Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Pengalaman Rany Moran Saat Belajar Memaafkan dan Berdamai dengan Rasa Takut

Berprofesi sebagai life coach, Rany Moran menuturkan kepada Bazaar, langkah menjadi pemenang ketika bergulat dengan diri sendiri.

Pengalaman Rany Moran Saat Belajar Memaafkan dan Berdamai dengan Rasa Takut

Hampir setiap individu merasakan pergulatan dalam diri yang tak mudah untuk mereka pecahkan sendiri. Dibutuhkan keberanian dan konsistensi yang tidak dibatasi oleh waktu demi melakukan revolusi akan cara berpikir yang baru. Ada banyak keputusan yang setiap harinya diambil oleh manusia setiap harinya, tetapi tak berarti setiap manusia mengerti bagaimana cara memutuskan sesuatu, mengontrol diri, dan menghadapi hal-hal yang akan terjadi selanjutnya. 

Sejak kecil, saya belajar bahwa takdir ada di tangan kita sendiri. Kedua orang tua saya selalu mengajarkan agar saya berani menggapai tujuan tertinggi saya, percaya dengan kemampuan diri saya, jangan sombong, dan berhenti di zona nyaman. Dream big, nothing is impossible, itulah beberapa pelajaran yang mereka wariskan kepada saya. Saya sendiri merupakan sosok yang memiliki sifat perfeksionis. 

 

Rany Moran

Saat ini saya bergelut di bidang tambang dan properti di Australia, serta seorang pendiri sebuah tempat bermain anak dan keluarga, Amazonia yang berlokasi di Singapura dan beberapa negara di Asia. Membuat saya memiliki banyak pengalaman berpindah-pindah negara yang seluruhnya menuntut saya untuk dapat mengelola semuanya seorang diri. Pengalaman berpindah ke Singapura mengantar saya mendapatkan kesempatan menemui seorang spesialis. Di mana saya kemudian mendapatkan diagnosis bahwa saya kurang memiliki kemampuan memproduksi serotonin yang mengakibatkan saya sulit tertidur dan mengelola stres. Selain itu, ketika saya memiliki anak, diri saya tergerak untuk menghentikan siklus negatif ini. 

Saya sadar betul, pergumulan di dalam diri kita akan dicerminkan melalui perbuatan dan perkataan kepada orang terdekat. Saya tidak mau memproyeksikan kekurangan atau keinginan saya yang tidak tercapai kepada anak saya. Terus terjebak di antara perasaan menjadi victim dan menyalahkan orang lain sungguh tidak produktif dan hanya saya yang bisa mengubahnya. 

Setelah itu, saya berpindah ke Sydney, Australia dan banyak membaca artikel yang menuliskan angka bunuh diri di kalangan anak muda dan perilaku self destruction akibat kurangnya kasih sayang yang disebarkan di rumah.

Saya yang memang memiliki ketertartikan terhadap perilaku manusia sejak kecil, saya pun kemudian menempuh studi counselor & psychological science serta mempelajari life coaching di Life Coaching Academy yang sudah memiliki akreditasi dari International Coaching Federation. 

Life coach sendiri merupakan profesi di mana waktu sekarang dan masa depan, memberi strategi agar setiap klien saya dapat mencapai tujuan mereka. Namun, demi menyembuhkan masa lalu dan masa depan para klien saya. Saya turut menempuh studi counselling agar saya selalu bisa mendampingi mereka. 

Pergulatan diri Rany

Keputusan saya mungkin membuat beberapa orang bertanya-tanya. I had my own struggle, akibat dididik untuk selalu menjadi kuat. Saya merasa manusia butuh diedukasi agar dapat memahami arti kegagalan atau rasa tersesat yang kadang menghampiri. Saya sendiri seorang ibu dan pekerja, tentu para wanita di luar sana paham betapa seringnya kita stretch ourselves too thin. Yang membawa kita berpikir bagaimana rasanya menjadi bahagia dan bagaimana agar semua terus berjalan seimbang. Kita mencoba menampilkan betapa diri kita baik-baik saja, walau kita merasa hancur atau disergap oleh pikiran yang kacau. Selain itu, saya juga merasa bahwa hidup harus selalu sesuai dengan norma sosial, mengikuti harapan masyarakat, terus ingin disukai orang, dan menghindari perasaan negatif di dalam diri agar diterima dan seragam di komunitas. 

