Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Perdebatan Tren Gaya "Old Money" dan "New Money"

Tren gaya berpakain "new money" dan “old money” telah menjadi topik yang ramai diperbincangkan di seluruh dunia. Mari simak di bawah!

Perdebatan Tren Gaya
Courtesy of Instagram, @sofiarichiegrainge

Dengan tren yang selalu berubah, perdebatan tren gaya berpakain "new money" dan “old money” telah menjadi topik yang ramai diperbincangkan di seluruh dunia.

BACA JUGA: Ketahui Ciri Khas Gaya dan Preferensi Kaum Pria Old Money

Istilah “new money” dan “old money” yang sering muncul akhir-akhir ini, merupakan perbedaan cara individu berpakaian.

Individu dengan gaya “new money” dikenal lebih unik dan memiliki gaya yang eksentrik untuk berpenampilan. Sedangkan, Individu dengan gaya “old money” dinilai berpenampilan lebih tenang dan terkesan elegan.

Logo Mania

Versace, Courtesy of Farfetch

Tren logo mania pertama kali muncul pada akhir tahun 1980-an hingga awal tahun 1990-an. Namun tren ini mengalami kebangkitan pada pertengahan 2010-an dan masih populer hingga saat ini. 

Tren ini tidak hanya sekadar tentang pakaian dan aksesori yang memiliki merek yang mencolok; ini juga tentang mengenali dan menunjukkan identitas merek. Logo menjadi pusat perhatian, hadir dalam bentuk besar dan mencolok, seringkali memenuhi seluruh pakaian atau aksesori. Hal ini memungkinkan individu untuk memamerkan preferensi merek mewah dan mencitrakan status ekonomi yang diperoleh.

Fendi, Courtesy of Farfetch

Gaya “New Money”

Gaya "new money" identik menggambarkan individu yang mendapatkan kenaikan status sosial. Mereka mungkin cenderung ingin merayakan pencapaian ini dengan memamerkan kemewahan dan keberhasilan melalui barang-barang mewah yang mereka kenakan. Logo Mania merupakan salah satu wujud dari gaya ini, di mana merek mewah menjadi simbol status dan identitas baru yang ingin mereka perlihatkan.

Dolce & Gabbana, Courtesy of Farfetch

Evolusi Logo Mania, Eksklusif ke Masif

Logo Mania tidak lagi hanya dimiliki oleh para kolektor atau penggemar merek mewah. Seiring dengan tren globalisasi dan kemudahan akses ke informasi, logo-logo merek tersebut menjadi lebih akrab di mata masyarakat luas. Karena kebanyakan merek mewah menciptakan desain logo yang lebih mencolok dan mudah diingat, menciptakan daya tarik yang lebih besar, hal ini memungkinkan siapapun untuk mengikuti tren ini.

Gucci, Courtesy of Farfetch

Logo mania merupakan sebuah ekspresi dari gaya "new money". Namun, selalu penting untuk mengingatkan diri bahwa gaya merupakan tentang kenyamanan, kepercayaan diri, dan kesesuaian dengan kepribadian. Logo mania bisa menjadi bagian dari penampilan kita, namun kunci utamanya adalah kita harus bisa memahami apa yang ingin kita ungkapkan melalui gaya masing-masing.

Quiet Luxury

Brunello Cucinelli, Courtesy of Farfetch

Tren quiet luxury mulai mendapatkan perhatian pada akhir tahun 2010-an. Quiet luxury adalah gagasan tentang kemewahan yang lebih tenang dan tidak mencolok. Ini merupakan tentang memilih kualitas daripada kuantitas, nilai seni daripada tampilan mencolok, dan eksklusivitas daripada kepopuleran. 

Pemakai gaya ini lebih memilih pakaian, aksesori, dan barang-barang mewah dengan desain dan bahan berkualitas tinggi yang mungkin tidak selalu mencolok dengan logo besar. Mereka lebih fokus pada detail dan kesan klasik yang tahan lama.

Kiton, Courtesy of Farfetch

Tren ini terkait erat dengan gaya "old money", atau biasa tergambar dengan individu yang memiliki keluarga kaya secara turun-temurun.

"Old Money" 

Hermés, Courtesy of Farfetch

Gaya "old money" mencerminkan kemewahan yang melekat dalam sejarah dan tradisi. Individu dengan gaya ini memilih pakaian dengan desain yang klasik, bersahaja, dan tahan lama. Mereka cenderung menghindari tren masa kini yang cepat berubah dan lebih memilih gaya yang abadi. Gaya ini menekankan pada kualitas, daya tahan, dan kesopanan, menciptakan penampilan yang tak lekang oleh waktu. 

Loro Piana, Courtesy of Farfetch

Pandemi Covid-19 merupakan salah satu faktor utama yang mengubah dunia fashion secara signifikan. banyaknya individu yang memilih bergaya minimalis. Hal ini menjadi salah satu kesadaran sosial yang tumbuh akibat pandemi, seperti kesadaran akan konsumsi yang berlebih merupakan hal yang buruk bagi lingkungan. 

Sekarang, banyak individu lebih suka memilih pakaian dengan kualitas tinggi yang tahan lama, dibanding pakaian banyak yang bersifat trendi dan sementara. Diikuti juga dengan tren "old money" dan kemudahan akses ke informasi di jejaring sosial, membuatnya semakin banyak diikuti.

Namun, berdasarkan laporan dari salah satu kreator fashion TikTok Indonesia, istilah "old money" dianggap terlalu sering digunakan dan banyak orang yang justru berusaha tampil seperti "old money". Menurutnya, istilah yang lebih tepat adalah "berkelas" daripada "old money". Bagaimana, Apakah anda setuju?

"Old Money" vs. “New Money”

Courtesy of Instagram, @kyliejenner & @sofiarichiegrainge

Pada akhirnya gaya berpakain adalah suatu bentuk ekspresi diri, dan setiap individu pastinya memiliki hak untuk memilih gaya yang mencerminkan identitas mereka. Yang terpenting, gaya berpakain haruslah nyaman dan bisa menjadi cara untuk merayakan diri sendiri.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua orang dalam kategori “new money” atau “old money” akan mengikuti stereotip dan status yang sebenarnya dimiliki. Karena setiap individu pasti memiliki pendekatan unik tersendiri terhadap cara berpakaian, dan mengekspresikan diri sendiri melalui gaya yang disukai. 

BACA JUGA:

Lirik 5 Model Sepatu Kekininan Untuk Pria

10 Label Fashion yang Mencerminkan Tren 'Quiet Luxury'

(Penulis: Riza Arya; Foto: Courtesy of Farfetch, Instagram)