Model Virtual Instagram Memengaruhi Persepsi Tubuh

Model dan influencer yang lahir dari Instagram, kini hadir mendominasi dunia maya dan malah menuai popularitas yang tinggi.



Pada minggu lalu, saya sudah membahas tentang lahirnya generasi model dan influencer virtual atau maya dari Instagram.

Ya, mereka adalah sosok-sosok tidak nyata yang kini tengah populer di dunia digital, khususnya Instagram.

Hal ini tidak lepas dari kemajuan teknologi yang semakin canggih.

Satu dekade silam, Anda mungkin belum membayangkan jika kini hadir eksistensi makhluk-makhluk buatan atau computer-generated imagery yang mendominasi internet.

Popularitasnya tidak perlu diragukan. Jika Anda telah mengunjungi akun mereka, Anda mungkin akan terperangah melihat jumlah pengikut atau followers mereka yang bisa jadi melampaui jumlah pengikut akun Anda.

Menakutkan bukan? Bagaimana tidak, sebab faktanya mereka adalah sosok yang diciptakan oleh manusia atau programmer handal yang menguasai aplikasi untuk mendesain makhluk-makhluk ini.


Lantas apa hubungannya dengan persepsi tubuh?

Ini memang bukan hal yang dapat dianalisis secara mata telanjang.

Sebab akibatnya bisa jadi secara langsung atau tidak langsung.

Namun, apakah Anda menyadari bahwa para model yang telah dilahirkan dunia digital tersebut tampil dengan bentuk tubuh ‘sempurna’.

Pertanyaannya adalah, definisi sempurna oleh siapa?

Mungkin oleh sosok-sosok yang memiliki jumlah followers banyak.

Sehingga menjadi suara mayoritas yang menganggap bahwa tubuh yang sempurna adalah tubuh yang kurus, minim lemak, kaki jenjang, memiliki pinggul, dan berpipi tirus.

Jika Anda mengamati model buatan yang menjadi model Balmain, ada sebuah kesamaan pada ketiganya, yakni memiliki tulang pipi yang tajam.



  • Pengaruh terhadap kepercayaan diri

Telah saya sebutkan di atas, bahwa para model dan influencer virtual itu memiliki jumlah pengikut yang tidak sedikit.

Di antara pengikutnya tersebut, tentu saja banyak generasi muda yang masih belum memahami tepat persepsi tubuh atau memiliki kepercayaan diri terhadap bentuk tubuhnya.

Mungkin saja akan ada generasi muda yang malah turun kepercayaan dirinya karena tidak memiliki tubuh sesuai para model atau influencer virtual tersebut.


  • Mengejar bentuk tubuh fana

Alih-alih menambah kepercayaan diri terhadap bentuk tubuh yang sudah dimiliki, generasi muda malah mengejar tujuan fana untuk memiliki bentuk tubuh seperti model yang sejatinya didesain oleh mesin.

Secara psikologis, disadari atau tidak, model-model virtual ini akan menanamkan definisi bentuk tubuh sempurna yang harus dicapai.

Padahal kenyatannya, model virtual adalah model yang dengan mudahnya dibentuk sesuai keinginan penciptanya atau berdasarkan permintaan klien.



Apakah Anda mulai was-was dengan fenomena tersebut? Ada baiknya mulai mencamkan bahwa dunia digital bukanlah dunia nyata yang kita hadapi sehari-hari.

Ada baiknya memahami secara seksama bahwa para figur virtual itu adalah makhluk buatan yang sampai kapanpun tidak dapat disamakan dengan manusia nyata.


(Foto: Courtesy of Instagram @lilmiquela, @shudu.gram, @balmain; Layout: Asya Hadisuryo)