Inilah Asal Usul Topi Jenis Bucket Hat yang Perlu Diketahui

Para penggemar bucket hat perlu tahu sejarah di balik topi yang sedang digandrungi para pencinta mode ini.

Courtesy of IMAXTREE.COM, Andrea Adriani/IMAXTREE.COM, & Alessandro Lucioni/IMAXTREE.COM


Beberapa tahun belakangan, topi jenis bucket hat sering kali bermunculan di halaman berbagai media sosial dan dikenakan oleh para pencinta mode sekaligus dipromosikan oleh berbagai label internasional maupun dalam negeri.

Tren topi bucket pun kemudian merebak hingga ke atas panggung runway dunia sekaligus menjadi penunjang alat pelindung diri di tengah pandemi Covid-19, yang mana bucket hat kerap dikemas bersambungan dengan alat penutup wajah atau face shield.

Bucket hat sendiri memiliki karakteristik desain yang terdiri dari siluet lingkaran sebagai penutup kepala, lalu dikelilingi dengan pinggiran lebar yang didesain miring menghadap ke bawah wajah.


Topi jenis ini rata-rata terbuat dari bahan denim, kanvas, tweed, nylon atau linen yang tebal untuk mencapai proporsi topi menjadi lebih memiliki struktur saat dikenakan di atas kepala.

Bucket hat pertama kali diperkenalkan sekitar tahun 1900, yang pada saat awal kemunculannya rata-rata dibuat menggunakan bahan tweed atau wol sebagai topi pelindung di kala hujan bagi para nelayan dan petani Irlandia.

Bahan wol mentah yang saat itu terkandung di bucket hat milik mereka, mengandung lanolin yang dapat membuat topi tersebut tahan air saat hujan mulai turun.

Lalu, saat periode berakhirnya Perang Dunia I dan dimulainya Perang Dunia II, bucket hat menjadi salah satu benda mode yang diandalkan dikarenakan topi ini dapat dilipat untuk kemudian disimpan di dalam kantong pakaian dengan praktis.

Selain pada saat periode interwar, topi jenis ini kembali diandalkan para tentara Amerika Serikat ketika berada di Perang Vietnam, bucket hat yang memiliki berat ringan membuat topi ini dijadikan topi wajib saat memancing dan pelindung teriknya sinar matahari.

(Courtesy of cork-grips.com)

Setelah menjadi benda pendukung saat berperang, peran bucket hat kemudian mulai menyentuh dunia mode ketika pada tahun 1960-an, muncul tren gaya mod di tengah budaya Inggris dan topi jenis ini menjadi salah satu topi yang merepresentasikan tren mod di masa itu. Sekaligus, menjadi titik pertama kalinya topi bucket dianggap sebagai benda fashionable.

(Courtesy of Karsh.org)

Desainer Inggris bernama Lilly Daché menjadi salah satu desainer yang mempopulerkan bucket hat dengan merancangnya menggunakan bahan felt dan bahan lainnya yang lebih keras. Saat itu, popularitas bucket hat berlangsung seiringan dengan tren topi pillbox yang sering dikenakan oleh Jacqueline Kennedy, topi bakerboy yang menjadi topi para pekerja menengah ke bawah di Inggris, dan topi cloches yang kerap dikenakan bersama gaun pesta malam hari.

Seiring dengan berjalannya waktu, kemudian bucket hat mulai kembali populer di era kejayaan penyanyi rapper dan street fashion pada tahun 1980-an dan 1990-an.

(Courtesy of Harper's Bazaar US)

Komunitas penyanyi rapper dan hip hop pada era tersebut kerap memamerkan koleksi bucket hat milik mereka lewat video klip, album, gaya off duty, dan beragam momen menjadikan komunitas hip hop dianggap sangat berperan besar dalam mempopulerkan bucket hat kepada khalayak mainstream.

Salah satu penyanyi rapper yang dianggap pertama kali muncul mengenakan bucket hat adalah Big Bank Hank dari Sugar Hill Gang, yang mengenakannya saat tampil bernyanyi di televisi. Diikuti oleh grup hip hop Run-DMC, LL Cool J, dan Jay-Z. Namun kenyataannya, tak mudah bagi publik untuk menerima popularitas bucket hat begitu saja, pamor bucket hat yang berjaya di era 1990-an kemudian redup. Rumah mode seperti Prada kemudian menjadi salah satu label yang ingin membawa kembali kejayaan bucket hat pada tahun 2005, namun banyak pihak justru menentangnya dan tak ingin tren bucket hat kembali digandrungi.


Tahun 2018 kemudian menjadi tahun di mana bucket hat mulai dianggap trendi kembali dan tak banyak pihak yang menentangnya. Hal itu ditanggapi oleh banyak desainer dan rumah mode yang kala itu meluncurkan bucket hat sebagai penunjang ansambel di presentasi mereka. Beberapa di antaranya adalah Fenty x Puma, Michael Kors, dan Chanel.

Di ranah koleksi busana pria, bucket hat tak kalah populer dan bermunculan sebagai bagian dari koleksi beragam rumah mode dan label internasional, seperti Valentino, Louis Vuitton, dan Lanvin hingga kini sudah tak terhitung betapa banyaknya ragam bucket hat yang diluncurkan oleh banyak rumah mode dan label busana yang menunjukkan meningkatnya pamor bucket hat yang sepertinya masih belum akan berakhir di tahun ini.


(FOTO: Courtesy of Instagram.com/@maisonvalentino, Prada, cork-grips.com, Karsh.org, Harper's Bazaar US, IMAXTREE.COM, Andrea Adriani/IMAXTREE.COM, Alessandro Lucioni/IMAXTREE.COM)