Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Menjabarkan Kerumitan yang Indah Pada Koleksi Haute Couture Spring 2021 dari Desainer Iris Van Herpen

Lewat wawancara eksklusif, desainer Belanda ini cerita tentang perjalanannya menguak dunia bawah tanah, yakni tentang kerumitan akar dan jamur.

Menjabarkan Kerumitan yang Indah Pada Koleksi Haute Couture Spring 2021 dari Desainer Iris Van Herpen
Photographed by Gio Staiano

Kalau tahun lalu designer Belanda Iris van Herpen menggali inspirasi dari proses sensorik antara tubuh manusia dan ekologi laut dalam, kali ini ia menyelam dalam misteri kerumitan dan kemagisan renda kehidupan dan aktivitas akar dan jamur. Walaupun aktivitas di bawah tanah tidak terlihat, organisme yang teranyam telah membentuk lingkungan kita dan mendukung ekosistem bumi memacu lingkaran hidup.

Simbiosis teknologi canggih dan hasta karya haute couture bertajuk “Roots of Rebirth” kembali memukau dan menguatkan jejak Iris van Herpen di semesta Couture, menguak kekuatan transformatif, pola pertumbuhan dan keterkaitan di dalam alam. 

Pada masa pandemi ketika kita terisolasi dan terpisah, Iris melihat bentuk primitif berbagi dan pergeseran pola pikir yang melihat keterkaitan kita dengan dunia secara mendalam. Ia juga berbagi cerita tentang perjalanannya di masa pandemi ini.

21 karyanya yang digelar secara digital memamerkan evolusi pengembangan struktur pleats yang sudah ada, eksperimentasi struktur, konstruksi bahan, pencelupan warna serta dimensi dalam taraf yang lebih jauh. Gaun-gaun lembut, halus, feminin, dan megah berdansa mengikuti irama langkah, mengalun pada catwalk CGI yang ikut bermain.  Warna-warna cantik berkilau melilit, mengikat, membungkus, dan mengelus tubuh pemakainya terlihat seperti memiliki kehidupan sendiri.

Pada tingkat konseptual, show digital kali ini diterjemahkan sebagai lautan spora magnetik yang menyerupai tenunan kain kehidupan yaitu akar kelahiran kembali atau “Roots of Rebirth”.

Photographed by Gio Staiano
Photographed by Gio Staiano

Referensi koleksi ini, tulisan ilmuwan Merlin Sheldrake berjudul Entangled Life mengungkap keindahan dan peran jamur sebagai jaringan penghubung ekologi di mana keterkaitan ‘wood wide web’ atau jaringan luas kayu atau akar digunakan untuk berkomunikasi dan saling membantu dalam pengadaan nutrisi antara tanaman. Merlin menjelaskan bidang “mikroremediasi’, saat jamur digunakan untuk membersihkan limbah karena beberapa jenis jamur dapat membantu membersihkan lingkungan yang tercemar melalui penguraian atau pembusukan limbah. Beberapa jenis bahkan sudah diikut sertakan untuk operasi pembersihan lingkungan. 

Photographed by Gio Staiano
Photographed by Gio Staiano

Penggarapan koleksi dalam atelier Iris van Herpen diawali dengan eksperimentasi dan pengembangan tekstil. Ini dilakukan baik secara internal maupun kerjasama dengan perusahaan dan institusi global. Kali ini ia menggunakan kain sustainable Majilite yang merupakan alternatif bahan kulit dan kain lembut hasil daur ulang indah yang terbuat dari sampah laut garapan Parley for the Ocean. 

Photographed by Gio Staiano
Photographed by Gio Staiano

Ini adalah bentuk langkah maju dan optimisme Iris menuju sistem siklus daur ulang sepenuhnya. Ia berpendapat bahwa sampah plastik di lautan saja sudah cukup untuk membuat polyester yang digunakan dalam industri fashion. Banyaknya perusahaan kain yang berinvestasi dalam kain sustainable secara global merupakan perkembangan inspirational. Van Herpen berharap dengan memutuskan untuk membeli dan berkreasi menggunakan bahan daur ulang, semua pihak yang terlibat dalam fashion akan menjadi bagian dari sistem daur ulang. Masalah sampah plastik di lautan kita sangat besar dan mendesak. Kita tidak punya banyak waktu dan jam terus berdetak.

