Pameran Tunggal Pertama Xu Bing di Museum MACAN

Jangan hanya melihat bentuk akhirnya, pahami juga cerita di balik karya pada pameran Thought and Method.

Xu Bing: Book From the Sky, 1987 - 1991


Selain ingin menyampaikan pesan bahwa seni itu hidup bukan hanya di dalam museum ataupun galeri, Fenessa juga mengaku bahwa pameran bertajuk Xu Bing: Thought and Method yang diresmikan satu hari setelah 2019 MACAN Gala ini adalah alasan mengapa malam penggalangan dana tersebut tidak diadakan di Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara.




Tidak pernah gagal untuk menjadi topik pembicaraan banyak orang, museum MACAN resmi membuka pameran tunggal pertama seniman asal Tiongkok, Xu Bing, di Asia Tenggara. Tidak sendiri, pameran yang berlangsung hingga tanggal 12 Januari 2020 ini juga merupakan hasil kerja sama pihak museum dengan UCCA Center of Contemporary Art, sebuah institusi seni kontemporer terkemuka di Cina.



Memamerkan lebih dari 60 karya dari berbagai medium seperti instalasi, kertas, film, lukisan, seni grafis, hingga materi arsip. Seluruh karya yang ditampilkan merupakan kreasi yang dibuat Xu Bing dalam periode 40 tahun.

Talk about impressiveness and persistence!



Salah satu hal yang jadi pemicu Xu Bing untuk melihat konflik sebagai seni adalah dunia politik. Bukan hanya pengalamannya sebagai relawan pemuda di Tiongkok saja, namun juga saat ia pindah ke New York, Amerika Serikat dan menjalani hidupnya sebagai seniman pada tahun ’90-an.

Apabila Anda termasuk orang yang senang menghadiri pameran ataupun mempunyai seniman favorit seperti Xu Bing, tentu Anda sadar akan eksistensi seniman yang bernama Ai Weiwei dan Gu Wenda. Ketiganya adalah seniman yang melewati periode Revolusi Kebudayaan Tiongkok secara langsung ketika masih muda. Keunikan dalam menerjemahkan segala macam konflik dan isu terpampang dengan jelas pada karya seni ciptaan mereka.



“My work is accessible,” tutur Xu Bing saat ditemui di hari pembukaan pameran Thought & Method.

Pengalaman pribadi adalah kunci segala karyanya. Seniman kelahiran kota Chongqing ini tidak merasa adanya batasan antara dua oposisi, seperti bahasa dan seni, kata dan gambar, begitu juga antara masa lalu dan masa kini. Sama seperti yang diucapkan oleh Fenessa, Xu Bing pun berpendapat bahwa seni ada di mana saja, di dalam ketidaknyamanan sekalipun.

Lantas dari sekian banyak isu yang terjadi di dunia, bagaimana Xu Bing mengerucutkan satu isu dan mengubahnya menjadi sebuah karya seni? Lagi-lagi jawabannya adalah dari pengalaman pribadi.




Disapa dengan aroma tembakau di ambang foyer, Bazaar pun mencari tahu dari mana datangnya bebauan tersebut. Tidak membutuhkan waktu lama, dari kejauhan sudah terlihat jelas adanya instalasi yang menyerupai karpet kulit harimau terbuat dari 660,000 batang rokok. Bersebelahan dengan karya bertajuk Honor and Splendor tersebut, Xu Bing menjelaskan secara rinci tentang bagaimana manusia masih bergantung pada hal yang sering kali dianggap membahayakan kesehatan dan juga dunia ini.



Pameran yang memberi definisi baru pada pemahaman tentang peran teknologi, bahasa dan budaya di akhir abad ke-20 hingga awal abad ke-21 ini juga menghadirkan karya lain yang tak kalah menakjubkan.




Seperti salah satu instalasi lain yang hadir dalam skala besar, Book from the Sky. Terdiri dari buku dan gulungan kertas yang tergantung di langit-langit, berisikan tulisan tangan yang tidak memiliki arti.



Karya yang meniru chinese characters ini diambil Xu Bing dari sejarah yang menghapus kebebasan orang untuk bersuara dengan tulisan.




Berbeda dengan Square Word Calligraphy, di sini Xu Bing bermain dengan penggunaan bentuk huruf yang terlihat sebagai karakter bahasa Cina, namun nyatanya adalah bahasa Inggris. Sadarkah Anda?



Karya yang dibuat dari medium video pun ada dengan judul A Case Study of Transference dan Dragonfly Eyes yang sepenuhnya direkam oleh surveillance cameras.

Xu Bing berkata, “Tidak peduli apa bentuk dari karya saya, semuanya memiliki benang merah, yaitu untuk membangun semacam penghalang untuk cara berpikir orang pada umumnya, yang saya sebut dengan cognitive structures mind”.



Dapatkan tiket di situs resmi Museum Macan untuk menghadiri pameran Xu Bing: Thought and Method.


(Foto: Courtesy of Museum MACAN, Instagram @museummacan, @xubingart)