Terinspirasi dari perjalanan spiritualnya saat berada di Gunung Rokatenda, Kanaya Tabitha mempersembahkan koleksinya untuk para pengungsi di Gunung Rokatenda. Sehelai kain Tenun Manggarai, Tenun Ende dan Tenun Timor yang diolah para wanita pengungsi Gunung Rokatenda diubahnya menjadi rancangan ready-to-wear deluxe sesuai interpretasinya.
Mengangkat tema Gloaming, warna yang sarat dengan kehangatan senja pun jadi sentuhan akhir dari koleksinya kali ini.
Berbeda dengan Yogie Pratama yang menggelar koleksi lini pertamanya bertemakan Une affaire de femmes. Lewat koleksinya ini, ia mencoba merepresentasikan kelembutan dari sebuah maskulinitas. Sederet evening wear cantik pun hadir sebagai pilarnya yang ditampilkan dengan garis tegas khas maskulin.
Berbagai rangkaian dihadirkan, mulai dari nuansa retro yang klasik dan feminin, potongan ballgown berpadu aksi tailored yang dramatis, permainan motif dengan nuansa floral berpola maksimalis pada material jacquard, tak lupa nuansa pastel dipilih untuk memuat napas feminin yang kental.
eberapa detail seperti feathers dihadirkan dengan nuansa pastel pada gaun cocktail yang glamor yang berhasil mencuri perhatian, ditambah dengan rangkaian headpiece yang menyempurnakan daya pikat koleksinya.
Simak laporan lengkap Bazaar Fashion Festival 2014 dan Pasar Indonesia di www.bazaarfashionfestival.com
( Foto: Dok. Bazaar)