Photographed by Gio Staiano
Photographed by Gio Staiano

Sejak awal karirnya Iris telah gemar bercanda dengan science. Istilah-istilah ilmiah latin yang rumit seringkali terdengar dalam koleksinya. Ia menuturkan bahwa science itu seperti seni, dan fashion bisa belajar dari science. Science menginspirasinya untuk terus belajar, curious, dan terus melihat dunia di sekitarnya dari perspektif yang berbeda. Ia bahkan meramalkan ketergantungan dunia fashion akan science di tahun-tahun mendatang dalam penanganan masalah limbah dan masalah lingkungan yang disebabkannya.

Pandemi merupakan tantangan besar pada proses kreatif Iris van Herpen yang sangat kolaboratif. Di sisi lain ia juga memberi ruang fokus yang lebih luas untuk memikirkan tentang sustainability dan pendalaman aspek inovatif pengembangan material. Pandemi juga menyadarkan betapa rapuhnya kita, betapa berharganya waktu yang kita miliki dan betapa mendesaknya masalah lingkungan dan keberlanjutan. Pada masa isolasi Iris mengambil waktu untuk banyak membaca dan belajar. Pengetahuan ini lalu ia terjemahkan secara kreatif ke dalam koleksinya.

Photographed by Gio Staiano
Photographed by Gio Staiano

Walaupun pada awal pandemi realisasi koleksi menjadi sangat sulit dan membingungkan, kini Iris telah menemukan cara aman dan baik untuk bekerja. Beberapa orang bekerja di rumah, beberapa di studio menyebar dengan aman dalam ruangan yang berbeda. Ia kagum dengan tim dan para modelnya, karena di tahun pandemi ini tidak mudah untuk tetap kreatif. Tetapi dedikasi dan semangat mereka terlihat jelas.

Fashion tengah mengalami badai perubahan. Ada perubahan positif yaitu hadirnya inklusivitas dan diversity. Disrupsi Covid menjadikan fashion tidak terlalu ‘systemized’ dan ini memberi ruang untuk perubahan. Kesadaran akan kelestarian akan terus tumbuh dan meluas akibat Covid-19. Ia sendiri memilih Couture dan bukan RTW (ready to wear) karena Couture sangat bersih dan tidak ada produksi berlebihan. Koleksi kecil mendorong peningkatan ke arah kelestarian materi. Kolaborasi penting dengan perusahaan material inovatif, ilmuwan biologi memperluas pemahaman kita tentang pengertian fashion dan bagaimana fashion dibuat. 

Saat ini presentasi koleksi secara digital adalah pilihan aman. Iris melihat kelebihan presentasi digital maupun fisik. 

Menyaksikan pertunjukan fisik adalah pengalaman magical tak terlupakan dimana keluarga mode berkumpul dan merayakan momen keindahan. Secara online ini kurang pribadi dan kerumitan pengerjaan tidak begitu jelas terlihat. Pertunjukan fisik juga bergantung pada begitu banyak orang, pihak dan faktor eksternal sehingga banyak hal tak terduga terjadi. Tekanan waktu sangat besar dan terkadang kualitas koleksi yang ditampilkan terpaksa dikesampingkan. 

Pertunjukan digital memberi lebih banyak waktu dan kendali sehingga penyempurnaan dapat dilakukan sampai ke seluruh detilnya. 

Tetapi bagi klien, hal yang paling indah adalah melihat gaun dari dekat untuk disentuh atau bahkan di coba. Itulah pengalaman magis pamungkas koleksi baru yang salah satunya bisa Anda lihat di bawah ini secara mendetail:

Ekstasis  

Photographed by Gio Staiano
Photographed by Gio Staiano

Organza transparan berwarna gradasi dari putih sampai midnight blue dibentuk dan draperi bervolume merekah pada bahu.

