Mengenal Tenun Baduy Melalui Label Lekat

Tidak banyak desainer muda Indonesia yang mengangkat tekstil tradisional, salah satunya adalah Amanda Indah Lestari melalui label Lekat.



Untuk edisi Agustus 2017 ini, Harper's Bazaar Indonesia menyajikan rangkaian A-Z Cinta Indonesia, sebuah proyek spesial yang diperuntukkan untuk kreasi terbaik Tanah Air sebanyak 26 abjad.

Salah satunya mengangkat profil Lekat yang memperoleh arahan dari Amanda Indah Lestari.


Sesuai nama brand-nya, Amanda menjelaskan filosofi, “Artinya kan menempel, kalau kita senang sesuatu pasti akan menjadi bagian memori kita. Apalagi bagi perempuan, busana adalah sesuatu yang esensial.”

Maka, Lekat pun perlahan namun pasti, mulai menancapkan pesonanya di industri mode Tanah Air, bahkan dunia internasional berkat material tenun Baduy yang diketengahkannya.

Kisahnya pun dimulai di tahun 2013, awalnya Lekat hanya produsen aksesori. Tetapi dikarenakan respons yang bagus, koleksi siap pakai pun lahir.

Oleh sebab banyaknya label-label baru yang bermunculan, Amanda pun ingin label asuhannya menjadi sebuah nama yang mencuat di antara label lainnya.

"Jadi saya berpikir, harus mengangkat karakter Indonesia, saya juga ingin membangun Lekat yang long lasting. Tidak hanya di Indonesia, tetapi di tingkat internasional, sehingga elemen budaya menjadi sesuatu yang fundamental untuk dipresentasikan.”




Riset pun dimulai, hingga tercetuslah suku Baduy. Melalui perjalanan yang tidak begitu jauh dari Jakarta, perempuan yang murah senyum ini pun menemukan fakta bahwa di sana banyak penenun, dan semua aktivitas menenun tersebut dikerjakan oleh kaum wanita.

“Awalnya, Lekat memang mengambil apa yang pernah mereka kerjakan, kemudian kita olah menjadi baju. Respons publik, ternyata bagus. Lalu, kami olah lagi, dengan menawarkan pemilihan warna dari Lekat, melalui proses pencelupan sendiri.

Kemudian, dikembalikan lagi ke penenun Baduy karena mereka memiliki pola spesial. Jadi, kami hanya mengubah warna saja. Bisa dikatakan polanya masih terjaga orisinalitasnya. Lekat hanya membantu memvariasikan warna.”

Amanda memang memiliki tujuan agar busana kreasinya dapat dikenakan oleh siapa pun dan kapan pun.

Dalam rangka itu, ia pun bermain dengan tailoring dan teknik cutting. Material tenun yang diperolehnya dikombinasikan dengan bahan lain, tetapi ada juga yang keseluruhan materialnya dari Baduy.

Hasilnya bisa dinikmati di rangkaian produk Lekat yang premium, sebab seluruh materialnya adalah tenun Baduy.




Bentuk kerja sama dengan penenun-penenun Baduy ini sekaligus mengedukasi dan empowering wanita-wanita Baduy.

Amanda pun berbagi cerita, saat ia memperlihatkan hasil busananya kepada mereka, kini pemikiran mereka lebih terbuka dan menyadari kalau kain-kain tenun yang mereka olah dapat dibuat menjadi pakaian.

Berkaca pada pengalamannya ini,Amanda berbagi saran untuk desainer muda lainnya dalam mengangkat kain tradisional, yaitu harus konsisten menjaga inovasi.

“Kita juga harus sadar diri, sebagai orang luar yang memasuki budaya setempat, kita harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan penduduk asli. Selain itu, kita juga harus menjaga komitmen untuk berkomunikasi dengan mereka,” tuturnya.




(Foto: Courtesy of Lekat)