Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Melihat Koleksi Terbaru Artycapucines Louis Vuitton, Hasil Kolaborasi Dengan Para Seniman Kontemporer

Siluet Capucines menjadi wadah kreativitas bagi enam seniman kontemporer untuk bab keempat Artycapucines.

Melihat Koleksi Terbaru Artycapucines Louis Vuitton, Hasil Kolaborasi Dengan Para Seniman Kontemporer
(Foto: Courtesy of Louis Vuitton)

Sekali lagi, siluet tas Capucines menerima pendekatan spesial dari rumah mode Prancis Louis Vuitton yang menjadikan jinjingan ikonis ini wadah interpretasi dan kreativitas tanpa batas bagi sederet seniman kontemporer global. Pemanfaatan material nonkonvensional, teknik hand-spraying cat glow in the dark, ornamentasi stud serta payet, hingga teknologi 3D printing pada kulit menghasilkan karya-karya bernilai tinggi yang sekaligus fungsional.

Lewat bab keempat seri Artycapucines, kini tas yang diberikan nama sebuah jalan di kota Paris dimana Louis Vuitton membuka toko pertamanya, Rue Neuve-des-Capucines, hadir lewat interpretasi unik dan baru enam seniman kontemporer mancanegara ternama, yakni Daniel Buren, Kennedy Yanko, Park Seo-Beo, Amélie Bertrand, Peter Marino, dan Ugo Rondinone. 

Berkesempatan dengan Paris+ by Art Basel yang sedang berlangsung sekarang ini, Louis Vuitton membuka booth dengan tema “Louis Vuitton & Art” yang menampilkan tas-tas ikonis hasil kerjasama dengan seniman-seniman ternama lainnya, sekaligus sebuah patung wax realistis sosok seniman serta kolaborator Louis Vuitton, Yayoi Kusama. Booth ini juga menampilkan sembilan desain terbaru dari seri Artycapucines kali ini untuk pertama kalinya.

Louis Vuitton Artycapucines
(Foto: Courtesy of Louis Vuitton)

Untuk kemitraan ini, sosok seniman lawas Daniel Buren kembali menginkorporasikan motif salur hitam putih legendarisnya, kali ini pada bagian top handle yang berlanjut pada permukaan tas dengan teknik trompe l’oeil. Lingkar ikonis ini membangkitkan salah satu karyanya bertajuk ‘Les Deux Plateaux’ yang merupakan instalasi seni yang diciptakannya pada tahun 1985 silam, terletak di halaman bagian dalam Palais Royal di Paris. Hadir dalam 4 variasi warna termasuk hitam, merah, hijau, dan kuning, karya seni sekaligus kompartemen fungsional ini penuh pernyataan sekaligus nilai investasi yang tinggi.

Louis Vuitton Artycapucines
(Foto: Courtesy of Louis Vuitton)

Kemudian Kennedy Yanko, seorang seniman muda kelahiran St.Louis, Missouri, mengedepankan visual material besi dan teknik orisinil “paint skin” yang kerap ia gunakan untuk karya-karyanya. Teknik unik Kennedy yang gemar menggunakan media cat yang ia tuangkan lalu keringkan untuk membuat sebuah sculpture menciptakan visual dinamis yang sekaligus solid. Untuk tas Artycapucines-nya, Kennedy memanfaatkan material besi untuk hardware ikonis LV, serta visual karat dan goresan hand-applied pada permukaan kulit tas yang tampak berkerut namun kokoh layaknya lelehan material besi lewat teknologi 3D printing.

Louis Vuitton
(Foto: Courtesy of Louis Vuitton)

Lalu bagi seniman asal Korea Park Seo-Bo, salah satu lukisannya bertajuk Écritures menjadi sumber inspirasi kolaborasi ini. Kulit sapi yang diberikan tekstur kemudian dihias dengan motif salur merah dan maroon. Ada pun bagian top handle unik yang terbuat dari kayu.

Louis Vuitton Artycapucines
(Foto: Courtesy of Louis Vuitton)

Karya Amelie Bertrand menggunakan teknik hand-spraying yang diaplikasikan secara bertahap, menghasilkan efek gradasi yang seamless dan unik. Ada pun penggunaan hardware dengan material irridescent yang memberikan efek kilau warna-warni yang dinamis. Nyatanya, tas ini juga memiliki keunikan phosphorescence atau glow in the dark melalui material cat yang digunakan. Akhirnya, sebuah jinjingan yang tetap mencuri atensi baik di siang maupun malam hari.

Louis Vuitton Artycapucines
(Foto: Courtesy of Louis Vuitton)

Kemudian untuk karya yang lebih subtil namun tetap kaya akan intrikasi dan detail, Peter Marino mendesain tas Capucines yang seutuhnya berwarna hitam dengan ornamentasi stud. Ada pula fitur pengunci pada permukaan tas yang juga dipoles hitam matte.

Louis Vuitton
(Foto: Courtesy of Louis Vuitton)

Last but not least, karya Ugo Rondinone untuk siluet tas ikonis ini melibatkan lebih dari 14,000 payet yang dijahit dengan tangan dengan formasi bergaya harlequin. Semburat kuning neon, hijau, pink, biru, dan oranye terasa segar dan penuh semangat muda. Sudut jenaka juga tampil pada bagian top handle yang merupakan visual pelangi.

Tidak asing lagi dengan aspek kolaborasi, kemitraan Louis Vuitton dengan enam seniman ternama ini semakin mengedepankan unsur prestise savoir-faire rumah mode ini sekaligus mengabadikan karya-karya seni kontemporer lintas generasi. Perkawinan antar disiplin ini hadir dalam format fungsional tas yang juga akan menjadi koleksi tak ternilai. Setiap tas dari bab keempat Artycapucines ini hadir dalam kuantitas terbatas, 200 untuk setiap desain dan 50 untuk setiap variasi warna bagi karya Daniel Buren.

(Penulis: Hans Hambali, Foto: Courtesy of Louis Vuitton)