Nusa Tenggara Barat kini menjadi salah satu sorotan di dunia. Provinsi ini mendapat predikat sebagai World’s Best Halal Tourism Destination yang turut meningkatkan konsumsi belanja busana muslim di Indonesia.
Terlebih lagi, NTB memiliki jenis dan motif kain tenun unggulan yang khas. Kain tradisional tersebut sudah mulai meraih atensi di industri mode dan kian dikembangkan, termasuk lewat program-program binaan Bank Indonesia.
Di antaranya adalah pelatihan untuk para lulusan SMK di NTB dengan kegiatan Fashion Design Incubator (FDI) hasil kolaborasi Kantor Perwakilan (Kpw) Bank Indonesia provinsi Nusa Tenggara Barat dan Dekranasda NTB dengan desainer Wignyo Rahadi. Kehadiran program ini bertujuan untuk memperluas kreativitas anak bangsa dalam meramu wastra NTB ke format ready-to-wear bergaya modest dan berharap dapat mencakup ranah global.
Kali ini, BI bersama Dekranasda NTB menyelenggarakan ajang mode bertajuk NTB Goes to Moslem Fashion Industry di Pelataran Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB. Perhelatan ini menampilkan karya 10 peserta FDI, Linda Hamidy Grander yaitu salah satu desainer hasil binaan BI, dan perancang mode mitra BI, Wignyo Rahadi.
Linda Hamidy Grander memperlihatkan ramuan tenun bernuansa hitam putih dalam tajuk Life in Black and White. Ia mengusung dua palet bersahaja tersebut sebagai dasar untuk kreasi yang berkarakter elegan dan mewah dengan menonjolkan kombinasi motif dan tekstur dari kain Pringgasela dan Sukarare.
Sedangkan desainer Wignyo Rahadi mengusung tenun Pringgasela dalam koleksi penuh warna alam yang dinamai Tropical Vibes, seperti kehadiran palet cokelat muda, cokelat tua, hijau, dan orange. Rancangan busana hadir dalam nuansa youthful lewat desain long dress dan teknik tumpuk-menumpuk bersama luaran panjang, blus, maupun celana panjang.
Dan sebagai penyemarak acara, terdapat juga beberapa gerai yang menyajikan aneka kain tenun hasil pengrajin NTB untuk para pengunjung nikmati.
(Foto: Courtesy of NTB Goes to Moslem Fashion Industry)