Sebagai rumah bagi para pelaku dan pencinta seni, Edwin’s Gallery selalu mengeksplorasi tema-tema seni yang luar biasa, dan kali ini ia membuka pintunya kepada kelompok pelukis abstrak dari Bali.
Pameran yang dibuka oleh seorang pencinta seni, Olga Lydia, ini berfokus pada sudut pandang yang berbeda dalam membaca ulang dan mengkritisi era abstrak di Bali.
Seni lukis abstrak menjadi fondasi para seniman yang bergabung di kelompok ini, antara lain adalah I Made Agus Saputra, I Putu Bonuz Sudiana, Kemalezedine, Ketut Moniarta, dan Mahendra Yasa.
Kemalezedine, 2018
Untitled #2
Terihat pada karyanya, para seniman juga membawa misi politik melalui bentuk abstrak, salah satunya adalah memperjuangkan seni lukis yang konon dikatakan sudah mati.
Pada kenyataannya, seni lukis yang mereka tekuni ini bangkit berkali-kali.
I Putu Bonuz Sudiana, 2018
Universal Rhythm #4, 5, 6
Tak hanya terpicu dari permasalahan global yang terkait sistem dan struktur sosial, NU-Abstract juga terinspirasi oleh gerakan seniman pada tahun 80-an di kota New York yang mendorong mereka untuk menjadi jembatan antara abstraksi radikal dan investigasi ulang atas sejarah lukisan.
Malam pembukaan ini juga diramaikan oleh penampilan dari grup musik Bvmi.
(Foto: Dok. Bazaar, Courtesy of @edwinsgalleryjkt)