Mungkin Anda sudah mendengar kedatangan Capella Ubud, resor baru berkonsep perkemahan eksklusif di tengah hutan Bali. Kami juga sudah membahas secara singkat sebelumnya dan menjelaskan lebih detail di edisi November 2018.
Baca juga: Perkemahan Mewah di Hutan Hujan Bali: Capella Ubud
Lalu kini, Bazaar ingin menceritakan pengalaman relaksasi di sana. Akomodasi yang mengusung desain perkemahan bangsa Eropa pada tahun 1800-an, yaitu saat mereka mendarat pertama kali di Pulau Dewata, adalah hasil interpretasi arsitek Bill Bensley. Bill tengah dikenal dengan rancangannya bernuansa energetik yang kaya akan detail, yakni tampil spektakuler pada semua wilayah di resor itu.
Hari Pertama
Tepat jam 14.00 kami tiba di Capella Ubud setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam dari bandara I Gusti Ngurah Rai. Sekejap rasa panas Bali bagian selatan menjadi teduh ketika berada di antara area hijau.
Kedua mata dimanjakan dengan pemandangan sawah dan rimbunnya pepohonan, seraya harmoni suara alam dan udara yang menyejukkan. Seluruhnya sanggup mengembalikan vitalitas jiwa dan raga dari hiruk pikuk kesibukan kota.
Kami langsung menuju ke kamar Captain’s Tent. Ruang ini menampilkan sejumlah elemen esensial seorang kapten pelayaran, salah satunya adalah instalasi peta masa lampau yang menggambarkan rute dan taktik misi sepanjang garis pantai Bali.
Lanskap yang ditawarkan dari luar kamar pun kian menakjubkan, sebab suguhan kolam air asin pribadi yang menghadap ke alam rimba.
Setelah menelusuri kawasan bedroom dan sekitarnya, aktivitas dilanjutkan dengan menyantap makan malam di Mads Lange kreasi chef Matt McCool dengan pilihan kuliner kontemporer bercita rasa Asia dan Eropa.
Daging rendang menjadi sajian favorit kami yang tak hanya sekedar menggugah lidah, namun juga impresif karena ramuan bumbu lokal ini memberikan kelezatan berskala internasional. Kreasi pasta juga tidak kalah sedap berkat kesegaran kerang dan potongan tomat, serta taburan keju.
Hari Kedua
Tiada cara yang lebih baik untuk memulai hari dengan secangkir kopi sembari memandang langit biru dan hijaunya sawah. Masih di tempat yang sama, Mads Lange menyediakan varian sarapan yang menggiurkan. Kami memesan martabak telur dan panekuk salmon dengan topping alpukat. Seketika teringat akan kenikmatan masakan rumah dengan sentuhan modern.
Menjelang siang hari, waktunya untuk bersantai di The Officers Tent, di mana jajaran buku inspiratif dan aneka cemilan siap menemani waktu kami.
Kemudian berpindah ke ruang olahraga, The Armory, lagi-lagi bilik di Capella Ubud berada dalam susunan tenda megah, seakan mengajak penghuni untuk benar-benar berpetualang.
Setelah itu, kami juga mencoba fasilitas kolam renang suguhan The Mortar and Pestle pool bar dengan suasana tak kalah indah sambil mencicipi racikan kombucha atau manisan berupa caramelized banana.
Malamnya, kami menuju ke The Camp Fire untuk minuman hot chocolate dan kegiatan melelehkan marshmallow di depan api unggun yang mengembara. Ada pula pemutaran film tradisional tentang Pulau Seribu Pura yang masih dalam nuansa hitam putih.
Hari Ketiga
Pagi hari, kami memesan menu breakfast in room yang terdiri dari masakan Indonesia, seperti nasi goreng, sate lilit, dan bubur ketan hitam, charcuterie dengan potongan keju lezat, hingga potongan buah segar.
Sebelum mengucapkan selamat tinggal, pukul 11.00 siang kami dijadwalkan untuk belajar melukis di sebuah desa Keliki Painting School yang terletak 5 menit dari Capella Ubud. Keistimewaan dari gaya seni ini adalah menggunakan teknik gambar dari seniman Lempad dengan detail yang rumit. Proses awal lewat sketsa, dipertajam dengan spidol hitam, sampai diakhiri oleh pewarnaan menggunakan cat air.
Setelah melewatkan 4 jam penuh kreativitas dan 3 hari pelayanan hospitality yang optimal akhirnya tiba waktu untuk kami kembali ke Ibukota dengan sebuah momen tak terlupakan.
(Foto: Agung Ngurah Aditya dan Michelle Othman)
- Tag:
- Capella Ubud
- Bali
- Libur