Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Inilah Makna di Balik Benang Merah dari Film-Film Joko Anwar: 'Tidak Adanya Sosok Pelindung'

Benang tersebut muncul dari kegelisahan yang dimiliki oleh sang sutradara.

Inilah Makna di Balik Benang Merah dari Film-Film Joko Anwar: 'Tidak Adanya Sosok Pelindung'
Foto: Courtesy of Instagram @jokoanwar

Pada episode Brunch With Dave Hendrik kali ini, Dave Hendrik mengundang sutradara Joko Anwar untuk berbincang bersama. Episode tersebut pun menjadi bagian dari edisi sinema Harper's Bazaar Indonesia yang berlangsung selama bulan Maret ini.

Foto: Courtesy of Instagram @bazaarindonesia

Foto: Courtesy of Instagram @bazaarindonesia

 
Sebagai sutradara yang karya-karyanya telah diakui secara internasional, Joko Anwar tidak pernah main-main dalam membuat filmnya, khususnya dari segi ide atau nilai yang dibawa. Nyatanya, pria kelahiran Medan ini kerap memasukkan sebuah benang merah pada tiap karyanya, yaitu ‘tidak adanya sosok pelindung’. Penasaran, Dave Hendrik pun meminta Joko Anwar untuk menjelaskan maksud dibalik benang merah tersebut. 
 
Mengacu pada jawaban sang sutradara, sosok pelindung yang dimaksud merujuk pada orang tua, sehingga dapat dimaknai dengan ‘tidak adanya sosok orang tua’.  Nyatanya, benang merah tersebut lahir dari kegelisahan yang ia miliki. Ia kerap mempertanyakan tujuan para orang tua yang memutuskan untuk memiliki anak. 
 
“Saya dari kecil itu sering sekali melihat anak-anak yang lahir hanya karena orang tuanya ingin memiliki anak. Jadi orang tuanya tidak memiliki rencana komprehensif mengenai bagaimana nanti sang anak dapat tumbuh besar menjadi manusia yang bahagia. Mungkin orang tuanya berpikir seperti ini, ‘Ingin punya anak agar nanti bisa ada keturunan’ atau ‘Kalau nanti tua biar ada yang jaga.’ Jadi, sebelum mereka lahir, si anak sudah diberikan tanggung jawab,” ungkap pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini. 
 
Menurutnya, hal tersebut dapat berdampak pada diri sang anak, di mana mereka tidak memiliki sosok pelindung yag seharusnya hadir dalam kehidupan mereka. Joko Anwar pun mengembangkan konsep tersebut secara lebih luas, membuatnya dapat diaplikasikan untuk berbagai aspek kehidupan. 
 
“Jadi, ketika mereka lahir, mereka seperti tidak ada pelindung. Itu salah satu yang sering menjadi pertanyaan dalam diri saya. Oleh karena itu, film-film saya sering menunjukkan absennya orang tua atau sosok pelindung dalam skala lebih besar lagi, seperti pemerintah yang seharusnya melindungi rakyat atau wakil rakyat yang seharusnya menyuarakan kepentingan rakyat. Sama seperti film Impetigore (Perempuan Tanah Jahanam). Itu tentang bayi yang lahir tanpa kulit. Kulit kan sesuatu yang sangat esensial untuk sistem yang dapat melindungi tubuh manusia,” ujar sang sutradara. 

Saksikan episode Brunch With Dave Hendrik bersama Joko Anwar pada kanal YouTube Harper's Bazaar Indonesia
 
Baca juga:
 
Bagaimana Masa Depan dari Bioskop Indoensia? Simak Jawaban dari Joko Anwar

Dalam Memilih Aktor, Unsur Manakah yang Lebih Dipentingkan oleh Joko anwar, Popularitas atau Keterampilan?
 
(Penulis: Fatimah Mardiyah; Foto: Courtesy of Instagram)