Ekstasis/Photographed by Gio Staiano
Ekstasis/Photographed by Gio Staiano

Gaun sculptural ini terlihat ringan, indah dan menarik. Kolaborasi dengan nail artist Eichi Matsunaga melengkapi total look tampilan ini. Matsunaga yang kini berbasis di New York mencetak nail art transparan dengan 3D printer.

Nail art transparan dengan 3D printer/Photographed by Gio Staiano
Nail art transparan dengan 3D printer/Photographed by Gio Staiano

Luminous Lichen

Photographed by Gio Staiano
Photographed by Gio Staiano

Bahan sustainable Majilite yang diukir dengan laser membentuk renda reflektif mycorrhizal. Crepe silk yang disepuh warna mint lembut mengalir keluar menjuntai dari jaringan ini. Mycorrhiza adalah asosiasi simbiotik bersama antara fungus dan sebuah tanaman. Majilite adalah produsen faux leather dari Amerika yang menggunakan teknologi unik macro fiber.

Luminous Lichen/Photographed by Gio Staiano
Luminous Lichen/Photographed by Gio Staiano

Entangled Life

Entangled Life/Photographed by Gio Staiano
Entangled Life/Photographed by Gio Staiano

Bentuk akar dalam warna gradasi dari ungu tua sampai maroon, mahoni, dan nuansa burgundi disulam tangan dan dijalin pada tubuh secara simetris.  Silk mahoni yang dipleats dengan tangan di draperi mencuat keluar dari celah-celah akar merekah membingkai wajah, mengalun seiring langkah. 

Amethystina

Photographed by Gio Staiano
Photographed by Gio Staiano

Ratusan insang yang terbuat dari 'kain cair' bertepi halus disulam timbul secara 3D pada renda expandable parametrik yang dipotong dengan laser untuk menampilkan detail halus permukaan secara geometris. Dari jauh Permukaannya terlihat seperti sisik ikan yang cantik. 

Amethystina/Photographed by Gio Staiano
Amethystina/Photographed by Gio Staiano

Moon Moth

Moon Moth/Photographed by Gio Staiano
Moon Moth/Photographed by Gio Staiano

Glass organza ber-pleats rumit disepuh dengan gradien warna dari putih hingga marigold, bercabang dengan jelas dari jaringan mekar yang disulam dengan tangan dari bagian luar korset. Mengingatkan kita akan jamur kuping semi transparan.

Moon Moth/Photographed by Gio Staiano
Moon Moth/Photographed by Gio Staiano


Henosis

Henosis/Photographed by Gio Staiano
Henosis/Photographed by Gio Staiano

Lapisan-lapisan renda putih translucent muncul keluar dari sulaman tangan bermotif jaringan gelombang pada bustier. Setiap gerakan tatanan yang terdiri ratusan sirip yang dipotong dengan laser memancar keterkaitan yang tak terlihat 

Mahkota pada koleksi Henosis/Photographed by Gio Staiano
Mahkota pada koleksi Henosis/Photographed by Gio Staiano

Sedangkan untuk pengerjaan mahkotanya, Iris bekerja sama dengan visual artist Casey Curran. 18 benang monofilamen transparan mengular melalui rangkaian 18 gulungan kuningan, disusun untuk menciptakan gerakan berkelok-kelok melalui gerakan mengangkat dan menjatuhkan setiap bulu ayam secara berurutan (pada video gerakan mahkota tidak terlalu jelas terlihat. Gerakan terlihat jelas pada video di Instagram Casey Curran) Melalui siluetnya yang terus berubah bentuk, ia melambangkan gerakan turbulen alam pikiran kita. Melaluinya kita memperbaiki realita kita sendiri. 

(Foto: Courtesy of Iris van Herpen)