Maka itu, mempersenjatai diri dengan pemikiran yang penuh kedamaian dan semangat untuk mengemban tanggung jawab terhadap diri sendiri sangat dibutuhkan. It is okay to lose ourselves, saya belajar bahwa saya memiliki full control atas hidup saya sendiri. Dengan berjuang untuk selalu belajar dan tidak berada di zona nyaman terus menerus, kita akan bertumbuh lalu menemukan jati diri kita kembali. 

Tentu seluruh proses tersebut tidaklah mudah. Namun, Anda dapat mengatasinya dengan berdamai dengan sisi vulnerable yang ada di dalam diri. Ketahui bahwa memiliki perasaan sedih, kecewa, kesendirian, atau merasa tersakiti adalah hal yang akan membantu kita terus tumbuh. Ada banyak orang ketika dihadapkan dengan masa sulit, mereka justru merasa takut atau mereka menghindari perasaan sedih. Menurut saya, itu pertanda Anda justru tidak memiliki keberanian. Dengan terus menerus menghindari perasaan atau situasi sulit, Anda dapat berakhir memiliki banyak struggle. Anda akan memiliki masalah dengan kepercayaan diri, self worth, dan sulit mengekspresikan rasa cinta kepada orang-orang terdekat. Itu semua akibat dari segala lapisan ketakutan yang terpendam hingga mengakar di dalam diri. 

Menjadi vulnerable bukan pertanda kelemahan

Sebagai seorang life coach, saya menyampaikan kepada para klien yang saya dampingi bahwa perasaan vulnerable yang kita hadapi justru merupakan situasi di mana kita menjadi lebih terbuka. Dengan menurunkan ego kita, mengutamakan kejujuran kepada diri sendiri, maka kita akan merasa nyaman menghadapi situasi dan keadaan negatif, dan memiliki kemampuan memanusiakan diri kita sendiri. Dengan terbuka kepada perasaan penuh ketakutan, kita menumbuhkan rasa tangguh, keberanian, dan merangkul segala kekurangan dan limitasi di dalam diri kita tanpa membiarkannya mengendalikan kehidupan kita. 

 

Rany Moran

Saya lalu menekankan, dengan menerima kondisi vulnerable maka Anda dapat melahirkan kepercayaan diri yang murni. Selain memberi diri waktu untuk merasakan perasaan negatif, saya juga mengajarkan para klien saya agar memiliki sense of ownership dan kedewasaan diri. Agar mereka dapat mengakui kesalahan dan belajar menyelesaikan segala situasi sendiri. Terbukti, saya berhasil bangkit setelah menerapkan langkah-langkah tersebut. Dengan memahami diri emosi saya, meningkatkan self reflection, memahami apa itu toleransi, seluruhnya mengaktifkan indra perasa di dalam diri saya yang membantu mencapai tujuan saya. Tentu saja, kebutuhan fisik dan psikis saling berkesinambungan, karena itu saya pun melakukan meditasi, shalat, journaling, dan olahraga ringan untuk memproduksi hormon dopamine. 

Memaafkan adalah jalan menuju kebebasan

Setelah melalui seluruh proses itu, pandangan setiap individu terhadap luka emosional mereka di masa lalu pun akan berubah. Jika kembali ke pengalaman hidup saya, saya akan berbicara dengan diri saya semasa kecil, saya akan berkata bahwa tidak ada yang salah dengan diri ini. Saya berhak dicintai dan merasakan kebahagiaan. Orang tua saya memang tidak sempurna, namun mereka memiliki alasan tersendiri, mereka memiliki pergulatan di dalam diri mereka masing-masing. Bahwa mereka tidak bisa memberikan sesuatu yang tidak mereka miliki dan ketahui betul, yaitu perasaan mencintai dan dicintai. 

