Ketika seorang wanita mendapat kenyataan bahwa dirinya terkena kanker payudara, ini tentu bukanlah hal yang mudah. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan dukungan dari orang-orang sekitar yang dapat memancarkan kekuatan dan aura positif agar sang penyandang kanker dapat terus kuat dan berjuang melawan kanker tersebut.
Namun tidak semua wanita dan orang-orang sekitarnya mengerti tentang apa yang harus dilakukan. Oleh sebab itu dalam rangka merayakan Bulan Kesadaran Kanker Payudara Sedunia, seri Brunch With Dave Hendrik kali ini mengundang tiga sosok inspiratif, Shanti Persada, Samantha Barbara dan Chelsea Islan yang telah menjadi aktivis bagi para penyandang kanker payudara yang tergabung dalam komunitas Love Pink.
“Nah, sekarang aku ingin dengar suaranya mbak Samantha, Hi mbak! One of our Beyonce survivor kan. Tidak bermaksud untuk mengajak membuka cerita yang tidak enak, tapi aku yakin dari cerita tidak enak itu bisa menjadi inspirasi dan kekuatan bagi banyak orang, aku ingin tahu dong mbak, take us back waktu pertama kali supaya kita tahu what kind of support sebenarnya yang dibutuhkan oleh cancer survivor itu. Waktu pertama kali tahu gitu mbak, dari kacamata orang luar seperti aku kan tidak tahu apa yang dirasa kan mbak, apa sih rasanya mbak?” tanya Dave.
“Oke mas Dave, jadi aku terdiagnosa di tahun 2013, itu umur 47 tahun, tidak mengenal “SADARI”, tidak pernah mendengar “SADARI”, atau aku memang tidak tahu aja itu ada “SADARI”, jadi itu karena ada teman yang terdiagnosa kanker payudara jadi aku sadar kita belum pernah mamografi, kita belum pernah periksa payudara.
Sebagai ibu atau perempuan kebanyakan kita urusannya fokus kepada pap smear, pap smear terus. Nah, ketika aku didiagnosa dan setelah melalui beberapa second, third opinion, memang benar aku mempunyai tumor yang kelihatannya ganas, jadi ketika 100 persen confirm melalui beberapa pre-test, ya tentu semuanya (saat itu) gelap, dokter ngomong nanti kamu di mastektomi, nanti kamu di kemo sekian kali, radiasi dalam satu detik atau satu menit mereka ngomong itu aku cuma lihat gerak bibir saja dan blank, karena di keluarga tidak ada yang cancer, secara genetik juga mugkin aku tidak dapat dari risiko itu.
Dalam perjalanannya memang rata-rata teman-teman patient atau terutama aku, ketakutan itu ada, cancer dulu identik dengan kematian, kena cancer itu pasti mati ya, tetapi ternyata setelah mengenal cancer, setelah cancer banyak sekali harapan, setelah cancer masih ada kehidupan, itu yang terjadi sama aku. Tetapi selain mental kita yang kena juga, fisik kita juga berubah mas Dave. Ini stages yang kedua yang harus kita alami di mana sebagai perempuan kehilangan payudara, dan ya memang ada replacement tetapi kan tidak semua orang sanggup atau mau melakukan itu. Rambut sih hal kecil ya menurut aku, karena ini tumbuh lagi, subur lagi, akan tetapi banyak sekali secara fisik dan mental kita yang berubah, there are so many new normal yang kita harus jalani, itu tidak mudah kalau kita tidak di support dengan my only one sweetie pie (Chelsea Islan), dan juga karena demi Chelsea aku harus sehat. Juga aku di-support dengan sahabat-sahabat aku, mereka ada buat aku sebelum dan sesudah operasi, sebelum masuk kamar operasi, dan sampai saat ini. Jadi kita harus punya ring satu yang support, kalau tidak ada suami, anak, istri, cem-ceman, atau sahabat yang support, susah,” cerita ibu dari aktris cantik Chelsea Islan.
“Dan mungkin itu sebabnya Love Pink hadir ya mbak Samantha, karena para survivor ini teman-teman Bazaar sekalian, menyadari pentingnya pendampingan ketika perempuan atau laki-laki dalam hal ini atau siapapun pertama kali mendengar bahwa mereka punya kanker, seperti kata mbak Samantha gelap gitu, tidak tahu mau apa, dokter ngomong apa juga ‘aduh, teuing’, namun dengan punya teman-teman seperti Love Pink yang sudah pernah melalui prosesnya, dan memahami rasanya, pasti akan membantu sekali ya,” ringkas Dave.
“Iya, iya banget, tiga layer sih yang kita hadapi, jadi kaget, shock, terus kemudian mental turun fisik kita berubah, dan secara ekonomi, banyak sekali biaya yang harus dikeluarkan. Jadi, itu tiga layer yang sulit yang harus kita accept,” tambah Samantha.
Selain itu Samantha sebagai seorang penyintas Kanker Payudara pun berbagi langkah-langkah yang pertama kali harus dilakukan ketika mengetahui Anda atau kenalan Anda menderita kanker payudara:
1. Biaya setinggi langit
Pertama ketahuilah bahwa biaya yang berhubungan dengan kanker adalah sangat tinggi, oleh sebab itu deteksi dini menjadi kunci utama. "Deteksi dini is number one," ujar Samantha. Dengan mengetahui kondisi payudara Anda sedini mungkin, ini juga akan memengaruhi biaya yang perlu Anda keluarkan.
2. Miliki asuransi jiwa
Dengan memiliki asuransi jiwa menjadi hal yang sangat penting terutama jika Anda menderita kanker payudara karena dengan biayanya yang sangat tinggi, ini dapat menjadi tambahan beban yang besar bagi para pasien dan keluarga.
3. Mengerti kondisi emosional pasien
Pasien penderita kanker payudara biasanya akan obat minum yang perlu dikonsumsi 5-10 tahun mendatang untuk menekan hormonal, oleh sebab itu wajar jika kondisi emosional sang pasien akan tidak stabil. Maka dari itu orang-orang sekitar pasien harus mengerti bahwa itu bukanlah pribadi sang pasien yang sesungguhnya. Sehingga dibutuhkan kesabaran dan pengertian dalam menghadapi keadaan pasien.
Nantikan perbincangan lengkap Dave Hendrik bersama Shanti Persada, Samantha Barbara dan Chelsea Islan di seri Brunch With Dave Hendrik yang akan tayang di kanal YouTube Harper's Bazaar Indonesia segera!
Baca juga:
Ini Pesan Bagi Keluarga Penyandang Kanker Payudara dari Chelsea Islan
Pesan Chelsea Islan untuk Generasi Muda: Periksakan Kondisi Payudara Anda sedari Dini!
(Foto: Courtesy of Instagram @samantha_barbara26)