Kembali di seri Brunch with Dave Hendrik yang kali ini mengundang sosok Erwin Parengkuan yang merupakan seorang mentor, dan presenter yang telah berkecimpung di dunia profesional ini selama lebih dari tiga dekade. Menyoroti adanya ketimpangan dalam cara berkomunikasi antara empat generasi yang sekarang ada di dunia, Erwin pun membagikan pandangannya serta cara yang dapat dilakukan oleh keempat generasi ini agar dapat saling berkomunikasi dan bersinergi untuk dapat hidup berdampingan di dnia ini.
“Oke, aku mau bahas mengenai generation gap. Boleh tidak intisarikan sedikit bagaimana sih Win, cara berkomunikasi untuk menjembatani generation gap yang sekarang kita alami,” tanya Dave Hendrk.
“Jadi gini ya Dave, kan ada istilah kalau kita mau dianggap kambing, elo masuk ke kandang kambing, elo mesti 'me-ngembik', kan generasi itu kan sekarang ada empat, baby boomers yang diatas 55 tahun, kemudian X generation sampe mentok 40 tahun, ada millennials 40 tahun sampai umur 30 tahun, dan di bawah itu adalah Z generation dan yang paling bawah ada alpha. Nah, ini setiap generasi itu beda-beda. Beda cuaca, beda iklim, beda tools. Kalau baby boomers lahirnya tahun ‘46 sampai ‘64, mereka pada saat lahir habis perang dunia, lalu mereka itu meneruskan hierarki dari atas traditionalist, menjalankan roda bisnis sebagai generasi selanjutnya.
Belum ada teknologi Dave, jadi mereka jadul. Nah, sedangkan generasi X adalah generasi pendobrak, dan generasi X itu sudah mulai kenal pager, faks, lalu masuk lagi ke invasi teknologi, kenal komputer, mulai kirim e-mail dan lain-lain. Tapi generasi millennials itu tidak ada analognya sama sekali, they are literally very new generation. Sedangkan generasi Z itu lebih gila lagi. Semuanya itu sudah benar-benar paperless, mirrorless, jadi kebayang ya generasi yang berbeda dengan situasi yang berbeda. So how can we connect with them? Nah selalu dalam empat generasi ini ya, generasi X selalu yang paling diuntungkan. Kenapa? Karena generasi X itu masih hidup di analog dan sudah di digital. Kerepotannnya adalah di generasi baby boomers yang sangat konservatif harus ‘in’ dengan anak-anak mereka yang millenials. And then who needs who? Siapa lebih perlu siapa? Berarti ya ilmu ‘me-ngembik’ itu yang mesti elo pakai. In order to connect with them and building a relationship. Banyak orang yang menolak untuk beradaptasi. Lah, presiden kita aja juga pakai sneakers. Jadi kita harus baby boomers rasa millennials. Nah dunia sudah berubah kalau kita tidak bisa menyesuaikan dengan perubahan zaman dan millenials itu jumlahnya sudah 70% di organisasi,” jelas Erwin.
“Jadi seperti yang diungkapkan oleh Erwin kalau kita mau ngomong sama kambing ya kita mesti 'me-ngembing', kalau kita lagi butuh sama millenials, di konteks dunia pekerjaan, ya kita harus bisa berbicara dengan bahasa mereka, telen tuh ego kita ya kan to be able to connect with them,” papar Dave mempertegas penjelasan Erwin.
Namun untuk kaum millennials juga harus bergerak menuju ke tengah tidak hanya kaum baby boomers saja yang harus maju. “Kalau tidak enggak akan pernah ketemu Dave, dan millenials juga kalau ngomong harus pakai struktur, jangan terlalu cuek juga. Jadi semua harus ketemu di tengah, kalau tidak ga akan ada negosiasi, tidak akan ada kolaborasi,” ungkap Erwin.
Simak perbincangan Dave Hendrik bersama dengan Erwin Parengkuan dalam seri Brunch With Dave Hendrik yang dapat segera Anda saksikan melalui kanal YouTube Harper’s Bazaar Indonesia.
Baca juga:
Erwin Parengkuan: Cara Jadi Pemimpin Baik & Seru di Masa Ini
Erwin Parengkuan Bagikan Tips Jalani Bisnis di Tengah Krisis
Buku Tentang Tips Sukses dari Pengalaman Erwin Parengkuan
(Foto: Courtesy of Harper's Bazaar Indonesia)