Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Azzedine Alaïa Tutup Usia

Bazaar mengenang perjalanan panjang sang desainer legendaris yang terkenal akan rancangannya yang ikonis.

Azzedine Alaïa Tutup Usia

Kabar duka kembali menyelimuti industri fashion setelah berita meninggalnya Azzedine Alaïa mencuat ke permukaan. Desainer legendaris berusia 77 tahun tersebut meninggal dunia di di kota Paris pada Sabtu kemarin. Alaïa meninggal karena serangan jantung.

Berita ini pun sontak mengejutkan insan fashion dunia. Sejumlah bintang seperti Lady Gaga, Beyoncé, hingga Madonna, model seperti Naomi Campbell dan Stephanie Seymour, editor seperti Carine Roitfeld, hingga desainer ternama mulai dari Miuccia Prada hingga Rei Kawakubo yang juga merupakan sahabat sekaligus klien Alaïa yang mengagumi desain-desain Alaïa pun diselimuti oleh rasa duka yang mendalam.


Desainer kelahiran Tunisia ini terkenal akan desainnya yang memukau dengan kekuatan craftmanship yang amat khas; rapi, penuh presisi, dan boleh dikatakan sangat sulit untuk diduakan.

Permainan rajut menjadi salah satu keunikan desainnya, hanya saja teknik ini dipadukan dengan pendekatan sculptural sehingga busana pun dapat memeluk tubuh pemakainya dengan sangat sempurna. Itulah mengapa Alaïa kemudian dijuluki sebagai "King of Cling"

Azzedine Alaïa lahir di Tunisia pada tahun 1940 dan jatuh cinta pada fashion, khususnya couture, sejak usia yang sangat muda. Alaïa kecil pun tumbuh memandangi kedua kakak perempuannya yang banyak menghabiskan waktu bermain dengan fashion.

Menangkap ketertarikan Alaïa kecil pada fashion, teman sang ibunda pun mendukungnya dengan memberikannya begitu banyak majalah fashion. Tak sabar ingin segera bergelut di bidang fashion, Alaïa nekat memalsukan usianya agar ia bisa segera mendaftar di École des Beaux-Arts dan mulai mempelajari seni bentuk tubuh manusia serta seni sculpture.


Usai menamatkan sekolahnya, Alaïa mulai bekerja sebagai asisten penjahit. Dan dalam waktu singkat, Alaïa mulai mendapatkan klien pribadi yang ingin mengenakan rancangannya.

Pada tahun 1957, Alaïa kemudian memutuskan untuk hijrah ke kota Paris dan sempat bekerja untuk rumah mode ternama, Christian Dior. Kariernya di Christian Dior tidak bertahan lama yakni hanya lima hari. Hal ini diakibatkan oleh pecahnya perang Algeria sehingga situasi memaksanya untuk keluar dari Christian Dior.

Alaïa akhirnya pindah ke label lain, yaitu Guy Laroche selama dua musim, kemudian berakhir di Thierry Mugler. Dibutuhkan waktu selama hampir dua dekade sebelum pada akhirnya Alaïa mampu membuka bisnis atelier-nya sendiri.


Di akhir era '70-an, Alaïa resmi meluncurkan label eponymous-nya dan memiliki sederet klien privat dari kaum jet-setters. Pada tahun 1980, Alaïa mulai memproduksi koleksi ready-to-wear perdananya dan sukses meraih perhatian para wanita Paris.

Hanya dalam waktu empat tahun, yakni tahun 1984, Alaïa dianugerahi sebagai Best Designer of The Year dan Best Collection of The Year pada perhelatan Oscars de la Mode yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan Perancis.

Dalam kurun waktu yang sama pula, rancangan Alaïa ditampilkan oleh editor fashion paling berpengaruh di Perancis di dua majalah fashion besar setempat.


Pada akhir era '80-an, karya-karya Alaïa mulai merambah ke pasar Amerika Serikat dan berhasil meraup kesuksesan yang luar biasa. Selebriti-selebriti papan atas seperti Grace Jones, Tina Turner, Janet Jackson, kerap tertangkap kamera mengenakan rancangan Alaïa.

Tak hanya itu saja, Alicia Silverstone juga mengenakan bodycon dress karya Alaïa dalam sebuah film berjudul Clueless (1995). Di dalam film tersebut, terlontar sebuah quote yang menunjukkan seberapa penting sosok Azzedine Alaïa bagi para pencinta fashion; "You don't understand. This is an Alaïa, a totally important designer!"


Namun pada pertengahan era '90-an, pasca meninggalnya sang kakak perempuan, Alaïa memutuskan untuk 'menghilang' dari hingar bingar industri fashion. Ia hanya menerima private clientele dan mengerjakan lini ready-to-wear yang senantiasa sukses di pasaran.

Berbeda dengan mayoritas desainer lainnya, Alaïa memilih untuk tidak mengikuti kalender maupun tendensi mode. Ia hanya akan mempresentasikan koleksinya ketika ia merasa bahwa ia memiliki koleksi yang layak untuk dipamerkan sehingga ia perlu untuk melakukannya.

Itu pun ia lakukan di tempatnya sendiri, di tengah Marais, di mana ia menggabungkan workshop, butik, dan showroom dalam satu atap.


Setiap rancangan Alaïa mudah untuk dikenali dari segi fit yang penuh presisi, permainan teknik rajut yang begitu khas, hingga teknik laser cut yang juga telah menjadi salah satu detail signature rangkaian aksesori dari Alaïa, mulai dari sepatu, korset maupun ikat pinggang, hingga tas.

Sejak awal merintis kariernya sebagai desainer dan couturier, Alaïa selalu memfokuskan desainnya pada segi proporsi bentuk tubuh dengan material dan siluet yang diaplikasikan. Ia tidak menghiraukan apa yang tengah menjadi tren, ia menjalani profesinya dengan caranya sendiri dan berpuluh-puluh tahun ia konsisten melahirkan karya-karya yang memukau.


Terlepas dari penolakannya untuk mematuhi standar agenda fashion dunia, sosok Azzedine Alaïa dikenal sebagai karakter yang hangat, baik, dan murah hati. Maka tak heran apabila kepergiannya begitu disesalkan oleh banyak tokoh-tokoh penting dalam industri fashion dunia.

"Azzedine Alaïa adalah seorang master yang mampu memadukan antara teknik, couture know-how, tradisi, dan modernitas secara brilian. Melalui rancangan-rancangannya, ia mampu menonjolkan lekuk tubuh seorang perempuan dengan sempurna," tutur Jean-Paul Gaultier.

 

Pada perhelatan Paris Couture Week di bulan Juli 2017 lalu, Alaïa kembali melansir koleksi haute couture setelah sempat vakum dari panggung mode sejak enam tahun lamanya.

Presentasi ini pun menjadi momen terakhir sang visioner yang dikenal akan micro-knit lycra dress serta sculpted leather piece tersebut. Dunia fashion akan merindukan kepiawaiannya dalam merancang busana berkualitas prima.

 (Foto: courtesy of Alaïa, Instagram @azzedinealaiaofficial)