Monsieur Christian Dior, sebelum menetapkan dirinya sebagai desainer sudah mempunyai hubungan yang erat dengan seni. Ia adalah seorang pencinta seni dan juga pemilik galeri yang kemudian menjadi seorang desainer fashion ternama.
Karyanya banyak terinspirasi dari seni musik, seni lukis, sampai sastra dan juga arsitektur. Oleh karena itu, pameran ini mengangkat sebuah tema yang fundamental, yaitu kolaborasi antara rumah mode yang mulai dibangun sejak tahun 1946 dengan para seniman wanita, tak tertinggal juga Maria Grazia Churi (Direktur Kreatif yang sedang menjabat saat ini) yang sering kali mengajak seniman wanita untuk berkolaborasi.
Dari pintu masuk utama untuk memasuki La Galerie Dior, sebuah foto karya Brigitte Niedermair akan menjadi exhibit pertama yang menyapa. Sebuah T-shirt best seller Dior berslogan “We Should All Be Feminists” yang merupakan bagian dari koleksi ready to wear tahun 2016. Slogan ini terinspirasi dari karya penulis Chimamanda Ngozi Adichie menjadi titik awal menikmati pameran ini.
Dari ruang ke ruang, kita diajak memahami dan mengenal lebih dekat setiap outfit bersejarah yang ditempatkan di setiap ruang. Per ruangan terbagi secara tematik, ini termasuk kantor M. Christian Dior dan juga workshop miliknya.
Di antara highlights yang merinci hubungan erat seniman wanita dengan Dior, yaitu dalam ruang yang didedikasikan untuk Niki de Saint Phalle. Ia adalah seorang model yang kemudian menjadi seniman di tahun 1960. Niki mempunyai hubungan yang erat dengan Marc Bohan, desainer Christian Dior kala itu.
Sebuah patung simbolis dari seniman ini bertajuk “Nana” berdiri di antara beragam gaun. Salah satu karya Niki yang mudah dikenali karena penggunaan warna kontras yang cerah, lukisan atau patung morphology wanita dengan kurva yang montok, ragam simbol hati, dan juga simbol ular yang membelit.
Kolaborasi kreatif dengan seniman ini bisa terlihat pada jumpsuit yang terbuat dari bahan velvet. Sebuah desain Marc Bohan untuk Christian Dior di tahun 1970 yang dipakai oleh Niki untuk filmnya yang bertajuk “Daddy”.
Koleksi Maria Grazia Chiuri juga terinspirasi dari karya seniman wanita ini terlihat pada koleksi ready-to-wear untuk Spring Summer 2018 dengan mengaplikasikan beragam karakter. Seperti yang Anda lihat dari elemen hati dan juntaian ular dalam pilihan warna yang cerah.
Ada juga ruang yang didedikasikan untuk workshop atau Les Ateliers. Di sini, kita bisa melihat instalasi dari seniman Meksiko, Elina Chauvet, dengan bantuan 16 penyulam.
Mereka membuat sebuah karya sebagai deklarasi peduli dengan wanita korban kekerasan. Puluhan pola putih (white toiles) berbentuk dress dipajang mengelilingi tembok ruangan. Jika dilihat dengan dekat, ada kata dan simbol yang disulam menggunakan benang merah. Padahal sebenarnya white toiles ini digunakan untuk pembuatan dasar gaun haute couture menjadikan karya ini sebagai pendekatan seni dan artisanal berkualitas. Karya bertajuk “A Corazon Abierto” atau “Hati yang Terbuka” kemudian diabadikan juga secara puitis oleh fotografer Maya Goded yang hasil jepretannya dihadirkan di ruang tersebut.
Beragam kolaborasi dengan women artists menggunakan materi yang beragam. Seperti tas Lady Dior dengan delapan kreasi khusus untuk Lady Dior Art yang dipajang seperti layaknya Cabinet of Curiosities.
Karya fotografer asal Jepang, Yuriko Takagi, yang menampilkan foto seorang penari menggunakan gaun vintage Dior yang dipajang bersebelahan dengan dress tersebut. Atau banner embroidery dari velvet menututupi dinding karya Judy Chicago yang pernah menjadi dekorasi untuk show haute couture Spring Summer 2020.
La Galerie Dior hadir sebagai institusi kultural di Paris yang terus menerus berdialog antara masa lalu dan masa sekarang dalam pameran baru yang berlangsung hingga 13 Mei 2024 mendatang.
Foto: Courtesy of Dior