Dari pengalaman saya tersebut, Anda akan belajar bahwa kerendahan hati untuk memaafkan adalah hal yang sangat dibutuhkan untuk bisa bangkit dari sebuah siklus negatif. Saya berhenti mengingat hal-hal yang menyakiti saya, beri kesempatan untuk memulai hidup yang baru dan terus maju. Berhenti menaruh fokus kepada hal-hal yang tidak bisa kita atur, lebih baik pikirkan bagaimana kita harus bersikap dibandingkan bagaimana kita harus bereaksi terhadap situasi yang sulit. Karena kita adalah produk dari apa yang kita pikirkan. 

Menyayangi diri sendiri

Alih-alih hanya memberi rasa maaf, dengan berlatih menjadi rendah hati, saya pun belajar untuk berhenti merasa seolah tak pernah cukup. Sebelumnya, saya kerap melakukan self criticism. Perilaku mengkritik diri sendiri terlalu keras, hanya akan mengalahkan diri sendiri. Scientifically, hal tersebut justru semakin melemahkan diri kita sendiri. Kita menjadi semakin merasa tak pernah cukup, anxious, defensif, dan menganggap semua hal adalah kompetisi. Sehingga menghalangi para individu untuk mencapai tujuan tertinggi mereka.

Upayakan praktik strategi Self Compassion, Self Aware, Self Worth, dan Self Reflections. Sayangi diri dan selalu siramkan kebaikan dan hormat kepada diri sendiri demi membangun benteng pertahanan yang kuat ketika dihadapkan masalah sulit atau kegagalan. Dengan mengaplikasikan perilaku seperti itu, optimisme di dalam diri Anda akan semakin besar sehingga meningkatkan produktivitas dan kinerja meski tengah dilanda kegagalan. 

Saat ini, mungkin ada banyak individu yang masih keliru menerjemahkan apa itu self criticism dan apa itu self awareness. Dengan menjauhi self criticism, tak berarti Anda dapat berhenti menganalisa atau melakukan instropeksi diri. Sebaiknya lakukan self awareness, self reflections, self worth, dan self compassion, lalu tentukan fokus apa yang ingin Anda capai di dalam hidup. Selaraskan antara visi dan misi hidup Anda dengan perilaku yang Anda usahakan sekarang. Dengan metode self strategy, maka Anda dapat merasa aman, terarah, dan makin bijak. Gunakan seluruh panca indera Anda untuk selalu mempertanggung jawabkan setiap tingkah laku dan tindakan yang Anda lakukan, sehingga Anda akan menemukan banyak kesempatan yang terpampang di depan mata. 

Belajar bertanggung jawab

Pada dasarnya, setiap keputusan yang kita ambil didorong oleh betapa keputusan tersebut sungguh berarti untuk kita, kebiasaan, rasa bersalah, ketakutan, dan apa pandangan orang terhadap kita. Kita tak luput turut mencari pembenaran atas keputusan yang kita ambil dari orang lain. Hal itu dipengaruhi oleh didikan yang mengkondisikan kita untuk percaya kesuksesan dapat diukur oleh uang atau pekerjaan yang fantastis. Walau hal itu umum dijadikan pengukur, bukan berarti benar. Tanyakan kepada diri Anda, apa kepuasan yang Anda cari? 

Jika jawabannya adalah uang atau lainnya, maka jadikan hal itu tujuan Anda. Berhenti memikirkan pendapat orang lain terhadap Anda dan jalani hidup yang sebenarnya. Temukan kebahagiaan dan kesuksesan yang berarti. Jangan biarkan orang memberi tahu Anda apa itu sukses, karena mereka tidak tahu arti sukses menurut versi diri Anda. 

Maka itu, berhenti menyalahkan orang lain sebagai opsi termudah, jadikan kebahagiaan kita di masa kini sebagai prioritas utama. Rebutlah kendali hidup kita dari orang-orang yang salah menangani masa kecil dan remaja kita, tunjukkan kepada mereka bagaimana cara yang benar. Lepaskan pemikiran benar atau salah, fokus saja kepada apa yang berhasil untuk kita. Jika kita terus menerus menyalahkan keadaan atau pihak lain, kita hanya menenggelamkan diri menjadi korban ketika kita bisa menjadi pemenangnya. 

(FOTO: Courtesy of Rany Moran)