Kain Indonesia di Pentas Dunia

Veronica Etro , Dries van Noten, dan Frida Giannini


Dengan keindahan kain Indonesia, banyak perancang dunia ini pun jatuh hati dan memakainya pada koleksi busana mereka.

Memiliki lebih dari ratusan tahun sejarah budaya kain tradisional, Indonesia mempunyai kekayaan budaya kain yang patut kita banggakan. Berbagai macam corak, warna dan teknik pembuatan kain lahir dari tangan-tangan para perajin yang umumnya dapat ditemukan di Pulau Jawa, terutama Surakarta dan Jogjakarta. Dalam satu dekade terakhir ini kain tradisional pun mulai naik pamornya, tidak hanya secara lokal tetapi juga di pentas dunia. Para desainer dunia pun mulai melirik keindahan khas kain-kain tradisional Indonesia, di antaranya seperti dapat dilihat pada karya Dries van Noten, Etro, dan Gucci. Kami melihat kembali koleksi mereka beberapa tahun lalu dengan elemen kain bercorak khas Indonesia.

Kelengkapan koleksi MoMu, museum tekstil Belgia, dengan kain-kain dari Asia Tenggara terutama Indonesia, menginspirasi Dries Van Noten dalam koleksi Spring Summer 2010-nya. Terkenal akan keahliannya mengolah dan memadu padankan motif, kain ikat dan batik hasil pengamatannya dipadankan dengan apik dalam koleksi ini. Motif-motif kain ini ditampilkan apa adanya tanpa modifikasi pada corak namun hadir dalam potongan modern. Seperti tampak pada padanan deconstructed jacketbermotif ikat, kemeja putih bordir, dan rok selutut bermotif batik parang rusak yang diperagakan oleh Diana Farkhullina.

Motif ikat yang dicetak digital di atas kain muncul dalam koleksi Gucci Spring Summer 2010. Tidak hanya dalam bentuk cetak digital, motif ikat ini pun dikreasikan kembali dalam bentuk bordir dengan benang perak. Motif ikat ini dikemas oleh Frida Gianini dalam dress pas badan berpotongan sporty dan futuristik layaknya pada film fiksi ilmiah. Motif ikat pun berpadu dengan beading menggunakan tabung-tabung metalik kecil yang dirangkai menyerupai jaring laba-laba.

Tidak jauh sebelum Dries van Noten menggunakan ikat dalam koleksinya, rumah mode Etro mengeksplorasi batik pada koleksi Spring Summer 2009-nya. Oleh Veronica Etro kain batik dipadukan dengan budaya Jepang dan India yang merupakan ciri khas rumah mode ini. Perpaduan ini terlihat jelas pada motif batik yang hadir dalam potongan celana berpipa lebar yang dipadankan dengan atasan bermotif paisleywarna salmon, dan dilengkapi dengan luaran dengan motif kimono Jepang. Tetapi the ultimate showstopperpada koleksi ini jatuh pada gaun panjang batik berbahan sifon yang dibawakan oleh model Aline Weber.

Tiga desainer di atas hanyalah sedikit dari banyak desainer-desainer dunia yang menggunakan kain-kain tradisional Indonesia pada koleksinya. Selain kain batik, ataupun ikat, Indonesia masih mempunyai banyak ragam kain yang belum dieksplorasi sepenuhnya. Jumputan, songket, ulos dan masih banyak jenis-jenis kain tradisional kita yang menanti untuk diolah. Jangan merasa minder untuk memakai kain tradisional Indonesia karena mereka pun terbukti dapat tampil elegan di pentas dunia.

(Teks: Vania Yulita)